Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Propinsi penderita penyakit kronik meningkat usia.Pengendalian yang seringdilakukan adalah dengan priskriptif terapeutik dan nasehat klinikal.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farif Miharto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keikutsertaan pekerja pada kegiatan senam pagi rutin yang dilaksanakan di PT. Astra Daihatsu Motor. Dari observasi, banyak pekerja tidak melaksanakan senam pagi rutin dengan sungguh-sungguh. Penelitian dilakukan pada 255 responden yang dipilih secara random pada karayawan dengan status karyawan tetap. Dua tujuan utama adalah untuk melihat bagaimana persepsi pekerja terhadap kegiatan senam pagi dan melihat posisi kegiatan senam pagi rutin menurut pekerja itu sendiri dan juga organisasi (manajemen). Terkait dengan persepsi pekerja terhadap kegiatan senam pagi rutin digunakan Paradigma Psikometri dan Health Belief Model (HBM), sedangkan dari sisi manajemen atau organisasi digunakan metode wawancara. Dari hasil analisa berdasarkan paradigma psikometri dan HBM didapatkan bahwa banyak pekerja yang menganggap kegiatan senam pagi sebagai sesuatu yang tidak memberikan keuntungan atau manfaat bagi mereka. Sedangkan dari sisi manajemen menganggap kegiatan senam pagi merupakan kegiatan regular yang juga tidak mempunyai nilai tambah yang bisa diambil oleh perusahaan, sehingga kegiatan tersebut berjalan begitu saja dan tidak perlu untuk dievaluasi atau diperbaiki. Secara garis besar, kegiatan senam pagi rutin belum menjadi budaya dalam kehidupan perusahaan.
This study aims to analyze the participation of workers on a routine morning exercise activities which conducted at PT. Astra Daihatsu Motor. From observation, many workers do not carry out the morning exercise routine earnestly. The study was conducted on 255 respondents chosen randomly on permanent employees. Two main purposes are to see the perception of workers to routine morning exercise activities and also the the posisiton of those program in organization (management). Workers perception of routine morning exercise activities evaluated using Psychometric Paradigm and Health Belief Model (HBM), while in terms of management or the organization used interview method. From the analysis by the psychometric paradigm and HBM found that many workers consider that morning exercise activities as something that does not provides advantages for them. In terms of the management considers routine morning exercise activities is an activity that does not have added value that can be taken by the company, so that the activity runs away and does not need to be evaluated or iproved. Broadly speaking, a regular morning exercise activities is not a culture of corporate life.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridsyah
Abstrak :
Kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor yang menenukkan produktifitas kerja yang dapat diartikan sebagai kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan mudah tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya guna keperluan yang mendadak. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar tenaga kerja mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang. Pejabat struktural di Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan dibidang kesehatan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kesegaran jasmani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan mengunakan strategi pemodelan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 orang_ Variabel yarig diteliti adalah kesegaran jasmani, indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP), persen lemak tubuh (PLT), tekanan darah diastolik (TDD), kelompok umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan kebiasaan makan yang meliputi kebiasaan makan pagi, makan sayuran, makan berlemak dan kebiasan memakan makanan "trendy". Dalam melakukan strategi pemodelan diiakukan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani pejabat struktural sebahagian besar (69,7 %) berada pads kategori kurang. Sedangkan keadaan status gizi berdasarkan IMT 51,5 % berada dalam kategori lebih, berdasarkan RLPP 40,9 %berkategori lebih, berdasarkan PLT 87,9 % berada dalam kategori lebih. Sedangkan untuk TDD 27,3 % berada pads kategori tinggi. Gambaran umur rata-rata responden 47 ± 4,78 dan 75 % berjenis kelamin perempuan, 31,9 % dari responden mempunyai kebiasaan merokok. Untuk kebiasaan makan pagi diketahui 11,1, % jarang sarapan pagi, 9,7 % jarang mengkonsumsi sayuran, 15,3 % sering mengkonsumsi makanan trendy dan 55,6 % sering mengkonsumsi makanan berlemak. Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara status gizi (EMT, RLPP, PLT ) dengan tingkat kesegaran jasmani. Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dengan strategi pemodelan, variabel yang signifikan berhubungan dengan kesegaran jasmani adalah RLPP dan PLT. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani adalah PLT. Adapun risiko yang didapat adalah pejabat struktural yang memiliki RLPP lebih/tinggi mempunyai risiko 5,07 kali untuk mengalami kesegaran jasmani kurang dibandingkan dengan temannya yang mempunyai RLPP normal setelah dikontrol dengan variabel PLT dan pejabat struktural yang memiliki PLT tinggi lebih mempunyai risiko 6,98 kali untuk mengalami kesegaran kurang dibandingkan temannya yang mempunyai PLT normal setelah dikontrol oleh varibel RLPP. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengantisipasi kesegaran jasmani kurang dengan mengurangi faktor risiko status gizi (PLT) melalui peningkatan aktifitas fisik dengan menggalakkan program olah raga dan pengaturan makanan yang adekuat serta diadakannya pemeriksaan kesehatan fisik secara berkala agar setiap pegawai dapat memonitoring keadaan kesehatannya. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan dengan mengunakan rancangan yang berbeda dan meliputi variabel aktifitas fisik serta mengunakan semua aspek pengukuran kesegaran jasmani, sehingga dapat diketahui dengan pasti hubungan sebab akibat dari kesegaran jasmani. ......Physical fitness is one of the factors that influence one's productivity which can be defined as one's ability or competence to adapt with tasks given to him or her easily without creating excessive fatigue and he or she still has reserve energy that can be used for leisure or unexpected activity. A number of studies reveal that most workers have poor physical fitness. Structural officials in Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province are potential human resources in health development. For that reason, this study was conducted to obtain a description of physical fitness and factors that influence it by using modeling strategy. The research design used was cross sectional with 66 people as sample. The variables under study included physical fitness, Body Mass Index (BMI), Waist-hip Circumference Ratio (WCR), Body Fat Percentage (BFP), Diastolic Blood Pressure (DBP), age group, sex, smoking habit and eating habit including habits of breakfasting, eating vegetable, eating fatty meals, and eating "trendy" meals. Double logistic regression test was used in employing modeling strategy. Research result shows that level of structural officials' physical fitness was mostly (69.7%) under poor category. While their nutrition status based on BMI was 51.5% under excessive category; based on WCR 40.9% was under excessive category; based on BFP 87.9% was under excessive category. While for DBP, 27.3% was under high category. Average age of respondents 47 ± 4.78 and 75% was female; 31.9% of respondents had smoking habit. The study also discovered that 11.1% rarely took breakfast, 9.7% rarely consumed vegetable, 15.3% often consumed trendy meals and 55.6% often consumed fatty meals. Based on chi square test, there is a correlation between nutrition status (BMI, WCR, BFP) and level of physical fitness. According to double logistic regression analysis by modeling strategy, variables that significantly correlate to physical fitness are WCR and BFP. While variable that is most influencing on physical fitness is BFP. In addition, the study shows that structural officials who has excessive/high WCR tend to risk 5.07 times experiencing poor physical fitness compared to fellow official who have normal WCR after having been controlled by BFP variable, and structural officials who have high/excessive BFP tend to risk 6.98 times experiencing poor physical fitness compared to fellow officials who have normal BFP after having been controlled by WCR variable. Based on the study result, it is recommended that the Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province anticipate the poor physical fitness by reducing nutrition status risk factor (BFP) through encouraging physical activities by promoting adequate body exercises and meal diet and regularly running general check-up so that each official can monitor his or her health. Moreover, further study needs to be conducted by using different design and encompassing physical activity variable and using all aspects of physical fitness assessment so that the cause-effect relation of physical fitness can be identified more precisely.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Abstrak :
Kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas kerja Hasil penelitian Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi (PKJR) Depdikbud (1993), tenaga kerja di dua perusahaan elektronik dan dua perusahaan tekstil diperoleh angka secara berturut-turut 58,42% dan 58,95% di Jakarta dan Bogor tergolong memiliki tingkat kesegaran jasmani dengan kategori lasrang. Memperhatikan pentingnya peranan kesegaran jasmani terhadap produktifitas, PT. Indomobil Suzuki International (IST) yang memproduksi mesin kendaraan bermotor jenis kendaraan Suzuki ingin mengetahui tingkat kesegaran jasmani tenaga kerja bagian produksi. Untuk itu dilakukan penelitian terhadap tenaga kerja bagian produksi PT. ISI yang bertujuan mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan strategi pemodelan menggunakan data sekimder di Balai Keseharan Olahraga Masyarakat (BKOM) Depkes RI Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross-sectional, dengan sampel sejumlah 333 orang. Dalam melakukan strategi pemodelan digunakan uji regresi logistik ganda. Berdasarkan klasifikasi kesegaran jasmani yang digunakan oleh PKJR Depdikbud (1996), sebagian besar (41,4%) tenaga kerja bagian produksi PT. ISI memiliki kesegaran jasmani dengan kategori sedang namun bila kategori tersebut disederhanakan seperti yang digunakan oleh Sulistyowati (2000), sebagian besar (53,8%) tenaga kerja memiliki kesegaran jasmani dengan kategori baik Berdasarkan klasifikasi Persentase Lemak Tubuh (PLT) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang digunakan oleh Depkes RI (1996), sebagian besar (40,2%) tenaga kerja memiliki PLT dengan kategori baik dan sebagian besar (76,6%) tenaga kerja memiliki IMT dengan kategori normal. Berdasarkan klasifikasi Tekanan Darah Diastolik (TDD) yang digunakan oleh Americans hnstitures of Medicine (1988), sebagian baser (45,0%) tenaga kerja memiliki TDD dengan kategori normal. Berdasarkan klasifikasi umur yang digunakan oleh PKJR Depdikbud (1995), sebagian besar (45,9%) tenaga kerja termasuk dalam golongan umur 40-49 tahun. Berdasarkan uji Pearson chi-Square pada derajat kepercayaan 95%, secara statistik menunjukkan hubungann yang bermakna antara kategori PLT dengan kesegaran jasmani (p = 0,000), kategon IMT dengan kesegaran jasmani (p = 0,001), kategori TTD dengan kesegaran jasmani (p = 0,000), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara golongan umur dengan kesegaran jasmani (p= 0,486). Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dengan strategi pemodelan, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesegaran jasmani adalah kategori PLT, kategori IMT, kategori TDD, dan golongan umur. Tenaga kerja yang memiliki PLT dengan kategori lebih dan gemuk (PLT > 17%) mempunyai risiko 12,22 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang mempunyai PLT baik sekali (PLT 5-10%); mereka yang memiliki IMT dengan kategori kurus (IMT<18,5) mempunyai risiko 6,42 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang memiliki IMT dengan kategori normal (IMT 18,5-25,0); mereka yang memiliki TDD dengan kategori tinggi mempunyai risiko 3,41 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang memiliki TDD dengan kategori normal; dan mereka yang berumur 50-59 tahun mempunyai risiko 1,45 kali untuk memiliki kesegaran dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang berumur 20-29 tahun, namun risiko umur tersebut secara statistik tidak bermakna. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar PT. LSI mengantisipasi kesegaran jasmani tenaga kerja dengan mega aktifitas fisik tenaga kerja melalui penggalakan program olahraga dan pengaturan menu makanan yang adekuat. ......It is stated that physical fitness is one of the factors which influence productivity. Research result from Center of Physical Fitness and Recreation (CPFR), Departmont of Education and Culture (DEC) (1993), found that 58.42% of workers at two electronic companies and 58.95% of workers at two textile companies have low physical fitness. PT. ISI, the company that produces Suzuki machine, understand that physical fitness have influence to productivity. Therefore, the company wants to find out the physical fitness of company woken, especially those who works at the deparhnent of production. For this reason, study about physical fitness among workers at the department is conducted. The objective of the study is to know the degree of physical fitness and it influence factors by using modeling strategy. Data for this study was using secondary data from the IPHS. The design of the study is cross-sectional with 333 samples, and using multiple logistic regression test in its modeling strategy. The study found that, based on physical fitness clasification which used by CPFR, Departement of Education and Culture (DEC) (1996), most of workers at PT. ISI (41.4%) have physical fitness in mild category, but if the category is simplified as used by Sulistyowati (2000), most of workers (53.8%) have physical fitness in good category. Based on Proportion of Body Fat (PBF) which clasified by The Departement of Health of RI (DCHRI) (1994), most of workers (40.2%) have PBF in good category. Based on Body Mass Index (BMI) clasification used by DOHRI (1996), most of workers (76.6%) have BMI in normal category. Based on Diastolic Blood Pressure (DBP) clasification used by Americans Institutes of Medicine (AIM) (1988), most of workers (45.0%) have DBP in normal category. Based on age clasification used by CPFR Departement of Education and Culture (1996), most of workers (45.9%) have age in 40-49 years category. Based on chi-Square Pearson test with 95% CI, there are a significant relations between PBF and physical fitness (p.1.000), BMI and physical fitness (p=0.001), DBP and physical fitness (p~,000). However, there is no significant relations between age and physical fitness (p.486). Result from multiple logistic regression analysis with modeling strategy, found that physical fitness is influenced by PBF, BMI, DBP and age. Workers with PBF in overweight and obese category (PBF >17%) face a greater risk 12.22 times to have low physical fitness compared to those with PBF in very good category (PBF=5-10%). While those who have BMI in thin category (BMI<18.5) have risk 6.42 times to have low physical fitness, compared to those workers who have normal category (BMI 18.5-25.0). Those who have high diastolic blood pressure face a risk 3.41 times to have low physical fitness, compared to workers with normal diastolic blood pressure; and workers with age 50-59 years old have risk 1.45 times to have low physical fitness than workers with age 20-29 years old. However, based on statistic this age relationship is not significant Regarding to the result of the study, it is suggested that PT. ISI should make an action to anticipate the physical fitness of the workers in increasing their physical activities through sport and adequate nutrition program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Ervin S.
Abstrak :
Pada tahun 1989/1990 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan survai tingkat kesegaran jasmani kelompok usia kerja di lingkungan pegawai negeri dan swasta. Hasil survai menyimpulkan bahwa tingkat kesegaran jasmani kelompok usia kerja di lingkungan pegawai negeri dan swasta adalah kurang. Penelitian yang dilaksanakan merupakan studi cross sectional untuk mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani karyawan-karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan melakukan pengukuran daya tahan kardiovaskuler menggunakan ergocycle serta mengetahui hubungannya dengan karakteristik karyawan-karyawati tersebut. Hasil penelitian menunjukkan 72.3 % karyawan-karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah memiliki tingkat kesegaran jasmani kurang dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat kesegaran jasmani karyawan karyawati tersebut yaitu usia (p = 0.0043) dan aktifitas olahraga (p = 0.0004). Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesegaran jasmani karyawan karyawati Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan cara meningkatkan daya tahan kardiovaskuler melalui latihan olahraga yang teratur dan terencana. ......Figure of Physical Fitness Level among Employees of Public Health Centre of Palmerah, West Jakarta 2001In 1989/1990 Department of Health Republic of Indonesia has implemented a physical fitness level survey among the working age group of the civil servant and private employees. The survey shows that physical fitness level of the working age group of the civil servant and private employees are low. This study is a cross sectional study to know physical fitness level among the employees of Public Health Centre of Palmerah by measuring cardiovascular resistance using ergo cycle and knowing the relationship according employee characteristics. The study shows that 72.3 % employees of Public Health Centre of Palmerah have low physical fitness level and the factors related with the employees physical fitness level are age (p = 0.0043) and exercise activities (p = 0.0004). Therefore, efforts to increase physical fitness level of the employees of Public Health Centre of Palmerah are needed by increasing cardiovascular resistance through regular and planned exercise.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yogialamsa
Abstrak :
LATAR BELAKANG : Awak pesawat khususnya penerbang tempur yang bekerja pada kondisi hipobarik akan mudah terpajan hipoksia jika tidak menggunakan perlengkapan Positive Pressure Breathing diatas ketinggian 39.500 kaki dan bila mengalami kondisi emergensi berupa loss of cabin pressurization. Selama melakukan manuver Positive Pressure Breathing akan membutuhkan kekuatan otot-otot ekspirasi, karena kerja otot ekspirasi menjadi aktif. Tingkat kesamaptaan jasmani yang baik diyakini dapat meningkatkan kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. HIPOTESIS : Penelitian ini bertujuan membuktikan kebenaran hipotesis bahwa terdapat hubungan antara tingkat kesamaptaan jasmani A dan tingkat kesamaptaan jasmani B dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. METODE : Pada simulasi latihan Positive Pressure Breathing subyek dipajankan terhadap tekanan 25 mmHg dan diinstuksikan untuk bernafas melawan tekanan tersebut sampai timbul kelelahan, tidak dapat berkomunikasi dan hiperventilasi. Kemampuan subyek pada latihan Positive Pressure Breathing dinilai dengan lamanya durasi bertahan. Tingkat kesamaptaan jasmani subyek dinilai dengan prosedur tes kesamaptaan jasmani yang diberlakukan di TNI AU. HASIL : Rata-rata tingkat kesamaptan jasmani 67,6 ± 5,6. Rata-rata durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing 6,77 ± 1,49 detik. Pada analisis multivariate ditemukan adanya hubungan yang sedang antara tingkat kesamaptaan jasmani A (r = 0,285 ; p = 0,05) dan tingkat kesamaptan jasmani B (r = 0,292 ; p = 0,05) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. Repetisi gerakan sit up dalam tes kesamaptaan B memiliki hubungan yang kuat (r = 0,549 ; p = 0,000) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing dan repetisi gerakan pull up dalam tes kesamaptaan B memiliki hubungan yang sedang (r = 0,347 ; p = 0,003) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. KESIMPULAN : Tingkat kesamaptaan jasmani A dan B dapat digunakan untuk memprediksi durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing pada awak pesawat dan penerbang tempur. Latihan untuk menguatkan otot perut kemungkinan akan dapat mengurangi kelelahan yang terjadi saat melakukan manuver Positive Pressure Breathing. ......BACKGROUND : Air Crew especially fighter pilots who work in a hypobaric condition shall tend to exposed by hypoxia when flying above 39,000 ft and in an emergency condition such as loss of cabin pressurization if they don't use a Positive Pressure Breathing equipment. During Positive Pressure Breathing maneuver they shall require expiratory muscles strength that become active during this maneuver. Good fitness levels are believed to be able to increase endurance ability on Positive Pressure Breathing training. HYPOTHESIS : This study aims to define correlation between fitness levels and durations of endurance ability on Positive Pressure Breathing Training. METHODS : Subjects who underwent to Simulation of Positive Pressure Breathing Training were exposed to 25 mmHg and instructed to resist that they suffered until volitional fatigue, difficulty to communication and hyperventilation. They endurance ability on Positive Pressure Breathing Training was evaluated by measuring the exposure durations. Fitness levels were determined by using a standardized test protocol of Indonesian Air Force. RESULTS : The mean value of fitness levels 67,6 ± 5,6 . The mean value of duration of endurance ability on Positive Pressure Breathing Training 6,77 ± 1,49 second. With multivariate analysis statistically aerobic fitness level had moderate positive correlation (r = 0,285 ; p = 0,05) and statistically muscle fitness level had moderate positive correlation too (r = 0,292 ; p = 0,05). Sit up item had a strong correlation (r = 0,549 ; p = 0,000) with ability on Positive Pressure Breathing Training durations. Pull up item had a moderate correlation (r = 0,347 ; p = 0,003) with ability on Positive Pressure Breathing Training durations. CONCLUSION : The result indicate that the aerobic and muscle fitness level both can be used to predict duration of endurance ability on Positive Pressure Breathing performed by air crew and Indonesian Air Force fighter pilots. Training to strengthen abdominal muscle may reduce fatique while performing Positive Pressure Breathing maneuver.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andaru Hutama Samsuria
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Dalam bidang kerja, masih banyak program latihan kebugaran jasmani yang dilaksanakan sesuai program latihan kebugaran jasmani pada bidang olah raga, yang intensitas dan lama waktu latihan tidak sesuai dengan kebutuhan bidang kerja. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan penerapan program latihan yang didasari ilmu faal kerja. Penelitian ini dilakukan dengan metoda pre dan post eksperimen. Tujuan penelitian adalah untuk melihat tingkat kebugaran jasmani sebelum dan setelah perlakuan dan hubungan antara faktor-faktor resiko dengan peningkatan kebugaran jasmani. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 50 orang tenaga kerja wanita. Kebugaran jasmani terdiri dari variabel waktu daya tahan, kekuatan otot dan denyut nadi yang dinilai sebelum dan sesudah latihan selama 6 minggu (16 sesi). Selain itu dilakukan penelitian keluhan otot dan hasil produksi sampel sebelum dan sesudah latihan. Penelitian menunjukkan: - Perbedaan bermakna pada peningkatan waktu daya tahan, kekuatan otot dan denyut nadi sebelum dan sesudah latihan (p < 0,001). - Terdapat korelasi positif lemah antara umur dan waktu daya tahan setelah latihan. - Terdapat korelasi positif sedang antara Hb dan kekuatan otot sebelum latihan. - Terdapat korelasi negatif lemah antara gizi dengan nadi latihan sebelum mengikuti program latihan. - Terdapat hilangnya keluhan otot leher dan tangan setelah latihan dan terdapat penurunan keluhan otot lainnya (bahu, pinggang dan punggung). - Peningkatan hasil produksi setelah latihan 6 minggu (p < 0,001 ). - Terdapat korelasi positif sedang antara kadar Hb dengan hasil produksi sebelum latihan (p <0,05 ) dan antara kadar Hb dengan hasil produksi setelah latihan (p < 0,05). ......Scope and method : At the moment we found many physical fitness sport programs were adopted for workers in which the intensity and duration of programs did not suit worker's fitness. Worker's fitness programs should be based on work physiological aspects. This study aimed to improve physical fitness of workers through participating in a physical training consist of a set of physiological activities. Several risks factors i.e., age, Hb, were being identified the relations to work body resistance, muscles power and pulse rate. Design of study was a pre-post quasi experimental test and the sample size was fifty women workers. Duration of training was six weeks containing 16 sessions. Muscular complaints and worker's productivity were also being assessed before and after training. Results and conclusions : - There were significant differences between work body resistance, muscles power, pulse rate before and after training. (p<0,001). - There was a positive correlation between age ,and work body resistance after training. - There was a moderate positive correlation between Hb ,and muscles power before training. - There was a negative correlation between nutrition and pulse rate before training. - There was decreases in muscular neck pain and other muscular complaints. - There was an increase of productivity after training. - There were strong positive correlation between lib and productivity before and after training. (p<0,05).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyoso Indrasanto
Abstrak :
Banyak cara yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Penentuan tingkat kesegaran jasmani dalam hal ini untuk menentukan 'V02 Max'. Penelitian ini melakukan pengukuran V02 max dengan uji latihan jentera lari (bruce) dibandingkan dengan uji latih lapangan (balke). Dari penelitian ini ternyata hasil V02 Max yang diukur dengan cara uji latih jentera lari metode Bruce yang dilakukan sampai mencapai target nadi 220 - umur dibandingkan dengan uji latih secara Balke diperoleh hasil, yang secara statistik tidak berbeda bermakna. Oleh karena itu untuk menentukan V02 Max seseorang yang tidak menderita penyakit kardiovaskuler, dapat dipakai metode Balke, dimana dengan cara ini ternyata lebih mudah, cepat dan tak memerlukan biaya mahal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aridon Anikar
Abstrak :
Proporsi tingkat kesegaran jasmani kurang pada anak usia remaja (10-I9 tahun) di Indonesia diketahui masih cukup tinggi, hal ini akan memberi dampak buruk pada daya tahan kerja, kecerdasan, dan produktivitas mereka. Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan informasi tentang proporsi tingkat kesegaran jasmani kurang pada siswa SLTP Negeri dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kesegaran jasmani mereka. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjungkarang Barat Kodya Bandar Lampung atas dasar bahwa penelitian semacam ini belum pernah ada dan jumlah SLTP Negeri yang ada di kecamatan tersebut paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kodya Bandar Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 200 orang siswa kelas I s/d III yang dipilih secara acak sederhana dari 5 SLTP Negeri. Tingkat kesegaran jasmani sampel diukur dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Piagam Presiden Untuk Siswa SMTP, sedangkan analisa data dilakukan dengan metoda regresi logistik. Hipotesa yang diajukan adalah ada hubungan antara faktor jenis kelamin, umur; aktivitas fisik, status gizi, keadaan kesehatan, kebiasaan makan pagi, atau kebiasaan merokok dengan tingkat kesegaran jasmani siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 69,4% dari seluruh siswa yang diteliti ternyata memiliki jasmani yang tidak segar. Setelah dikontrol dengan faktor lainnya ternyata status gizi, kebiasaan makan pagi, jenis kelamin, dan keadaan kesehatan siswa merupakan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan tingkat kesegaran jasmani. Salah satu kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kebiasaan makan pagi merupakan faktor yang paling besar tingkat resikonya terhadap kesegaran jasmani siswa, karena siswa yang tidak biasa makan pagi ternyata memiliki resiko untuk mendapatkan jasmani yang tidak segar sebesar 14,13 kali lebih tinggi dibandingkan siswa yang biasa makan pagi (POR = 14,13; 95% CI: 1,79 - 111,24; p = 0,0119 ). Saran yang bisa diberikan adalah meningkatkan KIE kepada siswa, guru, dan orang tua murid dalam berbagai kesempatan dan cara tentang pentingnya makan pagi bagi kesegaran jasmani siswa. ......Milt physical fitness level proportion at teenagers (10-19 year old) in Indonesia has been known still in high level, furthermore that would become a damage effect on work endurance, intellegentia, and their productivity. The purpose of this research is to get more infomation about ratio of milt physical fitness level at Public Yunior High Schools students and factors that related with their physical fitness level. The research was conducted in West Tanjungkarang Subdistrict Bandar Lampung District, based on there was not any similar research before, and the number of Public Yunior High Schools in this subdistrict are greater than in other subdistricts in Bandar Lampung District. Moreover, cross sectional analysis was used in this design research. The samples consist of 200 students fiom the first to third grade at 5 Public Yunior High Schools, those were choosen randomly. Physical fitness level of the samples were measured with the President Charter of Physical Fitness Test for Yunuior High School Student. The data were analyzed with logistic regression method. The submitted hypqtesis is there were relationships among sex, age, physical activity, nutritional status, healthiness, breakfast custom, and smoking behavior factor with student physical fitness level. Further, the result showed that 69.4% of student fiom the samples had tmtit body. In fact, after it was controlled with another factor, it appeared that nutritional status, breakfast custom, sex, and student health condition were risk factors which related with physical fitness level.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan. Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test. Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.
ABSTRACT Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division. Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method. Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60). Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>