Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cansilia Dwi Ervianti
Abstrak :

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) dalam sepuluh tahun terakhir (2007-2017) jumlah perusahaan konstruksi relatif meningkat setiap tahun rata-rata 7,82%, kondisi ini mengakibatkan peningkatan daya saing konstruksi perusahaan dalam memenangkan lelang. Kegiatan estimasi yang tepat diharapkan dalam proses lelang untuk memenangkan lelang pada harga yang kompetitif. Sulit bagi kontraktor untuk menentukan harga penawaran karena adanya risiko yang mempengaruhi penentuan harga proyek. Karena itu, strategi penawaran perlu dikembangkan dengan mengidentifikasi hal yang perlu dipertimbangkan dari tahap lelang berbasis risiko. Dalam studi ini, kami mengidentifikasi kegiatan dan output dari setiap proses pada tahap lelang yang perlu dipertimbangkan dalam proses estimasi  dan menganalisis risiko yang mungkin timbul dalam setiap proses tender. Data diperoleh melalui studi literatur dan kuesioner, kemudian diolah dengan analisa regresi dan analisa risiko. Hasil dari penelitian ini tahapan menerima informasi tender, keputusan keikutsertaan tender, penentuan tim tender, mengambil dan mempelajari dokumen lelang, mengikuti penjelasan lelang, peninjauan lapangan, penentuan jadwal pelaksanaan, penentuan metode kerja, kebutuhan jaminan penawaran, perhitungan harga penawaran hingga kelengkapan dokumen administrasi dan teknis berpengaruh terhadap kinerja lelang. Dengan 5 variabel berisiko tinggi yaitu data BQ tidak lengkap, kemungkinan kontraktor atau penyedia jasa akan mengalami kerugian, perhitungan volume tidak akurat, dan kurangnya informasi mengenai tender yang akan datang.

 

Kata kunci: Strategi Penawaran; Penawaran yang kompetitif; Kinerja lelang; Proses estimasi

 


According to the Indonesian Central Bureau of Statistics (BPS) in the last ten years (2007-2017) the number of construction companies has increased by an average of 7.82% every year, this condition has resulted in an increase in the company`s construction competitiveness in winning the auction. Appropriate estimation activities are expected in the auction process to win the auction at competitive prices. It is difficult for contractors to determine the bid price because of the risks that affect project pricing. Therefore, the bidding strategy needs to be developed by identifying things to consider from the risk-based auction stage. In this study, we identify the activities and outputs of each process at the auction stage that need to be considered in the estimation process and analyze the risks that may arise in each tender process. Data obtained through literature study and questionnaire, then processed with regression and risk analysis. The results of this study are stages of receiving tender information, tender participation decisions, determination of tender teams, taking and studying auction documents, following auction explanations, field review, determination of implementation schedule, work method determination, bid guarantee requirements, bid price calculation to administrative documents and technical effect on auction performance. With 5 high risk variables, namely BQ data is incomplete, it is likely that the contractor or service provider will experience losses, inaccurate volume calculations, and lack of information regarding upcoming tenders.

 

Keywords: Bidding Strategy; Competitive Bidding; Auction Performance; Estimation Process

 

2019
T52927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Triarini Indirasari
Abstrak :
ABSTRAK
Waktu merupakan konsep abstrak yang tidak bisa dilihat secara kasat mata sehingga manusia menggunakan analogi dari konsep lain yang lebih konkrit dalam menjelaskan konsep waktu. Analogi tersebut tercermin dalam bentuk metafora yang digunakan dalam berbahasa. Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa metafora waktu bisa berbeda antar budaya. Dalam konteks budaya Barat yang menggunakan bahasa Inggris, terdapat dua metafora yang menggambarkan pergerakan waktu dari sudut pandang egoreference, yakni ego-moving dan time-moving (Lakoff & Johnson, 1980). Di Indonesia, penelitian tentang waktu masih terbatas. Hasil-hasil penelitian lintas budaya terkait waktu menunjukkan adanya sikap maupun penalaran temporal yang berbeda antara orang Indonesia dengan orang dari budaya lain (Boroditsky, Ham, & Ramscar, 2002; Levine & Norenzayan, 1999). Didasari oleh hasil-hasil penelitian tersebut dan pandangan Linguistic Relativity Hypothesis dari Benjamin L. Whorf (1956), peneliti berargumen bahwa metafora pergerakan waktu yang dimiliki dalam konteks budaya Indonesia berbeda dengan yang terkandung dalam bahasa Inggris. Tiga studi pada disertasi ini mencoba melihat secara lebih detil tentang metafora waktu yang terkandung dalam budaya Indonesia serta pengaruh metafora pergerakan waktu terhadap ketepatan seseorang mengestimasi durasi waktu. Penelitian eksploratif pada Studi 1 (N=50 orang) memperlihatkan bahwa metafora waktu dalam budaya Indonesia dianalogikan dalam konteks spasial, memiliki ciri fisik, dan pergerakan. Namun, metafora pergerakan waktu yang diperoleh belum mengkonfirmasi metafora pergerakan waktu dari sudut pandang diri (ego-reference point). Penelitian eksperimental pada Studi 2a (N= 139 orang), Studi 2b (N= 64 orang) dan Studi 3 (N=123 orang) menunjukkan bahwa metafora pergerakan waktu dalam konteks budaya Indonesia lebih cenderung pada metafora time-moving dibanding ego-moving. Lebih lanjut, hasil Studi 3 memperlihatkan bahwa priming menggunakan metafora pergerakan waktu (ego-moving vs. time-moving) tidak berpengaruh terhadap estimasi durasi waktu, namun durasi tugas (pendek vs. panjang) berpengaruh terhadap estimasi. Tiga studi yang dilakukan pada disertasi ini menggunakan mahasiswa sebagai partisipan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) metafora waktu dalam konteks budaya Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris; (2) metafora pergerakan waktu dalam bahasa Indonesia lebih mencerminkan time-moving daripada ego-moving; dan (3) akurasi estimasi durasi waktu lebih dipengaruhi oleh durasi tugas dibanding metafora pergerakan waktu. Implikasi penelitian selanjutnya didiskusikan pada disertasi ini.
ABSTARCT
A concrete object, as an analogy or a metaphor, is often used to explain an abstract concept, such as time. People can use a metaphor in their language to better explain time movements. Previous research on time metaphor suggested that culture may influence how people perceived time movements. From the ego-reference point of view, two metaphors, namely ego-moving and time-moving, are often used to describe time movements in English in Western culture (Lakoff & Johnson, 1980). On the other hand, cross-cultural studies on time metaphor based on Linguistic Relativity Hypothesis theory showed that Indonesian had different time attitudes and temporal reasoning than other cultures (Boroditsky, Ham, & Ramscar, 2002; Levine & Norenzayan, 1999; Whorf, 1956). Research on time metaphors in Bahasa Indonesia is still lacking. Therefore, this dissertation aimed to investigate if Indonesian have a different perception of time movements than Western culture. Three studies on time metaphors were conducted to look in a more detailed the effect of time movement metaphors on the accuracy of time duration estimation. Participants of these studies were university students. An explorative study from Study 1 (N= 50 participants) showed that time metaphors in Indonesian culture were analogically described in spatial contexts, physical characteristics, and movement. However, in terms of time movement, Study 1 did not confirm the type of metaphors that reflects ego-reference point. Using experimental studies in Study 2a (N= 139 participants), Study 2b (N= 64 participants) and Study 3 (N=123 participants) found that time movement metaphor in the context of Indonesian culture was more likely to be a time-moving than an ego-moving metaphor. Furthermore, the results in Study 3 showed that priming using ego-moving vs. timemoving metaphor did not affect the estimated time duration, but task duration (short vs. long) affected the estimation. The results of these studies indicate that: (1) time metaphors in the context of Indonesian culture were different from English; (2) time movement metaphors in Indonesian reflected more time-moving than ego-moving metaphor; and (3) the accuracy of the estimated time duration was more influenced by the length of the task than the time movement metaphor. The implications of these studies were further discussed.
2020
D2689
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library