Abstrak :
Banjir juga terjadi di lokasi yang bukan langganan banjir, terutama daerah terbangun dan hunian. Konversi lingkungan alami dapat berdampak ke menurunnya kualitas lingkungan yang terusik keseimbangan homeostatiknya. Akan terus terjadi jika ekologi/lingkungannya diabaikan. Masalah kunci dari banjir di banyak lokasi pada dasarnya sama, yaitu bertindihnya curah hujan tinggi, konversi lahan di hulu yang menurunkan infiltrasi air. Perencanaan tata-wilayah, tata-ruang dan tata-kota seharusnya mempertimbangkan tiga prinsip yaitu (1) jangan melawan alam, (2) tunduk pada kaidah ekologik yang berlaku, (3) akomodasikan kepentingan tanpa mengabaikan kedua butir (1) dan (2). Tipologi lingkungan hamparan Jakarta berperan besar pada angka curah hujan yang tinggi. Akibat daerah hulunya yang diapit oleh dua kelompok gunung, Salak Halimun di sebelah Barat dan Gede-Pangrango di sebelah Timur, sehingga menerima jatuhan air hujan sekitar 10.500 juta m³/th dan lebih dari 74% melimpas ke hilir, sehingga dataran Jabotabek rawan diterpa genangan dan banjir musiman. Sejumlah nama tradisional suatu daerah menjadi indikasinya. Diperbedakan 3 penyebab banjir di dataran hamparan Jabotabek, yaitu (1) banjir kirman dari daerah hulu akibat hujan deras di DAS hulu yang meluapkan Ciliwung, Cisadane atau Cikeas, (2)banjir kiriman dari sungai yang berhulu di bagian tengah hamparan Jabodetabek akibat hujan deras yang cukup lama di daerah itu yang meluapkan 9 kali, di antaranya kali Krukut, Pesanggerahan, Angke, Sunter dan beberapa sungai lain, (3) banjir lokal akibat hujan deras di daerah hilir akibat permukaan resapan yang amat terbatas. Untuk mitigasi ancaman banjir maka luas areal terbangun mesti disesuaikan dengan tingginya curah hujan lokal dengan memperhitungkan sifat tanah setempat untuk infiltrasi air, diadakan kembali areal parkiran air menggantikan yang telah dikonversi menjadi lahan terbangun, dan dibangun sistem pintu air seiring dengan perkembangan kota ke selatan guna pengalihan luapan air dari sungai-sungai yang berpotensi meluap ketika di DAS hulunya menerima curah hujan yang besar.
330 ASCSM 25 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library