Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
610.28 HAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Adi Yuwono
Abstrak :
Pembangunan infrastruktur dimaksudkan untuk memacu proses perkembangan wilayah yang tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi rakyat, selain itu juga dapat memperlancar arus transportasi dari sentra-sentra produksi ke daerah pemasaran. Hasil pengamatan pada proyek pembangunan jalan, pekerjaan tanah merupakan faktor penentu dan sangat berpengaruh pada kelancaran pekerjaan berikutnya. Apabila kita amati bahwa nilai pekerjaan tanah pada proyek pembangunan jalan bebasa hambatan rata-rata berkisar antara 5 % - 15% dari nilai total proyek pada kondisi ini mutlak diperlukan dukungan peralatan berat untuk menunjang percepatan pelaksanaan proyek maka efektivitas maupun efisiensi peralatan menjadi sangat penting apalagi didukung dengan konfigurasi peralatan yang tepat. Pada penelitian ini, konfigurasi peralatan yang digunakan adalah Excavator, Dump Truck, Motor Grader dan Vibrator Roller. Dari data-data penelitian dapat diketahui produktivitas aktual masing-masing alat, sehingga hasil analisisnya setelah dibandingkan dengan produktivitas rata-rata teoritis diperoleh Faktor Operasi. Dalam perhitungan harga satuan pekerjaan tanah selain faktor operasi juga harus memperhitungkan nilai tukar dollar, harga bahan bakar, upah operator dan inflasi. Manfaat hasil studi ini adalah menentukan perencanaan keseimbangan konfigurasi alat untuk pekerjaan tanah dan diharapkan dapat berguna untuk perencanaan biaya sampai dengan prediksi kontrak ke depan.
Equipment Plan on Earth Work Considering On Productivity and Cost Equipment Case Study of J.O.R.R Section S ProjectInfrastructure development is intended to exchange regional development process that affecting social economics growth as will as accelerating transportation flow production centre to market area. As an observation results on highway construction project show that earthwork decisive factor and have significant influence on the flow of the next process of work The observation review shows that the earthwork on highway construction project has value average, within 5 % - 15 % of total project amount in this condition the heavy equipment is needed to accelerate project completion, hence the effectively and efficiency of equipment become highly important, especially if supported by right plan configuration. In this study, we use plant configuration of excavator, dump truck, motor grader and vibrator roller some research could show the actual productivity of each equipment, hence the analysis result after being compared with the average theoretical productivity will give the operations factor. On the calculation of unit price of earth work includes the operation's factor, as will as dollar exchange rate, fuel rate, operator's wages and monetary inflation. Benefit from this study is to decide the balance configuration equipment plant on earth work, and hopefully can be use to make cost analysis for the next contract project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Sahat
Abstrak :
Adjustable Beam Clamp adalah suatu alat perancah yang berfungsi untuk membentuk dan menunjang Balok Beton sehingga mampu menahan beban beban yang sudah bekerja. Dimana pemakaian sistem ini akan efektif hanya pada proyek proyek yang memiliki luas minimal bekisting balok sebesar 2.500 m2. Berkaitan dengan kinerja waktu proyek bangunan bertingkat struktur baton, ada 3 pekerjaan yang saling terkait, yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting dan pekerjaan cor. Dari ke 3 kegiatan tersebut, pekerjaan bekisting amatlah penting karena pekerjaan bekisting memerlukan biaya terbesar dan memakan waktu paling lama. Sehingga untuk meningkatkan kinerja waktu proyek secara signifikan diperlukan penanganan bekisting secara tepat. Saat ini sistem Adjustable Beam Clamp, sudah banyak dipakai pada proyek proyek seperti: Graha Kuningan Tower, Niaga 2 Tower, Pejaten Mall, Bidakara Tower, Apartemen Kintamani, Mall Bekasi, dan Mangga 2 Square. Hal ini membuktikan bahwa sistem Adjustable Beam Clamp ini telah dikenal dikalangan praktisi konstruksi khususnya di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor dalam penggunaan sistem Adjustable Beam Clamp yang dapat mempercepat kinerja waktu proyek, khususnya pada struktur gedung bertingkat tinggi. Dari 25 kuesioner yang disebar, didapat 21 data yang diolah dengan analisa statistik dengan bantuan software SPSS. Dari hasil analisa tersebut didapat bahwa variabel dominan dalam penggunaan sistem bekisting Adjustable Beam Clamp adalah variabel Kualitas Tenaga Kerja dan Kualitas Pengawasan pada pelaksanaan/Setting Bekisting Balok dan Pelat. Kemudian juga didapat 1 variabel dummy yaitu kualitas delivery Barang. Persamaan regresi yang didapat diuji kembali melalui simulasi Monte Carlo dengan bantuan perangkat lunak Crystal Ball.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiaman
Abstrak :
Problems in operating construction equipment were perceived as resulting in low productivity. Productivity was considered in this study as a measurement dimensions that sufficiently describes cost projects performance. The objective of this study is to identify dominant variables in equipment management that influence cost project performance. The study was conducted using questionnaire survey and case study. Analysis done on the data from questionnaire survey resulted on two dominant variables that influence performance cost project. They are maintenance and reparation by skill mechanics, and training for operational equipment supervisor. Equipment productivity observed in the case study is below the standard stated on the equipment manual. This condition causes project got delay and contractor did not get profit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
Abstrak :
Hasil pemeliharaan korektif (perbaikan) alat kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar mengalami penurunan yaitu tahun 2012 adalah 53% dan tahun 2013 adalah 49%. Sementara target Standar Pelayanan Minimal (SPM) RSUP Sanglah adalah 75%, dan target Kementerian Kesehatan RI adalah 100%. Kondisi ini merugikan pasien yang memerlukan pelayanan alat, dan rumah sakit dari sisi finansial. Penelitian ini bertujuan mencari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil pemeliharaan ini, dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan teori sistem (input-proses-output). Hasil dan pembahasan penelitian menyimpulkan bahwa penyebab rendahnya hasil pemeliharaan korektif adalah kurang siapnya faktor-faktor perencanaan pemeliharaan, organisasi IPSRS, pelaksanaan pemeliharaan, dan pengendalian mutu pemeliharaan alat kesehatan. Saran ditujukan kepada manajemen RSUP Sanglah adalah perlunya penambahan minimal 7 orang dan pelatihan berkala terhadap teknisi dan operator; Pengendalian peredaran merek-merek dan alat-alat yang kurang berkualitas di rumah sakit; Penyederhanaan prosedur pengadaan barang/ jasa internal dan mempercepat proses pengadaan suku cadang; Pemanfaatan pihak ketiga untuk pemeliharaan alat-alat berteknologi tinggi, dan KSO alat kesehatan yang menguntungkan rumah sakit; Perencanaan yang berbasis kebutuhan aktual di lapangan; Pelaksanaan pemeliharaan preventif yang sesuai rekomendasi pabrik; serta peningkatan motivasi staf agar bekerja untuk mencapai target. ...... The result of medical equipment corrective maintenance (repair) in Sanglah General Hospital, Denpasar, year 2012 and 2013, were low (53% in 2012 and 49% in 2013), while target of Sanglah Hospital is 75%, and of Ministry of Health (MOH) standard is 100%. This condition will adverse to the pasien, and hospital because of financial loss. The study used qualitative and system approaches (input-process-output), and to find out the factors that affect those low result. The result concluded that the problem was caused by lack of technician and at least additional of 7 persons is needed. This study suggested to restrict the unqualified medical equipment at Sanglah Hospital, simplify and faster the spareparts procurement procedures, involve third party participation to maintain the advance medical equipment and joint operasional (KSO) of medical equipment, planning based on the actual target, implementation of maintenance based on manufacturer recommendation, and improve staff motivation to achieve the hospital target on quality improvement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Risfian Noor
Abstrak :
Aktifitas pegawai PT PLN UIP X yang berada di kantor induk adalah melakukan kegiatan administrasi proyek, dimana sebagian besar waktu kerja berada dalam ruangan dengan bekerja menggunakan komputer. Jam kerja pegawai adalah selama 8 jam sehari (dengan masa istirahat selama 1 jam) dan 5 hari dalam seminggu.. Dengan pola kerja seperti itu, apabila cara kerja (postur dan durasi kerja), peralatan kerja yang digunakan (kursi, meja, penempatan peralatan komputer), tata letak dalam ruang kerja (gedung kantor, workstation), dan lingkungan kantor (suhu, kelembaban, pencahayaan, bakteri di ruangan) yang tidak memenuhi syarat serta dipengaruhi oleh karakteristik individu pegawai (usia, jenis kelamin, masa kerja dan kebiasaan olahraga) maka berpotensi terkena dampak risiko ergonomi, yaitu musculoskeletal disorders (MSDs), stres kerja dan kelelahan. Penelitian dilakukan terhadap 52 orang responden dimana keluhan dilihat dari masing-masing karakteristik individu pegawai. Keluhan MSDs diukur menggunakan kuesioner Nordic Body Map, keluhan stress kerja diukur dengan kuesioner DASS 42 dan keluhan kelelahan diukur dengan kuesioner IFRC. Hasil penelitian menunjukan bahwa keluhan MSDs merupakan keluhan terbanyak pada pegawai dengan rata-rata keluhan 17,17%, dimana bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah sakit leher atas 50%, sakit bahu kanan 42,31%, sakit pinggang 42,31%, sakit pungung 38,46%, sakit leher bagian bawah 34,62% dan sakit bahu kiri 30,77%. Dilihat dari karakteristik individu diperoleh data keluhan MSDs sebagai berikut: wanita lebih banyak mengeluh daripada laki-laki, pegawai berusia > 35 tahun lebih banyak mengeluh dari pada pegawai berusia < 35 tahun, pegawai dengan masa kerja > 10 tahun lebih banyak mengeluh dari pada masa kerja < 10 tahun, dan pegawai yang tidak berolahraga lebih banyak mengeluh dari pada pegawai yang rutin berolahraga. Sedangkan keluhan kelelahan relative kecil ratarata 6,86% dan stres hanya ada pada kategori stress ringan dengan rata-rata 11,54%.
Employees activities of PT PLN UIP X which are in the main office is conducting a project administration, where the majority of working time to be in the room to work using a computer. Working hours by employees is 8 hours a day (with a period of rest for 1 hour) and 5 days a week. With such a work pattern, if ways of working (postures and duration), work equipment used (chairs, tables, equipment placement computer), the layout of the workspace (office building, workstation), and the office environment (temperature, humidity, lighting, bacteria in the room) are not eligible and is influenced by the individual characteristics of employees (age, gender, working life and exercise habits ) then potentially affected by ergonomic risk, i.e. musculoskeletal disorders (MSDs), job stress and fatigue. Research conducted on 52 respondents where complaints seen from the individual characteristics of each employee. MSDs complaint was measured using a questionnaire Nordic Body Map, complaints of job stress was measured by a questionnaire DASS 42 and the fatigue was measured by a questionnaire IFRC. The results showed that MSDs are the biggest complaint of employees with an average of 17.17%. The most complained of part of the body is the neck pain over with value of 50%, and then the right shoulder pain 42.31%, the lumbago 42.31%, the back pain 38.46%, the neck pain lower 34.62% and the left shoulder pain 30.77%. Judging from the individual characteristics obtained complaint data MSDs as follows: women complain more than men, employees aged > 35 years more complaining than employees aged < 35 years, employees with working life > 10 years more complaining than working life <10 years, and employees who do not exercise more complaining than employees who regularly exercise. While fatigue is relatively small on average 6.86% while the stress only in the category of mild stress by an average of 11.54%.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hadi
Abstrak :
Pemeliharaan merupakan kombinasi dari aspek teknik, administrasi dan manajerial dari suatu peralatan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pada fungsinya selama siklus hidup peralatan tersebut. Perencanaan pemeliharaan berhubungan juga dengan aktivitas pengembangan dari jadwal program pemeliharaan suatu peralatan untuk memastikan kelayakan operasi peralatan dan mencegah dampak yang besar. Pengoperasian peralatan khususnya yang telah memasuki fase penuaan (aging) mengakibatkan laju degradasi kerusakan semakin meningkat. Proses degradasi dapat ditemukan secara berurutan dan mengalami kondisi acak sesuai dengan proses stokastik. Untuk itu, studi penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis keandalan berbasis pemeliharaan untuk memprediksi laju kerusakan akibat degradasi aging serta mementukan strategi pemeliharaan dan penjadwalan inspeksi pada suatu peralatan. Hasilnya pada sebuah proses degradasi yang terjadi berganda (multiple degradation) akibat aging, dimana usia sistem dan tingkat degradasi berkontribusi pada peningkatan kegagalan. Perbaikan yang tidak sempurna akan memberikan pengaruh pada peningkatan usia dan tingkat degradasi yang terus berjalan atau dengan kata lain terus terjadi peningkatan kerusakan akibat perbaikan sementara. Penggantian dapat dilakukan ketika tingkat degradasi yang diamati mencapai tingkat toleransi tertentu (threshold). Program inspeksi dan pemeliharaan preventif (PM) memainkan peran utama dalam memastikan keamanan dan pengoperasian selama siklus hidup suatu sistem. Kebijakan pemeliharaan yang optimal dapat dilakukan dengan memilih jadwal perawatan, ketersediaan peralatan, manajemen suku cadang, penjadwalan tenaga kerja dan interval frekuensi inspeksi. ......An equipment's maintenance is a combination of its technical, administrative, and managerial components that aims to restore its functionality throughout the equipment's life cycle. The maintenance planning is to ensure that the equipment operates properly and avoid significant consequences. The rate of damage deterioration increases with continued use of equipment, particularly that which has entered the aging phase. According to the stochastic process, the deterioration process can be identified sequentially and subjected to random circumstances. In order to define maintenance strategies, schedule inspections, and anticipate the rate of damage due to aging degradation, a reliability centered maintenance (RCM) used in this research study. As a result, the system ages and degrades over time, increasing the likelihood of failure. This process is known as multiple degradation failure. Imperfect repair will impact to accelerated aging and deterioration. Replacement is done after the detected degradation rate surpasses a threshold level. In order to maintain safety and operability over the system life cycle, preventive inspection and maintenance (PM) programs are crucial. The optimal maintenance practices have been implemented by choosing maintenance schedules, equipment availability, spare parts management, labour scheduling, and inspection frequency intervals.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Anorogo
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada salah satu industri komponen alat berat yang sedang mengimplementasikan TPM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing perusahaannya. Namun pencapaian Overall Equipment Effectiveness (OEE) selama tahun fiskal 2014 rata-rata 58.20%, berada di bawah target kinerja TPM berupa OEE minimum 85%. Usaha yang dilakukan belum mengarah kepada perbaikan implementasi TPM yang menyeluruh, ditambah lagi diharuskannya TQM dijalakan di perusahaan pada tahun fiskal 2015. Belum adanya indikator kinerja TPM yang mempertimbangkan faktor-faktor TQM yang sedang dijalankan di perushaan tersebut. Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk merancang indikator kinerja TPM menggunakan faktor-faktor TQM. Indikator kinerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan TPM diidentifikasi melalui FGD dengan melibatkan 5 responden dari internal dan external perusahaan yang expert di bidang TPM, TQM dan Continuous Improvement. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah mendapatkan 11 indikator kinerja peningkatan TPM dengan mempertimbangkan 4 faktor-faktor TQM yang terpilih, yaitu: Customer Focus (0,96), Training (0,87), Top Management Leadership (0,85), dan Continuous Improvement (0,76). 11 indikator kinerja TPM tersebut terdefinisikan dengan jelas dan terukur. ......This study was performed in a heavy equipment components manufacturer that implements TPM in order to improve its competitiveness. However, the achievement of Overall Equipment Effectiveness (OEE) in the fiscal year of 2014 is an average of 58.20%, it is below the TPM target performance of OEE minimum is 85%. The initistives have been done not lead to improve the TPM implementation, in addition TQM also must be applied in the fiscal year of 2015. Since the lack of TPM performance indicators that considers the TQM factors, therefore the aim of this study is to design TPM performance indicators by using TQM factors. The performance indicators that influence the success of the TPM identified through FGD by involving five respondents from internal and external company whom experts in the fields of TPM, TQM and Continuous Improvement. The results can be concluded from this research is defining 11 TPM performance indicators by considering four factors TQM, such as Customer Focus (0.96), Training (0.87), Top Management Leadership (0.85) and Continuous Improvement (0.79). Those TPM performance indicators are clearly defined and measurable.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriko
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mempersembahkan sebuah metode untuk menentukan persinggungan antara cutter dan benda kerja (PCB) pada permesinan permukaan kompleks di milling 5-sumbu. PCB sesaat didefinisikan dengan menentukan dua titik persinggungan, titik persinggungan terendah (PR) dan titik persinggungan tertinggi (PT). Titik PR dihitung menggunakan metode yang disebut metode grazing. Sementara titik PT dihitung menggunakan kombinasi dari metode discrit dan analitik. Pada milling kasar dan semi finishing, bentuk permukaan benda kerja direpresentasikan dengan vektor vertikal. Metode yang disebut Toroidal?boundary digunakan untuk mencari titik PT ketika ia beradadi pahat pada sisi toroidal. Di sisi lain, metode yang disebut Cylindrical-boundary digunakan untuk menghitung titik PT untuk flat cutter dan sisi silinder dari toroidal cutter. Untuk benda kerja dengan permukaan bebas, sebuah metode hibrid, kombinasi dari metode analitik dan diskrit, digunakan. Semua model PCB yang diusulkan pada studi ini diverifikasi dan hasilnya membuktikan bahwa metode yang diusulkan adalah akurat. Efisiensi metode yang dikembangkan juga dibandingkan dengan metode Z-mapping. Hasilnya mengkonfirmasi bahwa model yang diusulkan lebih efisien dalam hal waktu komputasi. Model PCB telah diterapkan untuk mendukung metode untuk memprediksi gaya pemotongan. Hasil pengujian menunjukan bahwa gaya pemotongan yang diprediksi memiliki hasil yang mendekati dengan gaya pemotongan yang diukur dari ekperimen.
ABSTRAK
This study presents a simple method to define the Cutter Workpiece Engagement (CWE) during sculptured surface machining in five-axis milling. The instantaneous CWE was defined by determining two engagement points, lowermost engagement (LE)-point and uppermost engagement (UE)-point. LE-point was calculated using a method called grazing method. Meanwhile the UE-point was calculated using a combination of discretization and analytical method. During rough milling and semi-finish milling, the workpiece surface was represented by vertical vector. The method called Toroidal?boundary was employed to obtain the UE-point when it was located on cutting tool at toroidal side. On the other hand, the method called Cylindrical-boundary was used to calculate the UE-point for flat-end cutter and cylindrical side of toroidal cutter. For a free-form workpiece surface, a hybrid method, which is a combination of analytical method and discrete method, was used. All the CWE models proposed in this study were verified and the results proved that the proposed method were accurate. The efficiency of the proposed model in generating CWE was also compared with Z-mapping method. The result confirmed that the proposed model was more efficient in term of computational time. The CWE model was also applied for supporting the method to predict cutting forces. The test results showed that the predicted cutting force has a good agreement with the cutting force generated from the experimental work.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1869
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>