Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soemoenoe
Abstrak :
Dalam Penelitian mengenai Pemahaman Mahasiswa P.T.I.K Angkatan XXXIV mengenai Materi ilmu-ilmu Sosial. Sosiologi Hukum bertujuan untuk menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, lingkup referensi dan luas pengalaman (frame of reference and field of experience) mahasiswa akan mempengaruhi pemahaman mereka terhadap materi kuliah yang diterima. Dari hasil pengamatan penulis di kelas selama proses belajar mengajar berlangsung, terjadi interaksi dan komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Dosen memberikan materi kuliah menggunakan alat bantu seperti transparan dan pagan tulis untuk menuliskan hal-hal yang dianggap penting, sedangkan mahasiswa mendengar, memperhatikan dengan serius dan mencatat jika ada hal-hal yang penting. Seringkali dosen mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah mahasiswa mengerti tentang materi yang baru disampaikan. Tidak semua pertanyaan dosen ditanggapi, ada mahasiswa yang memang bertanya untuk mengetahui penerapan ilmu tersebut di lapangan, ada pula yang pertanyaannya tidak terkait dengan perkuliahan itu. Di sini penulis selaku pengamat melihat ada komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa, tetapi tidak menjamin bahwa komunikasi yang timbal balik itu efektif, tergantung pada mutu pertanyaan dan jawaban dosen. Bahkan ada perkuliahan yang tidak ada dialog antara dosen dan mahasiswa, interaksi dan komunikasi hanya berjalan searah. Di sini pengamat melihat dosen terlalu padat menggunakan waktu kuliah dalam menyampaikan materi kuliah tersebut, sehingga tidak dapat diketahui langsung apakah dosen mengerti materi kuliah yang diberikan dosen tersebut atau sebaliknya. Dari proses belajar mengajar di kelas, dapat diketahui bahwa cara dan gaya dosen dalam memberikan kuliah sangat mempengaruhi proses pemahaman mahasiswa mengenai pengetahuan ilmu-ilmu sosial yang diberikan oleh para dosen. Dari sisi mahasiswa sendiri, faktor intern mereka sangat mempengaruhi, yaitu pola pikir mereka satu sama lain tidak sama contohnya: mahasiswa pria yang mengikuti kuliah S-1 di PTIK rata-rata sudah lama meninggalkan kuliah (AKABRI Kepolisian) karena mereka langsung tugas lapangan (lebih kurang delapan tahun). Sedangkan mahasiswa putri (Polwan) langsung lulus dari D-3 PTIK, sehingga daya ingat mereka tentang ilmu-ilmu sosial yang diberikan masih segar. Pemahaman mereka mengenai ilmu-ilmu sosial yang diberkan di S-1 inipun akan bervariasi. Faktor lain yang turut mempengaruhi pemahaman mahasiswa mengenai ilmu-ilmu sosial yang diberikan dalam kuliah S-1 di PTIK adalah luas lingkup pengalaman yaitu latar belakang mahasiswa seperti lingkungan kehidupan mereka yang mempengaruhi kondisi emosinya. Jadi dapat disimpulkan oleh penulis yang dituangkan dalam tesis ini bahwa Pemahaman Mahasiswa PTIK Angkatan XXXIV mengenai Pengetahuan ilmu-ilmu Sosial, Ilmu Sosiologi Hukum bervariasi karena dipengaruhi oleh : 1. Lingkup Referensi (Frame of Reference), 2. Luas Pengalaman (Field of Experience) dari masing-masing individu.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gustiana Andriani
Abstrak :
ABSTRAK
Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan manusia di masa dewasa muda adalah memilih pasangan hidup. Proses pemilihan pasangan hidup merupakan tahap awal yang akan dilalui jika seseorang memutuskan untuk menikah. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai kriteria yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam interaksi mereka dengan lingkungannya, yang oleh Bronfrenbrenner (dalam Berns, 1997) dibagi menjadi beberapa struktur yaitu sistem mikro, sistem ekso, sistem meso, sistem makro, dan chronosystem atau dimensi waktu. Sebagai bagian dari sistem mikro, orangtua dapat menjadi sumber bagi seorang anak dalam menentukan pilihan pasangan hidup. Seorang anak akan menerima nilai-nilai menyangkut pemilihan pasangan hidup sejak kecil dari orangtuanya dan hal tersebut merupakan bagian dari peran orangtua dalam pengasuhan anak. Budaya Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrlinial, dimana ibu memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan anak termasuk dalam pemilihan pasangan hidup. Campur tangan tersebut terkadang dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orangtua. Penelitian ini mencoba untuk melihat fenomena yang terjadi antara dua generasi. Bagaimana kontribusi peran ibu dalam hal pemilihan pasangan hidup anak perempuan sulung khususnya dalam budaya Minangkabau; ciri khusus harapan ibu dan anak; serta faktor yang mempengaruhi mereka dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara. Subyek wawancara adalah tiga pasang ibu dan anak perempuan sulung yang berada dalam lingkungan budaya Minangkabau dan tidak pernah merantau ke luar Sumatra barat. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan ekologis, teori pengasuhan anak, teori perkembangan dewasa muda, teori pemilihan pasangan hidup, dan teori yang berhubungan dengan nilai budaya dan adat Minangkabau. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa ketiga subyek ibu mempunyai pengaruh dalam menentukan pilihan pasangan hidup anak perempuan sulung. Anak tidak akan menolak jika ibu menentukan pasangan hidupnya, sebab ada kecenderungan anak menganggap pilihan ibu adalah pilihan yang terbaik. Ciri khusus harapan seluruh subyek dalam menentukan pilihan pasangan hidup berhubungan dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau, dimana keduanya dipahami sebagai rangkaian yang saling melengkapi. Dari segi agama, semua subyek baik ibu dan anak mengharapkan pasangan hidup yang taat dan takwa terhadap Tuhan. Sedangkan dari segi adat istiadat mereka mengharapkan pasangan hidup yang dapat bertingkah laku sopan, memahami tata krama, dan tata berbicara sesuai dengan adat istiadat Minangkabau. Hasil penelitian juga menunjukkan, ada dua faktor yang mempengaruhi seluruh subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup yaitu faktor homogami dan faktor lingkungan. Faktor homogami merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi seluruh subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup, sedangkan faktor lingkungan masyarakat merupakan faktor ektrinsik yang secara tidak langsung mempengaruhi seluruh subyek. Pengaruh yang diterima oleh seluruh subyek dari sistem lingkungan memberikan informasi baru sehingga mereka lebih terbuka untuk menikah dengan orang lain di luar suku bangsa Minangkabau atau keluar dari pola ideal perkawinan menurut adat Minangkabau. Seluruh subyek memahami nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau sebagai tuntutan yang harus diterima mereka, terutama keberadaan mereka sebagai perempuan Minangkabau. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian dengan karakteristik latar belakang yang berbeda, misalnya membandingkan subyek yang berada di budaya Minangkau dengan mereka yang berasal dari budaya lain atau membandingkan subyek yang berada dalam budaya Minangkabau tetapi berasal dari nagari yang berbeda. Penelitian juga dapat dilakukan dengan melakukan studi terhadap tiga generasi perempuan dalam budaya tertentu, tidak hanya dalam hal pemilihan pasangan hidup tetapi menyangkut aspek perkembangan lain sehingga akan tampak kekayaan dan kelemahan budaya yang teliti.
2001
S3052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Eka Setiawan
Abstrak :
Masyarakat Huaulu dikenal dengan keunikan bentuk rumah adat, ritual dan aturan tabu di masyarakat yang dipengaruhi oleh adat istiadat dari leluhur. Sebagai sebuah suku yang terletak di daerah pegunungan, situasi ini tidak menjadikan Huaulu tertutup dari dunia luar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam ke tokoh adat masyarakat Huaulu. Dunia modern yang mulai mempengaruhi dan mengubah Pulau Seram menjadi salah satu faktor yang dapat menghilangkan tradisi lokal khususnya ritual inisiasi atau cidaku di Huaulu. Skripsi ini membahas mengenai ritual cidaku sebagai bagian dari modal budaya yang masyarakat Huaulu gunakan untuk mempertegas identitas tradisional mereka dan membahas mengenai perubahan serta dampak dari adanya modernisasi yang mempengaruhi Desa Huaulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ambivalensi logika budaya terjadi ketika masyarakat Huaulu mempertahankan tradisi lokal yang mereka miliki dengan terus menyelenggarakan ritual dan menerapkan prinsip tabu dari leluhur, akan tetapi di satu sisi mempertimbangkan kembali prinsip tersebut karena sudah menerima modernitas yang ditunjukkan dengan penggunaan teknologi serta pembangunan desa yang lebih modern. Logika budaya yang saling tumpang tindih ini menimbulkan fenomena cultural debasement, sebuah situasi yang membuat prinsip dan nilai tradisional di masyarakat menjadi berkurang mengikuti perkembangan desa ke situasi yang lebih modern demi memenuhi kebutuhan masyarakat Huaulu yang menjadi lebih kompleks. ......The Huaulu community is known for its unique traditional house shapes, rituals and taboo rules in the community which are influenced by the customs from their ancestors. As a tribe located in a mountainous area, this situation did not make Huaulu sealed off from the outside world. The research was conducted using qualitative methods through participant observation and in-depth interviews with traditional leaders of the Huaulu community. The modern world that began to start influencing and change Seram Island became one of the factors that can eliminate local traditions, especially initiation rituals or cidaku in Huaulu. This thesis discusses the cidaku ritual as part of the cultural capital that Huaulu community uses to emphasizes their traditional identity and discusses the changes and impacts of modernization that affect Huaulu Village. The results show that the ambivalence of cultural logic occurs when the Huaulu community maintains their local traditions by continuing to perform rituals and applying the taboo principle of their ancestors, but on the other hand they reconsider these principles because they have accepted modernity as shown by the use of technology and more modern village development. These overlapping cultural logics give rise to the phenomenon of cultural debasement, a situation where traditional principles and values in society start to diminish following the development of the village to a more modern situation in order to fulfill the needs of the Huaulu community that become more complex.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rapport, Nigel
London: Routledge, 2000
301 RAP s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harris, Marvin, 1927-2001
New York : HarperCollins, 1991
306 HAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda, Serena
California: Wadsworth, 1994
306 NAN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crapo, Richley H.
London : McGraw-Hill, 2002
306 CRA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Miller, Barbara D.
Boston: Pearson Education, 2005
306 MIL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda, Serena
Australia: Wadsworth, 2002
306 NAN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Barnouw, Victor
London: The Dorsey Press, 1975
572 Bar e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>