Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henti Rahmaningtyas Asih
"ABSTRAK
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var
hominis yang sering menyebar di lingkungan yang padat penghuni seperti pondok
pesantren. Sanitasi lingkungan dan higiene personal memiliki hubungan yang erat
dengan kejadian skabies di pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan sanitasi lingkungan dan higiene personal santri dengan
kejadian skabies di Yayasan Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyyah Kabupaten
Purworejo Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional
dengan total sampel sebanyak 64 santri pondok pesantren Ash-Shiddiqiyyah.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37.5% santri menderita skabies.
Berdasarkan analisis univariat menunjukkan sebagian besar santri memiliki
pengetahuan tentang skabies yang baik (65.5%), sebagaian besar responden
(96.9%) menempati hunian dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat,
dalam higiene personal santri menunjukkan bahwa variabel mandi pakai sabun
pada 63 santri (98.4%) memenuhi syarat, variabel pemakaian handuk pada 53
santri (82.8%) tidak memenuhi syarat, variabel pemakaian pakaian pada 44 santri
(68.8%) tidak memenuhi syarat, dan variabel penggunaan tempat tidur pada 55
santri (85.9%) tidak memenuhi syarat. Berdasarkan analisis bivariat, hanya
variabel pemakaian handuk yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian
skabies dengan nilai p 0.042 dan nilai OR 7.667.
ABSTRACT
Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei var hominis. It often spreads
among crowded population quite rapidly such as in boarding school.
Environmental sanitation and personal hygiene have a close relationship with
incident of scabies in boarding school. This research is conducted to analyze the
correlation of environmental sanitation and personal hygiene students with
incidence of scabies at Ash-Shiddiqiyyah Boarding School Purworejo 2015. The
research uses cross-sectional study design with total sample of 64 students in Ash-
Shiddiqiyyah Boarding School. The result has shown that 37.5% students infected
scabies. Based on univariate analysis a large number of students have a good
knowledge of scabies (65.5%), most students (96.9%) occupy the room by
ineligible room density, personal hygiene students show that 63 students (98.4%)
eligible on bathing with soap, 53 students (82.5%) ineligible on usage of towels,
44 students (68.8%) ineligible on usage of clothes, and 55 students (85.9%)
ineligible on usage of bed. Based on bivariate analysis, usage of towels has
significant relationship towards the incidence of scabies among students with pvalues
0.042 and OR 7.667."
2014
S61239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agus Ainur Rosyid
"Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan dan masih berpotensi untuk menjadi KLB di Kota Bogor. kejadian yang tergolong paling parah terjadi di Bogor tepatnya di Kecamatan Bogor Timur, menunjukkan bahwa peningkatan kasus dari 1617 di tahun 2011 menjadi 3272 pada tahun 2012, data tersebut merupakan kejadian yang serius karena peningkatan tersebut sangat signifikan yaitu 100% peningkatan kasus.
Penilitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis kejadian daire yang terjadi di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Disain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol, kasus merupakan balita yang didiagnosa positif menderita diare serta tercatat dalam registrasi puskesmas dari 1 januari hingga 30 april 2014. Kontrol adalah balita yang tidak menderita diare, dan merupakan tetangga kasus. Jumlah sampel kasus 46 responden dan kontrol 46 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung meggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan faktor risiko (sosiodemografi, faktor perilaku, dan sarana sanitasi lingkungan). Analisa data dilakukan hingga model multivariate.
Kesimpulan dari penelitian adalah diketahui faktor risiko kejadian diare pada balita di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor adalah pengetahuan (p=0,017) dan nilai Odds Ratio 3,245 pada Convident Interval (1,364-15,258). Serta Perilaku cuci tangan responden juga memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,014 dengan nilai Odds Ratio 4,562 dengan Convident Interval (1,364-15,258).

Diarrhea is an environmentally based disease and still has the potential to be an extraordinary event in the city of Bogor. Belonging to the most severe events occurred in the city of Bogor precisely in District East Bogor, suggesting that the increase in cases form 1617 in 2011 to 3272 in 2012, the data is a serious incident because the increase is very significant, which is 100% increase in cases.
The research aims to provide an overview and analysis of cases that occurred in the District Daire East Bogor,bogor. The design of the study is a case-control, case was diagnosed as a toddler with diarrhea positive and health cebters listed in the registration of 1 january to 30 April 2014. Controls is a toddler who is not suffering from diarrhea, and is a neighbor of cases. The number of sample cases 46 respondents and controls 46 respondents. Data collected by direst interview questionnaire receipst. The questionnaire contains risk factors (sociodemographic, behavioral factors, and environmental sanitation). Data analysis to multivariate models.
The conclusions of the study are known risk factors foar the incidence of diarrhea in infants in the eastern District of Bogor, Bogor is knowledge (p=0.017) and the odds ratio value of 3.245 at the confidence interval (1.364 to 15.258). the behavior of the respondents as behavior hand washing also has a significant relationship with (p=0.014) with a value Odds Ratio 4.562 with confidence interval (1.364 to 15.258).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriel Posenti Garrin Primaditya Dwianta
"Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) seringkali menghadapi tantangan dalam pengelolaan sanitasi lingkungan akibat kelebihan kapasitas (overcrowding), kondisi bangunan yang sudah tua, dan keterbatasan sumber daya. Lapas Kelas I Cipinang merupakan salah satu Lapas besar di Jakarta yang mengalami overcrowding dengan menampung 2.516 penghuni, melebihi kapasitas ideal 880 orang. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit berbasis lingkungan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi lingkungan dan pelaksanaan manajemen sanitasi di Lapas Kelas I Cipinang pada tahun 2025, meliputi penyediaan air bersih, kondisi bangunan dan ruangan sel, pengelolaan sampah, penanganan limbah cair, dan penanganan vektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Responden penelitian dipilih secara purposive sampling yang terdiri dari Kepala Seksi Perawatan Narapidana, Kepala Seksi Bimbingan Kerja, dan Kepala Subbagian Umum. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis konten. Informasi yang didapatkan adalah penyediaan air bersih masih mengandalkan air tanah dari sumur bor yang didistribusikan melalui toren-toren di setiap blok hunian, sementara air minum dipasok vendor eksternal. Kondisi bangunan menunjukkan tanda-tanda penuaan dengan seluruh tipe kamar mengalami overkapasitas. Pengelolaan sampah dilakukan secara sederhana dengan pemilahan terbatas pada sampah botol plastik dan kardus. Produksi sampah melebihi kuota pengangkutan enam ton per hari. Penanganan limbah cair menggunakan septic tank dan IPAL sederhana, dengan sebagian fasilitas tidak berfungsi optimal. Penanganan vektor dilakukan secara terbatas dengan metode fisik dan pembentukan tim jumantik. Meskipun upaya manajemen sanitasi telah dilakukan, Lapas Kelas I Cipinang masih menghadapi tantangan signifikan akibat overkapasitas, keterbatasan anggaran, infrastruktur yang sudah tua, dan kesadaran penghuni yang bervariasi terhadap kebersihan lingkungan. Diperlukan peningkatan kesadaran penghuni, kerja sama dengan instansi terkait, optimalisasi pengelolaan sampah, dan perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan di Lapas.

Correctional facilities often face challenges in managing environmental sanitation due to overcrowding, aging infrastructure, and limited resources. Cipinang Class I Correctional Institution is one of the major facilities in Jakarta experiencing severe overcrowding, housing 2,516 inmates despite having an ideal capacity of only 880. This condition potentially increases the risk of environment-based disease inside the corrective institution. This study aims to analyze the environmental conditions and implementation of sanitation management at Cipinang Class I Correctional Institution in 2025, encompassing clean water supply, building and cell conditions, waste management, wastewater treatment, and vector control. This research employed a qualitative approach with data collection techniques including in-depth interviews, direct observation, and documentation. Respondents were selected through purposive sampling, comprising the Head of Inmate Care Section, Head of Work Guidance Section, and Head of General Affairs Sub-section. Data analysis was conducted using content analysis technique. Informations obtained from the field are, clean water provision still relies on groundwater from bore wells distributed through storage tanks in each residential block, while drinking water is supplied by external vendors. Building conditions show signs of deterioration with all cell types experiencing overcapacity. Waste management is conducted simply with limited segregation of plastic bottles and cardboard. Waste production exceeds the daily collection quota of 6 tons. Wastewater treatment utilizes septic tanks and basic Wastewater Treatment Plants (WWTP), with some facilities not functioning optimally. Vector control is limited to physical methods and the establishment of mosquito monitoring teams. Despite sanitation management efforts, Cipinang Class I Correctional Institution continues to face significant challenges due to overcrowding, budget constraints, aging infrastructure, and varying levels of environmental hygiene awareness among inmates. Enhanced inmate awareness programs, collaboration with relevant agencies, optimization of waste management, and infrastructure improvements are necessary to improve environmental sanitation conditions in the facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library