Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ermitati
Abstrak :
ABSTRAK
Ada dua jenis kalimat yang dihasilkan dalam penggunaan bahasa, yakni kalimat sistem (system-sentence) dan kalimat teks (text-sentence). Menurut Lyons (1981; 1995), kalimat yang dituturkan oleh pembicara mengandung makna proposisional dan makna nonproposisional. Makna proposisional bertalian dengan makna yang tersandi dalam ungkapan alami, yang dapat benar atau takbenar bergantung pada kebenaran atau ketakbenaran proposisi yang dinyatakan, sedangkan makna nonproposisional bertalian dengan pengungkapan sikap, keyakinan, atau perasaan pembicara, yang tersandi dalam unsur leksikal atau unsur gramatikal kalimat yang dituturkannya.

Objek penelitian ini adalah kalimat sistem bahasa Indonesia ragam lisan informal, yang dipakai di Jakarta. Dengan menggunakan- metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna nonproposisional yang tersandi dalam unsur leksikal dan unsur gramatikal suatu kalimat. Penelitian ini menggunakan teori makna kalimat Lyons (1995), yang menggabungkan teori makna kalimat Katz-Fodor (1963) dengan teori tindak ujar Austin (1962) dan implikatur konvensiona! Grice (1975).

Dalam penelitian ini saya menemukan bahwa penutur bahasa Indonesia dapat menggramatikalkan keyakinannya terhadap kebenaran suatu proposisi dengan menuturkan kalimat deklaratif berupa komitmen epistemik dan kalimat tak langsung, serta penuturan kalimat interogatif. Sikap pembicara terhadap peristiwa dapat digramatikalkan dengan penuturan kalimat imperatif, sedangkan rasa kagum pembicara terhadap sesuatu dapat digramatikalkan dengan penuturan kalimat eksklamatif. Sikap pembicara terhadap proposisi dan sikap pembicara terhadap peristiwa itu disebut oleh Lyons (1995) sebagai makna subjektif.

Makna subjektif yang tersandi dalam unsur leksikal dapat diklasifikasi menjadi (a) keyakinan pembicara terhadap kebenaran proposisi, (b) keyakinan pembicara terhadap ketakbenaran proposisi, (c) kekurangyakinan pembicara terhadap kebenaran proposisi, dan (d) sikap pembicara terhadap peristiwa. Makna social yang tersandi dalam unsur leksikal dapat diklasifikasi berdasarkan penggunaan (a) pronomina persona kedua, (b) leksem kekerabatan, dan (c) penggunaan eufemisme.

Keyakinan pembicara terhadap kebenaran proposisi disebut praanggapan: Praanggapan berbeda dari perikutan karena perikutan merupakan makna proposisional yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam suatu proposisi. Perikutan dapatdiungkapkan melalui relasi makna antarunsur leksikal pengisis gatra kalimat. Berdasarkan relasi makna antarunsur leksikal, perikutan dapat diklasifikasi menjadi empat, yakni (a) perikutan sepihak, (b) perikutan pertentangan, (c) perikutan timbal balik, dan (d) perikutan kebalikan. Praanggapan dalam bahasa Indonesia diklasifikasi berdasarkan pemicu praanggapan menjadi (a) pemicu praanggapan verba, (b) pemicu praanggapan adverbia, (c) pemicu praanggapan konjungtor, (d) pemicu praanggapan pronomina, dan (e) pemicu praanggapan partikel.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Longyear, Christopher Rudson
Paris: Mouton, 1971
412 LON l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leesberg, Arnold C.M.
Leyden: E.J. Brill, 1903
410 LEE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Kristiantin
Abstrak :
Kala kini dipakai untuk mengungkapkan kegiatan futur sejak periode Inggris Kuno hingga Inggris Modern. Yang ingin diketahui adalah perkembangan pemakaian kala kini sebagai pemarkah futur bahasa Inggris. Tujuannya untuk melihat persamaan dan perbedaan pemunculan kala kini selaku pemarkah futur dalam tiga periode bahasa Inggris baik dari segi sintaksis maupun semantis. Penelitian dilakukan secara sinkronis dan diakronis dengan prosedur kerja sebagai berikut: mencari kala kini yang merujuk pada futur dalam setiap periode dan mencari terjemahan bahasa Inggris Kuno dan menengah dalam bahasa Inggris Modern. Untuk membahas kala dipakai pembahasan Comrie, Lyons & Quirk et al. Pada periode Inggris Kuno segala nuansa makna futur diungkapkan dengan kala kini, sehingga makna futur kala kini sangat luas. Sebagai pemarkah futur, kala kini paling sering berada dalam kalimat tunggal. Di samping itu kala kini terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional, klausa obyek sesudah verba bermakna futur, klausa sesudah frasa subyek (it is) yang bermakna futur dan klausa adverbia. Dalam periode ini verba (be) mempunyai dua bentuk. Untuk mengekspresikan kegiatan kini digunakan bentuk wesan dan untuk kegiatan futur digunakan (beon). Verba (weorpan) dipakai pula untuk merujuk pada kegiatan futur. Pada periode Inggris Menengah (will/shall) mulai dipakai sebagai pemarkah futur. Dengan demikian makna futur kala kini menjadi lebih sempit bila dibandingkan dengan maknanya pada periode Inggris Kuno, yakni hanya digunakan untuk kegiatan futur yang pasti terjadi. Sebagai pemarkah futur, kala kini berada dalam kalimat tunggal disertai keterangan waktu futur. Selain itu terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional, klausa obyek sesudah verba, bermakna futur, klausa setelah frasa subyek (it is) dengan makna futur dan klausa adverbia. Pada periode ini verba bean & (weorpan) tetap dipakai untuk merujuk futur. Dalam periode Inggris modern timbul berbagai pemarkah futur, sehingga makna futur kala kini lebih sempit lagi dari maknanya pada periode sebelumnya, yaitu kegiatan futur dipastikan terjadi karena proses waktu, hukum alam & takdir. Kala kini yang merujuk pada futur berada dalam kalimat tunggal atau klausa bebas. Di samping itu terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional (umumnya berada dalam klausa utama), klausa obyek sesudah verba bermakna futur, sesudah frasa subyek it is yang bermakna futur, klausa adverbia dan sesudah frasa verba (to take care), (to take heed) & (be sure). Pada periode Modern verba (be) yang digunakan untuk kegiatan futur sama dengan yang digunakan untuk kegiatan kini. Verba (weorpan) tidak dipakai lagi untuk mengungkapkan kegiatan futur. Setelah ditelusuri, ternyata kala kini sebagai pemarkah futur mempunyai konstruksi sama dalam ketiga periode. Dari segi semantis diperoleh petunjuk bahwa kala kini mengalami pengurangan makna yakni dari yang bersifat umum menjadi lebih sempit. Verba (be) yang merujuk pada kegiatan futur mempunyai perkembangan sendiri. Pada periode Inggris Kuno dan permulaan Inggris Menengah dibedakan antara bentuk be yang mengacu pada kegiatan kini dan futur, namun di akhir periode Inggris Menengah dan dalam periode Modern perbedaan itu sudah tidak ada lagi.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Mansoor-Niksolihin
Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1993
499.221 SOF p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wang, Hui
Xian: Shanxi ren min chu ban she, 1999
SIN 495.1 WAN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elias, Michael
Utrecht: Kosmos, 1992
BLD 439.312 ELI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kreuzen, Hans
Rijswijk: Elmar, 1993
BLD 439.312 KRE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Toorn, M.C. van den
s-Gravenhage: SDU Uitgeverij, 1991
BLD 439.312 TOO w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>