Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desy Safitri
Abstrak :
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara hasil belajar tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup dengan perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Selatan tahun 1999. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa. Sampel dari populasi penelitian berjumlah 200 orang, yang dipilih dari empat universitas sampel berdasarkan teknik random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto dengan pendekatan korelasional. Untuk menguji hipotesis, analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi dan korelasi sederhana, regresi dan korelasi ganda serta korelasi parsial pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini adalah: pertama, terdapat hubungan positif antara hasil belajar tentang lingkungan hidup dengan perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup dengan koefisien korelasi sebesar 0,39. Hubungan regresi linier dinyatakan melalui persamaan Y = 39,87+0,69X1. Kedua, terdapat hubungan positif antara sikap tentang lingkungan hidup dengan perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup dengan koefisien korelasi sebesar 0,59. Hubungan regresi linier dinyatakan melalui persamaan Y = 7,61+0,46X2. Ketiga, terdapat hubungan positif antara hasil belajar tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup dengan perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup. Hubungan regresi linier dinyatakan melalui persamaan Y = 7,81+0,01X1+0.46X2 dengan koefisien korelasi 0,59. Dari empat universitas sampel, responden dari Universitas Muhammadiah memiliki pengaruh hasil belajar tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup terhadap perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup yang paling tinggi, dengan koefisien determinasi yang terbesar dibandingkan responden dari universitas sampel lainnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku mahasiswa pada lingkungan hidup dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan hasil belajar tentang lingkungan hidup dan sikap tentang lingkungan hidup.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T7104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parus
Abstrak :
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar (SD dan SMP), menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengadakan hubungan-timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih-lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah di bawah pengelolaan Departemen Pendidikan Nasional adalah pendidikan umum dengan jenis Sekolah Menengah Umum/ SMU, dan pendidikan menengah kejuruan dengan jenis Sekolah Menegah Kejuruan/ SMK. Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan pada bidang tertentu dan mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan kemapuan profesional siswa. Dikaitkan dengan sistem pendidikan, program kejuruan terbagi dalam enam kelompok yaitu Kelompok Teknologi dan Industri (STM), Pertanian (SPMA), Pariwisata (SMKK), Kesejahteraan Masyarakat (SMPS), Bisnis dan Manajemen (SMEA), Seni dan Kerajinan (SMIK/SMKI). Dari enam kelompok tersebut terdapat 21 bidang keahlian yang terdiri atas 89 program keahlian (program studi). Pada saat kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung dan setelah siswa terjun ke dunia kerja SMK telah memanfaatkan sumber daya alam dan potensial mencemari lingkungan.. Untuk memenuhi tuntutan global akan tenaga kerja yang kompeten dan berwawasan lingkungan maka Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan bekerja sama dengan Swisscontact membuat Konsep Pendidikan Lingkungan hidup pada SMK. Berdasarkan Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada Sekolah Menengah Kejuruan (1996) organisasi pelaksanan pengelola PLH pada Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) adalah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Pusat Pengembangan PLH untuk SMK, Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) lingkup kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi, dan SMK. Konsep ini dibuat agar pengelola PMK dapat melaksanakan perannya untuk mendukung pelaksanaan PLH di SMK. Sedangkan SMK diharapkan menyusun dan melaksanakan program PLH yang terintegrasi pada kegiatan kurikulum dan ekstrakurikuler, melaksanakan dan mengembangkan sekolah berbudaya lingkungan, serta menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan PLH di sekolahnya. Hasil monitoring dan evaluasi oleh Dikmenjur tahun 1997-2001 menunjukkan: (a) kurang kesadaran, pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai cerminan perilaku siswa yang rasional dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup; (b) tamatan SMK belum mempunyai sikap profesional sesuai tuntutan pembangunan berwawasan lingkungan. Kedua hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PLH di SMK tidak optimal sehingga tujuan PLH pada SMK tidak tercapai. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengambil judul Optimalisasi Pengelolaan PLH pada Pendidikan Menengah kejurauan (Studi Kasus : Kelompok Teknologi dan Industri pada SMK Negeri Jakarta). Dalam proses tidak tercapainya tujuan tersebut di atas, peneliti membatasi permasalahan dan sekaligus mengasumsikan bahwa : (a) peranan stakeholder PMK dalam upaya pelaksanaan PLH di SMK negeri kelompok teknologi dan industri di DKI Jakarta belum optimal; (b) Peranan pengelola dan cara/pola pelaksanaan program PLH di SMK Negeri kelompok teknologi dan industri di DKI Jakarta belum optimal. (c) Pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SMK Negeri kelompok teknologi dan industri di DKI Jakarta setelah memperoleh PLH belum optimal. (d) Pencapaian pola pelaksanaan program PLH yang optimal di SMK kelompok teknologi dan industri di DKI Jakarta dapat dibuat melalui pelibatan seluruh stakeholder PMK, dan menerapkan manajemen pengelolaan lingkungan dan pencapaian kinerja PLH. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hal ini mengingat data yang dikumpulkan relatif terbatas dari jumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Populasi sekolah negeri kelompok teknologi dan industri di Jakarta berjumlah 12 SMK. Penentuan sampel sekolah dengan cara purpose sampling sejumlah 6 SMK (50%). Sedangkan penentuan sampel warga sekolah dilakukan dengan cara stratified random sampling yakni dengan cara diundi. Responden terdiri dari 6 (enam) orang kepala sekolah, 33 guru, dan 226 siswa (5% dari 4490 jumlah keseluruhan siswa). Di samping itu 6 (enam) respoden dari stakeholder PMK ditetapkan sebagai key informan yaitu masing-masing 1 orang dari Direktorat PMK, Pusbang PLH, PPPG Teknologi Malang, Balai Penataran Guru, Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta, dan Dinas Pendidikan Kotamadya Jakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, kuesioner, diskusi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan stakeholder PMK maupun SMK sebagai pelaksana PLH belum optimal. Hal ini dibuktikan : 1. Kurangnya komitmen, koordinasi, dan evaluasi stakeholder PMK terhadap pelaksanaan program PLH secara terus-menerus (kontinyu), belum adanya tim dan program PLH pada Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta, Balai Penataran Guru, dan Dinas Pendidikan Kotamadya DKI Jakarta. 2. Pada SMK bahwa : (a) dari 6 (enam) kepala sekolah yang telah menyusun program kerja PLH, belum satu pun yang membuat kerangka kerja dan peniaian keberhasilan pelaksanaan PLH di sekolah; (b) dari 33 responden guru baru 7 orang (21,21%) yang pernah mengikuti pelatihan PLH. Dengan kondisi seperti itu, kemampuan mengajar guru dalam tranformasi materi L-I menjadi faktor penghambat dan sekaligus mempengaruhi kemampuan mengajar dan pengusaan materi LH yang diajarkan. Selain itu panduan/ Cara pengintegrasian materi lingkungan hidup ke dalam materi bidang keahiian menjadi kendala akibat keterbatasan SDM tenaga pengajar. 3. Pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SMK Negeri kelompok teknologi dan industri di DKI Jakarta setelah memperoleh PLH belum optimal. 54,16% responden menyatakan bahwa pengetahuan lingkungan hidup lebih banyak diperoleh dari luar sekolah, 35,84% diperoleh di sekolah. Sedangkan bentuk dan sifat pengetahuan lingkungan mencakup pola bersih (34,51%), pengetahuan umum (29, 65%), dan perilaku peduli terhadap lingkungan (17,70). Sikap dan keterampilan siswa terhadap pengelolaan limbah hasil praktikum menunjukkan rata-rata sedang (53,54%) artinya bahwa hasil praktikum dibuang langsung pada saluran pembuangan, kategori tinggi ( 38,94 %) memiliki arti bahwa limbah hasil praktikum dibuang pada wadah yang sudah disediakan, kategori rendah (7,97%) memiliki arti bahwa limbah tidak di kelola. 79,65% siswa juga menyatakan bahwa pelaksanaan PLH di sekolah belum memadai dan tidak efektif, sedangkan 20,35% menyatakan efektif. 4. Dalam mencapai optimalisasi pengelolaan PLH di SMK Negeri kelompok teknotogi dan industri Jakarta . dapat dilakukan melalui pelibatan stakeholder PMK dan melaksanakan peranannya masing-masing. sedangkan SMK dapat meningkatkan pelaksanaan PLH melalui: (a) penerapan manajemen lingkungan (Plan, do, check, dan action); (b) pencapaian kinerja PLH yang meliputi integrasi materi lingkungan pada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, penampilan sekolah, sikap dan perilaku yang baik seluruh warga sekolah terhadap lingkungan hidup. E. Daftar Kepustakaan : 23 (1982-200)
Optimizing of Environmental Education Management in Vocational Secondary Education (Case Study : Technology and Industrial Programms at The Public Vocational High Schools in Jakarta)The purpose of secondary education is to continue and expand the basic education of primary school and junior secondary school, to develop the students ability as members of the society to interact with social, men-made, and natural environment, to develop the students knowledge to continue their studies to higher levels of education. The secondary education managed by the Ministry of National Education consisting the general secondary education namely the general high school (SMU) and the vocational secondary education or the vocational high school (SMK). Vocational high school provides priority to expanding specific occupational skills and emphasizes on the preparation of students to enter the workforce and expanding their professional attitude. As explained in the education system, vocational program is devided into six groups, i.e Technology and Industry, Agriculture and Forestry, Tourism, Community Welfare, Business and Management, and Art and Handicraft. Based on the six groups there are 21 streams consisting of 89 study programs. During the activities in the classroom and in the workplaces, the schools have included in natural resources utilization also its potential in contaminating or polluting to environment. To employ with the global needs of workers with a competence including their environment outlook, the Directorat of Technology Vocational Education in collaboration with the Swisscontact have prepared the Concept of Environmental Education for The Vocational High School. Based on The Concept of Environmental Education (EE Concept) at The Vocational High School (1996), the stakeholders are The Directorat of Technology Vocational Education (DTVE), Vocational Education Development Center (VEDC) Malang as The Development Center of EE, 6 Vocational Teacher Upgrading Centers, Ministry of National Education of DKI Jakarta, and The Vocational High School (SMK). The Concept of EE was made in order to enable the stakeholders to support the implementation of EE at The Vocational High School. The school is expected to arrange and to carry out the EE programs integrated in the activities of curriculum and extracurriculum, to conduct and develop an environmental-cultured school, and also to arrange and submit the report of EE implementation. The Monitoring and Evaluation by DIVE in 1997 - 2001 proves that the implementation of EE at SMK was not optimal so that to purposes are not reached, such as : (a) the students lack of awareness, EE outlook, and skills as reflections of their rational and responsible behavior towards environment, (b) the graduates from SMK don't have profesional attitude yet, demande by environmental development. Therefor, the writer took the title : Optimizing of Environmental Education Management in Vocational Secondary Education (Case Study : Technology and Industrial Programs at The Public Vocational High Schools in Jakarta). Because the purposes are not reached, the writer make some limits of the problems and assumptions : (a) the role of SMK stakeholders in the effort of EE implementation at SMK (technology and industrial program) is not optimal yet; (b) the role of managers and the methods of EE implementation at SMK (technology and industrial program) in DKI Jakarta is not optimal yet; (c) Knowledge, attitude and skills of the students after learning about EE is not optimal yet; (d) the optimal reaching of EE implementation at SMK (technology and industrial program) in DKI Jakarta could be attained by participation of all stakeholders of Vocational Secondary Education, application of environmental management, and EE performance achievement. The method used in this research is survey method, due to limited data from relatively large amount of cases. The Population of Public Vocational High School (technology and industrial program) in DKI Jakarta are 12 school. The method of determining the sample is purpose sampling, that is six SMK (50%). The members of school sampling done by stratified random sampling. The respondents are 5 principals, 33 teachers, and 226 students (5% out of 4490 (total number of students)). Besides, there are 6 key informants from the SMK stakeholders : 1 person from DIVE, Development Cenyer of EE, VEDC Malang, Regional Teacher Training Center (BPG) Jakarta, Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta, and Dinas Pendidikan Kotamadya Jakarta. The research instruments are observation, questionairs, discussions, and interview. The result of study proves that the implementation of EE at SMK done by stakeholder of Vocational Secondary Education and the schools are not optimal. The proofs are : 1. The stakeholders show a lack of commitment, coordination and evaluation in conducting EE program continuosly. Besides, Dinas Pendidikan Propinsi DIU Jakarta, Regional Teacher Training Center (BPG) Jakarta, and Dinas Pendidikan Kotamadya Jakarta have no EE team and no EE program. 2. SMK shows that : (a) among 6 principals which have made the EE operational program, no one makes work framework and assesment of EE achievment; (b) only 7 teachers (21,21%) out of 33 teachers who teach EE had been through EE training. in this condition, the ability of teachers in transforming the knowledge of environment becomes an obstacle and also influences their teching-learning and mastering the subject materials. Besides, the guidelines of integrating environment knowledge materials to the special skill materils are costraint by the lack of human resources. 3. The knowledge, attitude, and skills of SMK (technology and industrial students.program) , after having EE, are not optimal. 64,16% respondents said that they knew more about environment from society activities, 35,84% at school activity. However the knowledge consist of sanitation (34,51%), general idea about environment (29,65%) and attitude towards environment (17,70%). The attitude and skills of the students about waste management of laboratory work is fare (53,54%), that means that the waste of laboratory work damp to the sewage, the high category (38,94%) that means that the waste of laboratory work throw on garbage cane, the lower category (7,97%) that means that the waste doesn't managed. 79,65% the Students explained that the implementation of EE isn't optimal and ineffective, but 20,35% state effective. 4. In reaching of the optimizing of managing EE at the Public Vocational High Schools (technology and industrial program) can be done by participation of all stakeholders of Vocational Secondary Education. The schools can improve the. conduct of EE through : (a) application of Environment Management (plan, do, check, action); (b) EE performance achievement including integration of the environment material to intra curriculum and extracurriculum activities, school appearance, and good behavior and attitude of all members of the school toward their environment. E. Number of References 23 (1928-2040)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urai Titin Hiswari
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini untuk mengetahui Korelasi Antara Pendidikan Lingkungan Dengan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Hidup di Kotamadya Pontianak Kalimantan Barat Membina dan mengembangkan sikap lingkungan hidup di dalam diri individu adalah merupakan aspek mental yang penting, karena sikap dapat memotivasi terlaksananya perbuatan positif terhadap lingkungan hidup. Mencintai lingkungan hidupnya, mengetahui masalah-masalah lingkungan hidupnya, dan memiliki wawasan lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran im, individu harus memiliki pemahaman tentang pengetahuan materi lingkungan hidup yang merupakan dasar pengembangan sikap terhadap lingkungan hidup. Program pengajaran pendidikan lingkungan yang diberikan berdasarkan Kurikulum 1994, yang menggunakan pendekatan integratif (terpadu), oleh sebab itu diperlukan sekali evaluasi untuk mengetahui keberhasilannya. Pada penelitian ini evaluasi yang dilaksanakan bukan hanya pada kawasan kogoitif saja, tetapi juga pads kawasan afektif yaitu sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar hubungan pendidikan lingkungan yang telah diberikan kepada siswa kelas I Sekolah Menengah Umum Negeri dapat membma sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Disamping itu akan diteliti pula apakah ada perbedaan antara sikap siswa wanita dan sikap siswa pria terhadap lingkungan hidup. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dan sikap siswa terhadap lingkungan sebagai hasil pendidikan lingkungan. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dengan sikap siswa terhadap lingkungan dan pengatuh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap lingkungan. Agar hasil penelitian ini menjawab tujuan penelitian maka perumusan hipotesis adalah ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan materi lingkungan pada pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap lingkungan, dan ada pengaruh jenis kelamin siswa terhadap lingkungan siswa, sesudah mengikuti pendidikan lingkungan hidup. Penelitian ini dilaksanakan di SMUN Kotanradya Pontianak, dengan jumlah populasi sebanyak 4049 siswa. Sampel yang diambil secara "Purposive Random Sampling" dengan mengambil sampel 210 siswa kelas I dari 7 SMUN. Penanikan 5 sampel dari 6 kelas paralel dari masing-masing SMUN secara "sistematic random sampling". Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar tentang lingkungan hidup untuk memperoleh tingkat pengetahuan materi lingkungan dan teknik kuesioner dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan program Microstat. Untuk menguji berapa besamya pengaruh pengetahuan mater linglcungan hidup (variabel X) terhadap sikap siswa (variabel Y), digunakan persamaan Regresi. Untuk menguji berapa besamya hubungan antara variabel X dengan varibel Y digunakan Korelasi. Dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap sikap siswa terhadap lingkungan digunakan uji Chi Kuadrat. Hasil penelitian mengungkapkan : 1. Hasil tes pemahaman pengetahuan materi linglcungan hidup siswa rata-rata skor yang diperoleh aclalah : 37,3960 dari maksimum skor 50. 2. Pengukuran sikap siswa terhadap ingan hidup dengan menggunakan Skala Likert diperoleh skor rata-rata adalah: 132,2079 dari maksimum 175. 3. Ada hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup terhadap sikap siswa dibuktikan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Hasil yang diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel (77,327 > 6,76). 4. Besarnya hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup dengan sikap siswa diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,5285, hubungan yang cukup berarti. Sikap siswa terhadap lingkungan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingkungan. 5. Terdapat perbedaan jenis kelamin terhadap sikap siswa terhadap lingkungan dengan uji Chi Kuadrat (x2) = 12,795 lebih besar dari nilai tabel pada tingkat kepercayaan 95% = 0,207 (12,795 > 0,207). 6. Sikap siswa wanita lebih positif dari siswa pria dari hasil pengukuran dengan skala sikap dari Likert 134,2970 > 131,3267. Kesimpulan : Pengetahuan materi lingkungan siswa di Sekolah Menengah Umum Negeri di Kotamadya Pontianak baik, begitu juga sikap siswa terhadap lingkungan. Sikap siswa terhadap lingkungan hidup dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingk organ hidup.
ABSTRACT Correlation Between Environmental Education With The Students' Attitude Toward Living Environment (Case Study of High School Students in Pontianak, West Kalimantan) This thesis has been written to describe the result of research on correlation between environmental education with the students' attitudes toward living environment in district of Pontianak, West Kalimantan. Developing the mental attitude toward environment in every human being, is the most important aspect, since attitude can motivate the positive respect to the living environment. This aspect can motivate the students to love, care, become aware of the environmental problems and drive the students to become environmentally caring persons. To achieve these goals, every person has to have deep understanding about living environment which is the basic step to develop the environmental attitude. The environment education programme according to the 1994 Curriculum which is using the Integrative Approach method, demanding an evaluation to every achievement and progress. This research not only evaluated on cognitive aspects, but also on affective aspects which were concentrated on the student's behaviors toward living environment. This thesis describes the effectiveness of Environment Education that had been given to the first year high school students in the establishment of the right attitude living environment. This thesis also discusses the differences of living environment attitude according to the gender. This research has been aimed to determine the levels of students' Environment knowledge and the students' behaviors toward environment as the result of the Environment Education. In particular, it determined the levels of Environment knowledge and the students' behavior viewed from the gender point of view. In order the result of this research could fulfill the aim of the research, the hypothesis has been formulated as follow : There are positive interactions between' the Environment Education and Students' behaviors toward living environment, and there is a positive affect of gender towards living environment as the result of environment education. The research had been conducted at the High Schools in district of Pontianak with 4049 senior high school students population. Samples had been taken using the "purposive random sampling" and "systematic random sampling" numbering 210 first year students from 7 Senior High schools. Five (5) samples were taken using systematic random sampling on 6 parallel classes from each High School. The data used in this research were gathered from the assessment of evaluation on living environment education programme and questionnaires. The level of environment knowledge could be determined from the assessment of study evaluation. On the other hand, from the questionnaires, the personal attitude towards living environment could be measured. The questionnaires were designed according to the Likert Scale method. The data were descriptively processed using the Microstat program. Regression formula was used to evaluate the feedback from the environment knowledge (X variable) towards student's attitudes (Y variable). Correlation coefficient was used to assess the correlation between X variable and Y variable. Chi Square was used to determine the students' attitudes toward environment according to the gender. Research Results : 1. The result of living environment test showed that the student's average score was 37.960 out of 50.000. 2. The student's average score of living environment using Likert scale was 132.2079 out of 175. 3. Interaction between the knowledge of environment and students' behaviors could be deteuuined by comparing the F counted with F table (77.327 > 6.76). 4. Correlation Coefficient ( r) = 0.5285 shows that the correlation is significant. It also shows that the students' attitude towards environment were influenced by the levels of the students' environment knowledge itself. 5. Attitude differences according to gender towards environment were shown by using Chi square (x2) = 12.795 which was greater than the figure in the table (12,795 > 0,207). 6. The Lilted scale 134.2970 > 131.3267 shows the female students acted more responsively positive ways than their opposite sex. Conclusion : The living environment knowledge from High School students in Pontianak can be concluded as quite sufficient including the student's attitudes toward the environment. According to the research, the attitudes of the students toward environment were influenced by the knowledge of living environment itself.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadarwati Mardiutama
Abstrak :
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian fungsi-fungsi lingkungan hidup semakin nyata sejak diselenggarakannya Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup di. Stockholm pada tahun 1972, sampai dengan diadakannya KTT Bumi di Rio de Janeiro 1992 oleh United Nations Conference on Environment and Development (UNCED). Hasil dari konferensi-konferensi tersebut adalah bahwa sumberdaya manusia merupakan inti segala persoalan lingkungan. Hal tersebut dapat diatasi melalui program pendidikan (Soerjani, 1992:2). Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 66 Jakarta Selatan. Siswa-siswa SMU dijadikan obyek penelitian mengingat bahwa: 1. Dari tahap perkembangan: merupakan kelompok remaja yang sedang mencari dan membentuk jatidiri, sebelum usia dewasa. 2. Dari jenjang pendidikan: SMU berada pada tahap pengembangan bakat dan minat yang bersifat mendasar, sebagai persiapan menuju pendidikan tinggi. 3. Dari sudut hukum: mencapai status dewasa dalam arti hukum (Silalahi, 1993:3) Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode survei. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner, untuk menentukan tingkat pengaruh dan tingkat hubungan yang terjadi antara variabel-variabel bebas berupa kesadaran, pengetahuan, sikap dan kemampuan evaluasi. Sedangkan variabel terikat berupa upaya peningkatan perilaku positif siswa SMU terhadap Pendidikan lingkungan Hidup (PLH). Jenis sampling yang dilakukan adalah non probabilitas-purposif. Sejumlah 355 siswa {50,559% dari jumlah murid seluruhnya) dijadikan responden: 234 siswa (65,915%) jawabannya dapat dianalisis, dan terakhir 118 siswa {50,427%) memenuhi syarat karena konsisten jawabannya. Masalah penelitian yang ingin diketahui dari hasil kajian ini adalah: Faktor apakah yang paling berpengaruh, bagaimana kontribusi masing-masing variabel bebas dan bagaimana hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut yang mempengaruhi peningkatan perilaku positif siswa SMU atas pendidikan lingkungan hidup? Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan individu merupakan faktor penentu (nilai eigenvektor, terbesar: 0,2152) tercapainya motivasi (nilai eigenvektor, terbesar: 0,3388) dalam keberhasilan pendidikan lingkungan hidup. Dari analisis selanjutnya diperoleh data bahwa kesadaran merupakan faktor dominan dalam upaya peningkatan perilaku positif siswa atas pendidikan lingkungan hidup (nilai prioritas menyeluruh, terbesar dengan total angka 0,5580), hipotesis diterima. Korelasi positif terdapat antara peningkatan pengetahuan dan peningkatan sikap (ditunjukkan oleh koefisien korelasi 0,08111), hipotesis diterima. Sedangkan kontribusi masing-masing variabel bebas atas upaya peningkatan perilaku positif siswa terhadap PLH ditunjukkan oleh nilai eigenvektor berturut-turut 0,65; 0,11; 0,12; 0,12. Dalam persentase, berarti bahwa faktor kesadaran menyumbang 65% bagi peningkatan perilaku positif siswa terhadap PLH. Faktor Pengetahuan menyumbang 11% dan faktor Peningkatan sikap serta faktor peningkatan kemampuan evaluasi, masing-masing menyumbang bagian yang sama, sebesar 12%. Studi ini dapat menyegarkan kembali ingatan para pendidik dalam menyusun rencana pengajaran sekaligus menyajikan materi PLH, agar selalu mengembangkan kemampuan individu, sehingga siswa termotivasi dan tumbuh kesadarannya dalam memproses perolehannya di bidang PLH. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan lingkungan, yaitu meningkatkan kesadaran, meningkatkan kemitraan dan penanaman etika lingkungan (Soerjani, 1992:2).
The increase of awareness within the society towards environmental functions has been established since the United Nations Conference on Environmental Issues took place in Stockholm in 1972, until the occurrence of the Summit Conference on Earth in Rio de Janeiro in the year 1992 which was organized by the United Nations Conference on Environment- and Development (UNCED). The result of.--the conferences mentioned, stated that human resources ate the core' of innermost of a11 the environmental issues;-These can be prevented through educational training programs (Soerjani, 1992:2). This research forms -a case study carried out at the - Public High School-SMU -65-in Jakarta.- The SMU students have served as the objects of the research with a view to the following: 1. From developing or growing phase: This group of youngsters are searching for and trying to identify their personality, prior to becoming adults. 2. From educational strata: SMU or the Public High School is located at the talent and interest development phase and is basic and fundamental in nature. So it can be referred to as a preparation leading to the academic education. 3. From legal aspect: From the legal point of view or aspect the group has reached the adult status (Silalahi, 1993:3). This research is of descriptive and explorative nature, and is accomplished by collecting primary data obtained from questionnaires, in order to define the level of effect and the level of relationship, which exist among independent variables. Dependent variables have the form for developing positive behavior among SMU students on environmental education; independent variables comprise: developing awareness, science, and attitude as well as developing evaluation capability. The kind of sampling carried out is of nonprobability-purposive nature. A large number of students totaling 355 {50.569% of the total number of students) had been appointed as respondents; out of 234 students (65.915%) the responses could be analyzed, and finally 118 students (50.427%) could meet the requirements because of their consistent responses. The problems and issues in the research that we would like to know from the output of this study is as follows: - What factor has a great impact? - What and how is the contribution of the respective independent variable? And how does the relationship among those independent variables influence the development of positive behavior among SMt' students on environmental education? (Table 1 shows us research problems, hypothesis and analysis scheme, used). The research output has revealed that individual capabilities a decisive factor i valde of eigen vector maximum: 0.2152) in achieving motivation (value of eigen vecfor. maximum: 0.3333) for the success of environmental education. From further analysis data have been obtained that the increase of awareness forms a dominant factor in developing positive behavior among SMU students on environmental education (entire priority value. maximum with a total figure of 0.5530). hypothesis accepted. A positive correlation has been found between an increase in science and an increase in attitude (shown by a correlation coefficient of 0.08111), hypothesis accepted. While the contribution of the respective independent variable towards developing positive behavior of students with regard to Environmental Education is shown by the value of eigenvector consecutively 0.65; 0.11; 0.12; 0.12. Percentage wise this means that the' contribution of the awareness increase factor for developing positive behavior on Environmental Education is a share of 65%. The science increase factor contributes a share of 11% and the attitude increase and the evaluation capability respectively contributes an equal share of 12%. This study could bring about some refreshment in the minds of teachers and trainers in order to draw up their curricula and simultaneously present their materials for Environmental Education, so as to constantly develop their individual capabilities, so that the students could be motivated and arouse their awareness in processing their findings and output in the field of Environmental Education. All these are in line with the main objective of the environmental education, namely: to develop awareness, to develop partnership and to implant environmental ethics (Soerjani, 1992:2).
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T4246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahnuri Mufti
Abstrak :
ABSTRACT
One of the influential factors in the prevention of the destruction and decline of biodiversity is human resources. There is an opinion that human beings or human resources are highly influenced by its level of education. In order to improve any efforts for biodiversity to survive, human responsibility and awareness are needed, especially in rehabilitation of nature source and quality of society education, starting from basic level, in order to strengthen the idea if both responsibility and awareness.

The knowledge of nature has appeared through basic and higher levels education. However, it falls to present very basic information for student to understand the link of nature and the survival of the national. Mean while teachers unsuccessfully teach students to comprehend what are being taught, especially to apply the materials. It becomes worst when less attention for students to train them selves are given. As a consequence, students are not capable to operate any function of natural resources in everyday life. Students are mostly taught such cognitive knowledge rather than any significant applications.

This results in the student being unable to fully comprehend the importance of conserving biodiversity properly.

The Research is purpose to know :

1. The student?s perception and comprehension on the idea of biodiversity conservation. All students are rounded from basic level around Taman Nasional Gunung Halimun, West Java. 2. The student?s perception and comprehension on the idea of biodiversity conversation. All students are rounded from basic level around West Java Area.

The Research obtained are expected to be able to answer such as the following questions:

1. Are there any differences on the students perception of biodiversity conservation between the students from big city and Taman Nasional Gunung Halimun Area. 2. Are there any differences on students comprehension of biodiversity conservation between students from big city and Taman Nasional Gunung Halimun Area. 3. Are there materials of biodiversity conservation integrated on the curriculum of basic level of education, and how to perform it.

The Mount Halimun National Park which is situated about 100 km distance from West Jakarta is surprisingly more familiar to the Junior High School students of West Jakarta than to those who live within a radius of less than 25 kilometers from the Park. Indeed, students, students from both area responses similarly that conservation is very importance. They also have similar perception on how to cover any problems. They face on their studies on the conservation.

The Research moreover find that students difference on understanding the terms dealing with conservation. The number of the student who agree and disagree in naming the animal to be protected.

Analyzed results of test which have been carried out are able to indicate the effectively of the teaching process. If furthermore shows that students of SLTP around Taman Nasional Gunung Halimun from the sample taken have the score average of 13,534 among them are only 45,1% capable to answers questions about conservation, on the contrary of 21,5% score average and 71,5% of the students around Taman Nasional Gunung Halimun who answered correctly. So there is a significant difference between the two areas.

The Role of the Biology teachers are quite influential on the views of the students regarding biodiversity, In general, the SLTP teachers of the school around Taman Nasional Gunung Halimun are mostly non native of the area. They have limited knowledge about the Taman Nasional Gunung Halimun, and its surroundings.

Keeping in mind the importance of biodiversity as a renewable natural resources which can be utilized as an asset to continuous national development, an efforts has been made during the 1994 GBPP to include the topic of biodiversity in the curriculum. This decision was made as a follow up to the biodiversity Action Plan for Indonesia. Which has preceded by the United Nations Conservation on biodiversity. In which it is stated that biodiversity is a topic to be taught at schools in section 13 of the 1994 law No.5.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sunarto
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi bahwa keberhasilan dalam mengatasi masalah lingkungan hidup dipengaruhi oleh kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Sedangkan tumbuh-kembangnya kepedulian lingkungan itu melalui proses sosialisasi yang panjang dimulai dari keluarga. Secara universal keluarga dipandang sebagai tempat pertama dan utama bagi kehidupan seseorang. Melalui pengasuhan anak, orang tua memperkenalkan dan membiasakan anak-anaknya untuk memperhatikan pesan-pesan sosial dan norma-norma lain dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak-anak tersebut mampu hidup bersama secara harmonis dengan tetangga, teman-teman di sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Berdasar pada asumsi dan teori tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan temuan ilmiah tentang : 1. Kecenderungan pola asuh oleh orang tua terhadap anak-anak mereka. 2. Kecenderungan kepedulian siswa-siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur, terhadap lingkungan hidupnya. 3. Hubungan antara pola asuh dengan kepedulian lingkungan siswa-siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto yaitu meneliti tentang aspek-aspek sikap dan perilaku yang sudah berlangsung secara alamiah tanpa memberikan sesuatu perlakuan tertentu. Populasi penelitian terdiri dari siswa-siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur yang berjumlah 3.539 orang siswa. Populasi tersebut tersebar di 80 Sekolah Dasar Negeri dalam 6 wilayah Kelurahan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Jumlah sampel sebanyak 340 orang siswa. Penetapan jumlah sampel tersebut berpedoman pada rumus Christina P. Parel. Guna melengkapi data, dipilih pula sebanyak 60 orang tua murid dari orang tua siswa yang menjadi sampel. Pemilihannya dilakukan secara purposif, yaitu memilih 6 orang tua murid pada setiap sekolah. Variabel yang diteliti adalah: pola asuh terhadap anak sebagai variabel bebas dan kepedulian lingkungan sebagai variabel terikat. Pola asuh terhadap anak dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu kategori acceptive ("menerima") dan kategori rejective ("menolak"). Untuk kategori "menerima" diukur dengan 18 indikator, sedangkan kategori "menolak" diukur dengan 17 indikator. Adapun variabel kepedulian lingkungan diukur melalui empat kelompok indikator, yaitu indikator yang berkaitan dengan tugas kehidupan anak sehari-hari yang mencerminkan ekosistem makro, indikator yang berkaitan dengan ekosistem mini; indikator yang berkaitan dengan ekosistem mesa, dan indikator yang berkaitan dengan ekosistem makro. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner disampaikan kepada Para siswa yang menjadi sampel penelitian. Wawancara dilakukan dengan orang tua murid yang anaknya menjadi sampel. Sedangkan observasi diarahkan untuk mengamati keadaan lingkungan siswa di rumah dan sekolah. Pelaksanaan pengumpulan data dibantu oleh mahasiswa FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta. Teknik pengukuran data tentang pola asuh terhadap anak dan kepedulian lingkungan menggunakan Skala Likert dengan rentang nilai dari 1 sampai dengan 5. Untuk mendapatkan gambaran tentang kecenderungan pola asuh terhadap dan kepedulian lingkungan, digunakan angka tendensi sentral yaitu angka rata-rata. Uji hipotesis menggunakan r Product Moment Pearson, dengan taraf signifikansi 5 0. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola asuh terhadap anak, cenderung ke arah kategori "acceptive". Hal ini didukung data empirik yang menunjukkan bahwa 99,12 % pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya cenderung ke arah kategori "acceptive". 2. Kepedulian para siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur terhadap lingkungan hidup mereka, cenderung ke arah tinggi dan sedang. Hal ini didukung data empirik yang menunjukkan bahwa 87,35 % siswa tergolong kepedulian lingkungannya tinggi dan 12,65 % siswa tergolong sedang. 3. Uji hipotesis membuktikan, bahwa hipotesis penelitian teruji kebenarannya baik pada taraf nyata atau level of significancy 5 % maupun 1 %. Hasil penghitungan r Product Moment antara pola asuh terhadap anak dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup sebesar 0,456. Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan angka batas uji, baik pada taraf nyata 5 % maupun 1 %. Pada tabel r Product Moment Pearson, batas uji untuk taraf nyata % hanya sebesar 0,148 dan taraf nyata 1% sebesar 0,113. Dengan demikian, pola asuh terhadap anak berkorelasi positif dan bermakna dengan kepedulian lingkungan, pada siswasiswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kramatjati Jakarta Timur. Berdasarkan temuan tersebut di atas, maka peran keluarga dapat lebih ditingkatkan dalam upaya menumbuh-kembangkan kepedulian lingkungan. Melalui pendidikan informal, dapat disisipkan materi tentang pola asuh terhadap anak yang baik dan pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup. Organisasi kemasyarakatan seperti: PKK, Dharma Wanita, Posyandu, Paguyuban, pengajian atau majelis taklim dan bentuk aktivitas lainnya, patut dipertimbangkan untuk dilibatkan dalam usaha mengatasi permasalahan lingkungan hidup. Keterkaitan antara pola pengasuhan anak dengan kepedulian lingkungan di kalangan remaja, penulis sarankan untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian tersebut diharapkan memberikan informasi ilmiah tentang kaitan antara kepribadian anak pada usia remaja dengan kepedulian lingkungan mereka. Daftar Kepustakaan 70 (1956-1995). Jumlah Halaman : xxv + 135 + 31 tabel + 14 lampiran.
ABSTRACT The assumption of this study is that the success of solving environmental problems depends on environment-al concern in the communities. The long process of internalization of environmental concern commenced with the long socialization process in the family interaction. The family is universally the first and prominent institution of life of human beings. Child rearing is a means to introduce and internalize social messages and social norms. Through this child rearing hence every child will be able to conform with norms in his groups and capable of living harmoniously with neighbors, and friends at school and society at large. The objective of this study is to find out of: the correlation between child rearing pattern and environmental concern. The other objectives are to describe child rearing tendency and to describe the pattern of the environmental concern among the pupils of elementary school in Kramatjati East Jakarta. The method of this study was ex post facto or non-experimental research. The focus of the study was on natural human behavior aspects without interference. The population of this study were 3.539 pupils of elementary school in Kramatjati East Jakarta. The sample size was taken by cluster random sampling technique. The number of the sample was 340 pupils. The samples were taken by using Christina P. Parel formula. The variables of this research were child rearing as independent variable. The variable of child rearing were divided into two categories namely "acceptive" category and "rejective" category. The "acceptive" category was measured bay using 18 indicators, and the "rejective" category was measured with 17 indicators. The environmental concern was measured with four indicators, namely these related to the children's daily tasks at their homes; the children's concern on mini ecosystem; the children's concern on mezo ecosystem; and the children's concern related to macro ecosystem. Data collection technique used was questionnaires as instruments, directly taken to the pupils at their respective schools. The activities of data collection were supported by the students of the Faculty of Social and Political Science of the Jakarta Muhammadiyah University. Data measurement technique used the Likert scale with a score range of 1 to 5. To obtain a picture on the child rearing pattern and environmental concern the central tendency through the median score is used. The hypothesis testing is carried out by using dependent variable and environmental concern as formula r Product Moment Pearson correlation test with 5 % level of significance. The result of this study indicated that : 1. The child rearing pattern tend towards "the acceptive" category, because the empirical data showed that 98,53 % of child rearing pattern were of "acceptive" category. 2. The tendency of the pupils concern about the environment was towards medium and high level, because the empirical data showed that 87,35 0 respondents care about environment. 3. Hypothesis testing showed that the hypothesis was accepted. The child rearing pattern was correlated with the concern of the environment. The result of calculated r was 0,456 > r table, while at both levels of significance namely 5 % was 0,148 or at level of significance 1 % was 0,113. Based on the outcome of this study, the family roles can be improved for the establishment of environment-al concern. Through informal education the pattern of child rearing contents and environmental safe-guarding can be inserted. The community organization as PKK, Dharma Wanita, Poasyandu, Paguyuban, Majelis Taklim, and the other socal activities ought to be considered as active agents to solve the environmental problem. The study of correlation between child rearing pattern with environmental concern of adolescents is proposed as follow up of this study. This study might be useful for giving scientific information on correlation between adolescent's personality with the adolescents environmental concern. Number of pages xxv, pages 135, tables 28 appendixs 14.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Atmanto
Abstrak :
ABSTRAK Berbagai macam aktivitas yang telah dilakukan aleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tanpa disadari telah mengubah lingkungan hidupnya menjadi lingkungan yang berbeda dari lingkungan alas semula. Perubahan ini antara lain telah mencemarkan atau merusak ekosistem biotik maupun abiotik sekitar, yang akibatnya dapat mengurangi daya dukung keberlangsungan alas itu sendiri. Pemeliharaan dan pelestarian kembali alas lingkungan akan menjadi lebih sulit apabila kendala dan keadaan mental masyarakat seperti : tidak ada kepedulian, kurangnya kesadaran, dan kurangnya rasa kebutuhan akan lingkungan hidup bersih tidak dapat diatasi. Perilaku manusia dipengaruhi oleh tingkat penguasaan konsep lingkungan, dan persepsinya terhadap lingkungan sekitar. Pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tentang konsep lingkungan akan mempengaruhi persepsi dan menentukan sikap berfikir terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi. Pada mahasiswa, persepsi tentang masalah lingkungan hidup menjadi penting karena merupakan langkah awal bagi generasi penerus dalam mencari strategi dan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, mahasiswa sebagai bagian dari komponen ekosistem lingkungan hidup, juga mempunyai kemampuan dan kesempatan menjadi pemimpin bangsa di kemudian hari yang mampu membangun bangsa dan negara berwawasan lingkungan hidup. Untuk maksud ini, FMIPA Universitas Indonesia memasukkan Pengantar Ilmu Lingkungan sebagai kurikulum perkuliahan mahasiswa. Upaya ini diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep lingkungan, yang akhirnya dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku mahasiswa terhadap kesadaran mengelola lingkungan hidup. Dari uraian di atas make masalah penelitian ini adalah seberapa besar sumbangan pengetahuan konsep lingkungan hidup, persepsi dan sikap mahasiswa tentang kegiatan lingkungan terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya kontribusi dan hubungan pengetahuan, persepsi, dan sikap dengan partisipasi dalam kegiatan lingkungan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : a. Tingkat pengetahuan lingkungan hidup memberikan sumbangan yang positif terhadap persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan. b. Persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang positif terhadap sikap mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. sikap mahasiswa pada pelaksanaan kegiatan lingkungan hidup memberikan sumbangan yang positif terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. c. Tingkat pengetahuan lingkungan hidup dan persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang positif terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. Penelitian dilakukan pada mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia pada tahun akademik 1991/1992. Jenis penelitian adalah survai, deskripsi korelasional dengan menggunakan sampel secara acak. Sesar sampel ditentukan berdasarkan taksiran proporsi jumlah subyek dan koefisien konfidensi ditetapkan sebesar 95%. Jumlah sampel di Jurusan Geografi 13 orang, Fisika 24 orang, Kimia 12 orang, Biologi 12 orang, dan Matematika 11 orang mahasiswa angkatan tahun 1987 sampai dengan 1992. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan pengujian hipotesis dengan uji statistik korelasi Pearson dan distribusi t. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner pada responden dan wawancara untuk melengkapi analisis deskripsi dan kesimpulan statistik ini. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan lingkungan hidup tidak memberikan sumbangan berarti, terhadap persepsi tentang pelakeanaan kegiatan lingkungan hidup. (t hitung ~ t tabel = 0,042 < 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y adalah 0,0025%. b. Persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberi sumbangan berarti terhadap sikap mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung > t tabel = 2,554 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y adalah 8,53%. c. Sikap memberi sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan hidup (t hitung > t tabel = 3,890 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y 15,207%. Pengetahuan lingkungan hidup tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung { t tabel =1,513 < 1,67). Besarnya sumbangan X terhadap Y adalah 3,17%. Sedangkan persepsi tentang masalah, dukungan, pengertian, manfaat, dan tindak-lanjut kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung 7 t tabel = 4,093 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y = 19,49%. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan Pengantar Ilmu Lingkungan tidak terbukti mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan hidup. Sedangkan persepsi dan sikap tentang kegiatan lingkungan terbukti mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan walaupun pengaruh X terhadap Y kecil. Hal ini mungkin disebabkan partisipasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kesadaran dan minat profesi mahasiswa. Namun demikian pengetahuan ilmu lingkungan yang diperoleh mahasiswa dalam kuliah akan berpengaruh terhadap sikap, dan wawasan berfikir mahasiswa dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.
Various activities have been done by human being to meet his needs of life, but consciously or unconsciously has changed his environment into different from the original one. This change among others has contaminated or damage biotic ecosystem as well as a biotic ecosystem of the surroundings, which in turn may weaken the supporting power of perpetuity of the nature itself. Safeguarding and preservation of the environment will become more and more complicated if various constraints and the state of public mentality such as lack of care, lack of consciousness, and lack of respect to cleanliness of the environment could not be overcome. Human behavior has been influenced by the level of the surrounding environment. Knowledge and experience of students on environmental concept will influence their perception and determine their way of thinking to current environmental problems. The perception of students on environmental problems will be important because it constitutes a first step for the young generation to identify strategies on environmental management efforts. In addition, students as part of the component of the environmental ecosystem, have the ability and opportunity to become leaders of the nation in the future who can develop their nation and country towards a sustainable development. For those purposes, the Mathematics and Natural Science Faculty (FMIPA) of University of Indonesia has included Introduction of Environmental Science in the curriculum of the first semester, with the expectation that the students will gain some knowledge on environmental concepts. Finally it will influence the perception and attitude of the students toward consciousness in environmental management. The objective of this research is to find out the magnitude of contribution and correlation of knowledge on environmental concept, perception and the attitude to the participation of the students in environmental activities. Hypotheses put forward in this research are: a. The degree of knowledge on environmental concept provides a positive contribution to students' perception on the implementation of environmental activities. b. Perception on the implementation of environmental activities gives a positive contribution to students' attitude on environmental activities. c. The students' attitude on environmental activities gives a positive contribution to students participation in environmental activities. d. The degree of knowledge on environmental concept and perception on the implementation of environmental activities give a positive contribution to participation of students in environmental activities. This research was carried out on students of The Mathematics and Natural Science Faculty (FMIPA) of University of Indonesia in 1991/1992. The kind of research is a correlation description survey, by using random sampling. The number of samples was determined by the appraisal proportion of the number of subjects and confidence coefficient, which is 95%. The number of samples comprises the Department of Geography (13 students), Physics {24 students), Chemistry (12 students), Biology (12 students), and Mathematics (11 students) graduated in 1987 up to 1992. Data processing was carried out descriptively and hypotheses were tested through statistic test correlation of Pearson and t distribution. The data were collected by filling in questionnaires by respondents and interviews with students to complete analysis of description and conclusion of this statistic. The result of study were as follows : a. Knowledge on environment did not provide a significant contribution toward perception concerning implementation of environmental activities(t count < t table = 0.042 < 1.67). Total contribution of X to Y was 0.0025%. b. Perception on implementation of environmental activities gave a significant contribution to the attitude of students in environmental activities (t count > t table = 2.554 > 1.67). Total contribution of X to Y was 8.53%. c. Attitude gave a significant contribution to participation of students in environmental activities (t count > t table = 3.890 > 1.67). Total contribution of X to Y was 15.207%. d. Knowledge on environment did not provide a significant contribution to participation of students in environmental activities ( t count < t table = 1.51 < 1.67). Total contribution of X to Y was 3.17%. While perception concerning a problem, support, understanding, use, and follow-up of environmental activities provided significant contributions to participation of students in environmental activities (t count > t table = 4.093 > 1.67). Total contribution of X to Y = 19.49%. Based on the result of the tests on the hypotheses, it may be concluded that the knowledge on introduction to environmental issues, evidently does not affect significantly the participation of students in environmental activities. However, perception and attitude have been proved to be of influence on the participation of students in environmental activities, although the contribution of X to Y is rather small. Perhaps, participation is more influenced by consciousness, interest and willingness of the students. Nevertheless the knowledge on environment taught to the students will influence their attitude and the way of thinking in facing environmental problems.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Lucia Wantania
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLTP terhadap Pelestarian Lingkungan di kotamadya Jakarta Barat , DKI Jakarta. Masalah lingkungan hidup sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dart waktu serta dampaknya bersifat lokal, wilayah tertentu, daerah, negara bahkan global. Karenanya diperlukan penanganan dengan pendekatan terpadu dan komprehensif antar disiplin ilmu, pihak-pihak terkait serta partisipasi masyarakat. Untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup ini perlu ditanamkan pemahaman tentang lingkungan hidup sejak dini mulai dari masa prasekolah, SD, SLTP dan SMU sampai perguruan tinggi. Inilah yang menjadi dasar pijak penelitian kami. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SLTP mengenai materi lingkungan hidup sebagai hasil belajar pendidikan lingkungan hidup. 2. Mengetahui bagaimana sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan sebagai hasil pengajaran pendidikan lingkungan hidup. 3. Mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa SLTP di Jakarta terhadap pelestarian lingkungan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat hubungan yang berarti antara pemahaman materi pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLTP DKI Jakarta terhadap pelestarian lingkungan. Penelitian ini dilakukan secara ekspos fakto di SLTP Negeri Jakarta Barat dengan jumlah sampel sebanyak 320 siswa kelas III dari 8 SLTPN Sanggar yang diambil secara acak sistematik juga dilakukan wawancara pada sejumlah guru dan Kepala Sekolah. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan dan kuesioner sikap yang disusun sesuai dengan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menerapkan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dikuatkan dengan Uji T. tes. Sedangkan untuk melihat bentuk hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan) dengan variabel terikat (sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan) digunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan petunjuk pengujian hipotesis dari Putrawan (1990). Hasil Penelitian menunjukkan : 1. Tingkat pengetahuan materi pendidikan Iingkungan hidup siswa SLIP rata-rata cukup (skor rata-rata 23,4625 dari maksimum skor 36,0000). 2. Sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan umumnya baik (rata-rataskor 83,1844 dari maksimum skor 100,0000). 3. Ada hubungan yang cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (r= 0,3680; r tabel = 0,118) 4. Model regresi antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup (variabel x) dan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (variabel y) adalah linear dengan rumus Y = 71,01 + 0,52X. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada kontribusi positif dari tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP kepada sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan sebesar 13,54%. Daftar Kepustakaan : 41 (1982-1997).
ABSTRACT This thesis was undertaken to know the correlation between environmental education and Junior High School Students attitude towards environmental conservation in Jakarta. Environmental problems are very complex because it involved the dimensions of time and space and the impact could be locally, a certain area, a region, national, even global in nature. Therefore, it is necessary to manage this living environment in an integrated and comprehensive manner, based on many disciplines, many parties concerned and also community participation. To support the management of this living environment, it is necessary to introduce environmental concepts early commencing since preschool, elementary school, junior high school and secondary high school up to tertiary education. That then is the basic idea of this research. The objectives of this research are to : 1. Determine the level of Junior High School Students knowledge on living environment. 2. Determine the students -attitude towards environmental conservation as the result of environmental education. 3. Know the correlation between the level of students knowledge on theliving environment and their attitude towards environmental conservation. The hypothesis formulated in this study is as follows : There is a significant con-elation between the level of student's knowledge on the subject of environmental education and their attitude towards environmental conservation. The research had been conducted at the Public Junior High School in the municipality of West Jakarta. Samples were taken using the systematic random sampling technique numbering 320 students of the third grade from 8 (eight) workshop schools. In addition, to complete the data, a number of headmasters and teachers were interviewed. The data used in this research were gathered .from assessment of environmental knowledges test and questionnaires that was used conform with the Likert Scale method to measure students attitude towards environmental conservation. To assess the correlation between the environmental knowledge (X-variable) and students attitude (Y-variable) the Correlation Coefficient of Pearson Product Moment and the t-test was used. To seek out the regression model between the independent variable and dependent variable, a simple linear regression was used with the test-guideline of Putrawan (1990). The research results showed that 1. The level of environmental knowledge of the students average score was 23.4625 out of 36.0000. 2. The students average score of attitude using Likert Scale was 83.1844 out of 100.0000. There was a significant correlation between environmental knowledges level and the students attitude towards environmental conservation (r=0,3680 ; r table = 0,118). 3. Regression model between indicator of the independent variable and dependent variable is shown as : Y =71,01+0,52X. The conclusion that can be drawn is : there is a positive contribution (13,54%) of the environmental knowledges level towards junior high school student's attitude on environmental conservation. References : 41 (1982-1997)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Ery Rura P.
Abstrak :
Dalam rangka pengembangan SDM yang berkualitas dan pemanfaatan SDA secara efisien serta melakukan aktivitas tanpa mencemari lingkungan diperlukan pendidikan dan latihan. Lembaga Dildat yang mengelola untuk menatar guru-guru SMK adalah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG). PPPG Lingkup Dikdasmen terdiri dari 12 PPPG yaitu ada 6 PPPG lingkup kejuruan dan 6 PPPG lingkup non-kejuruan. PPPG Lingkup kejuruan mencakup PPPG Teknologi di Malang, Bandung, Medan. PPPG Kesenian di Yogyakarta, PPPG Pertanian di Cianjur, PPPG Kejuruan di Jakarta. PPPG Lingkup Kejuruan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan khususnya dalam instalasi pada kegiatan praktek sehingga menarik untuk diteliti baik aspek limbah dan gas buang yang dihasilkan maupun aspek sosial, yakni aspek pengetahuan, sikap, ketrampilan widyaiswara terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) Dit. Dikmenjur bersama Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) lingkup kejuruan selama tahun 1997 sampai tahun 2001 terhadap implementasi PLH pada SMK menunjukkan belum optimal, artinya bahwa hasil pelatihan PLH di P PPG belum menghasilkan guru yang berkualitas sehingga perlu ditindaklanjuti melalui pengkajian ilmiah lewat suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan : (a) Untuk mengetahui peran PPPG Teknologi Malang. (b) Untuk mengetahui pelaksanaan PLH yang dimulai dan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sampai perbaikan tindak lanjut. (c) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku serta penanganan limbah setelah memperoleh PLH di PPPG Asumsi Penelitian ini: (a) Peran PPPG Teknologi Malang dan Bandung belum optimal, (b) Penerapan pengelolaan dan cara/pola pelaksanaan program PLH di PPPG Teknologi belum optimal, (c) Pengetahuan, sikap dan ketrampilan widyaiswara setelah memperoleh PLH belum optimal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut sifat dasar penelitian ini menggunakan metode survei, hal ini dilakukan karena data yang dikumpulkan relatif terbatas dari jumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah PPPG Teknologi Malang dengan jumlah widyaiswara 40 orang, pengelola PPPG (Struktural} 5 orang, pelaksana 9 orang (middle) dan PPPGT Bandung dengan jumlah widyaiswara 40 orang (low), pengelola 9 orang (top) dan pelaksana 9 orang (middle). Kedua PPPG Teknologi tersebut mempunyai karakter yang sama, terutama bidang/program keahlian dan karakter asli lingkungan widyaiswara. Sedangkan penentuan sampel orang (widyaiswara dan pengelola PPPG Teknologi) yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini dilakukan secara stratified random sampling (acak bertingkat sederhana). Penerapan ISO-14001- SML digunakan sebagai standard ukuran dalam manajemen lingkungan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Peran PPPGT dalam pelaksanaan PLH: (a) Mengajarkan materi lingkungan hidup pada setiap program penataran di PPPGT Malang sebanyak 13 jenis pelatihan dengan 9 materi sedangkan di PPPGT Bandung sebanyak 12 jenis pelatihan dengan 6 materi, (b) Mengembangkan bahan ajar kejuruan yang terintegrasi dengan materi PLH di PPPGT Malang sebanyak 5 judul sedangkan di PPPGT Bandung 3 judul, (c) Membantu mengembangkan alat Bantu mengajar PLH di PPPGT Malang sebanyak 6 jenis sedangkan PPPGT Bandung 8 jenis, (d) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi PLH pada SMK sebesar 22,22%, dan tidak ada pelaksanan monitoring dan evaluasi sebesar 77,78% baik di PPPGT Malang maupun di PPPGT Bandung, (e) Ada kerjasama dengan institusi terkait 77,78% dan tidak ada kerjasama 22,28% di PPPGT Malang sedangkan di PPPGT Bandung ada keijasama (88,11%) dan tidak ada kerjasama (11,11%), (f) Menyusun laporan caturwulan tentang pelaksanaan PLH di PPPGT Malang seperti laporan dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 20%, dibuat dan tidak dilaporkan ke atasan sebesar 60%, tidak dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 20%, sedangkan di PPPGT Bandung laporan dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 33%, dibuat dan tidak dilaporkan ke atasan sebesar 44%, tidak dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 22%. 2. Pengelola PPPGT dalam Pelaksanaan PLH: (a) Kebijakan PLH dalam bentuk tertulis dan dikomunikasikan PPPGT Bandung 67,35 % dan PPPGT Malang 46,66%, (b) Penyusunan Program PPPGT Malang 88,89% dan PPPGT Bandung 79,31%, (c) Pelaksanaan dan Operasional terdiri dari: (1) Struktur dan tanggung jawab untuk melaksanakan PLH di PPPGT Bandung 66,67% dan PPPGT Malang 55,56%, (2) Memperoleh DIKLAT PPPGT Malang 91,84% dan PPPGT Bandung 32,65%, (3) Komunikasi dalam pelaksanaan PLH di PPPGT Bandung 55,56% dan PPPGT Malang 44,44%, (4) Dokumentasi di PPPGT Malang 64,29% dan PPPGT Bandung 33,33%, (5) Bentuk pelaksanaan PLH di PPPGT Malang menunjukkan pada ke empat point diatas secara keseluruhan sebesar 73,33% dan PPPGT Bandung 62,07%, (d) Dampak PLH pada unit Bengkel sebesar 70% di PPPGT Bandung dan Malang sebesar 58,33%, (e) Membuat kebijakan Baru sebesar 100% di PPPGT Malang dan 71,43% di PPPGT Bandung. 3. Kinerja PPPGT dalam Pelaksanaan PLH: (a) Ada perubahan dalam melaksanakan hemat energi di PPPGT Bandung diungkapkan responden sebesar 6,12% sedangkan di PPPGT Malang 0%, (b) Usaha dan Upaya Penerapan Limbah Cair 87,50% di PPPGT Malang dan 50% di PPPGT Bandung, (c) Usaha dan Upaya Penerapan Pengelolaan Sampah 40% di PPPGT Malang dan 32,50% di PPPGT Bandung, (d) Kondisi setelah melaksanakan PLH 28,57 % di PPPGT Malang dan 20,41% di PPPGT Bandung, (e) Bentuk Kegiatan yang menunjang kegiatan pasca swiss contac Fungsi Institusi (Diklat) 60% di PPPGT Malang dan 40% di PPPGT Bandung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (a) Pelaksanaan peran PPPG Teknologi Malang dan Bandung dalam melaksanakan pendidikan lingkungan hidup belum optimal, hal ini dibuktikan bahwa enam peran tersebut, ada 3 peran yang kurang dilaksanakan, (b) Pengelolaan PLH di kedua PPPGT dalam melaksanakan PLH belum optimal baik kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan operasional, pemeriksaan dan tindakan perbaikan, tindakan manajemen, (c) kinerja PLH belum optimal baik penerapan hemat energi, penanganan limbah cab, padat kondisi PPPGT dalam melaksanakan PLH, kondisi PPPGT Pasca swisscontac.
Training and education are needed to develop the quality of human resources, to utilize natural resources efficiently, and to do activities without polluting the living environment. The institution that educates and trains senior high school teachers is the Center for Development of Vocational Teachers Training. The Directorate General of Primary and Secondary Education of Ministry of Education has 12 units of PPPG, which are divided into six vocational PPPGs and other six non-vocational PPPGs. There are three vocational PPPGs, which ones are the Technology PPPGs in Malang, Bandung and Medan. The other three are Art PPPG in Yogyakarta, Agriculture PPPG in Cianjur, and Skill Training PPPG in Jakarta. Activities held at PPPGs have the potential to pollute the environment, especially when they do practices. It is interesting to study this potential and the social aspect of the school environment, such as knowledge, attitude, and skills of trainers regarding the environment. Monitoring and evaluation done by Directorate of Secondary and Vocational Education and Education in Center for Development of Vocational Teachers Training in 1997-2001 show that environmental education for Vocational Senior Secondary School has not been optimum. This means that the trainings in PPPGs have not produced qualified teachers, so that it needs further in depth-study. This research aims to: (a) know the role of Technological PPPG in Malang. (b) Know the PLH execution started from policy, planning, implementation, evaluation and action plan for improvement (c) know knowledge, behavior and attitude and also the management of disposal after obtaining PLH in PPPG. These research assumptions are as follow: (a) the role of Technological PPPG in Malang and Bandung is not yet optimal, (b) Applying of management and way of PLH program implementation pattern in PPPGT is not yet optimal, (c) Knowledge, attitude and skill of trainees obtaining PLH are not yet optimal. This research uses descriptive research method with qualitative approach.. According to its nature, this research uses survey method, because it is conducted under limited data. In that can be collected in a relatively considerable amount of cases. Population in this research is Technological PPPGT in Malang which has 40 trainers (Widyaiswara), 5 PPPGT organizers, 9 executors and PPPGT Bandung which has 40 trainers, 9 PPPGT organizers, 9 executors. Both of the Technological PPPG have the same characters, especially in area/membership program and original characters of widyaiswaras determination of people sample (PPPGT organizer and widyaiswara) to be the respondents in this research is conducted by stratified random sampling (high rise random modestly). ISO-14001- SML applicantion is used as it is a standard measurement in environmental management. The Results of the research are as the follow: 1. The role of PPPGT in PLH implementation : (a) Teaching environment items in each upgrading program in PPPGT Malang 13 training types by 9 items while in PPPGT Bandung counted 12 training types by 6 items, (b) Develop vocational teaching materials which integrated with PLH items in PPPGT Malang counted 5 titles while in PPPGT Bandung 3 titles, (c) Assist to develop tools to teach PLH in PPPGT Malang counted 6 types while PPPGT Bandung 8 types, (d) evaluation and monitoring PLH at SMK equal to 22,22%, and there are no monitoring and evaluation equal to 77,78% either in PPPGT Malang and also in PPPGT Bandung, (e) There is cooperation with related/relevant institution 77,78% and there no cooperation 22,28% in PPPGT Malang while in PPPGT Bandung there is cooperation (8 8,11%) and there no cooperation (11,11 %), (f) Compile report for four months period about PLH implemented in PPPGT Malang like report made and reported to superior equal to 20%, made but not reported to superior equal to 60%, not made and not reported to superior equal to 20%, while in PPPGT Bandung report made and reported to superior equal to 33%, made but not reported to superior equal to 44%, not made but reported to superior equal to 22%. 2. PPPGT Organizers in PLH management: (a) Policy of PLH in the form of written document and communicated by PPPGT Bandung 67,35 % and PPPGT Malang 46,66%, (b) Compilation of PPPGT Malang program 88,89% and PPPGT Bandung 79,31%, (c) Implementation and operation consist of: ( 1) Structure dan responsibility to PLH implementation in PPPGT Bandung 66,67% and PPPGT Malang 55,56%, ( 2) Obtaining PPPGT Malang training 91,84% and PPPGT Bandung 32,65%, ( 3) Communications in PLH implementation in PPPGT Bandung 55,56% and PPPGT Malang 44,44%, (4) Documentation in PPPGT Malang 64,29% and PPPGT Bandung 33,33%, (5) Form of PLH implemented in PPPGT Malang show at four points above the whole, equals to 73,33% and PPPGT Bandung 62.07%, (d) PLH impact on Workshop unit equals, 70% in PPPGT Bandung and Malang equals 58,33%, (e) Make new policy equals 100% in PPPGT Malang and 71,43% in PPPGT Bandung. 3. PPPGT performance in PLH implementation: (a) There is a change in executing to economize energy in PPPGT Bandung laid open by respondents which is equal to 6,12% while in PPPGT Malang 0%, (b) the Effort and Effort Applying of Liquid Waste 87,50% in PPPGT Malang and 50% in PPPGT Bandung, (c) the Effort and Effort Applying of Management of garbage is 40% in PPPGT Malang and 32,50% in PPPGT Bandung, (d) the Condition of after PLH implementation 28,57 % in PPPGT Malang and 20,41% in PPPGT Bandung, (e) Form of Activity which supporting activity of Function Institution post Swisscontact (training) 60% is in PPPGT Malang and 40% in PPPGT Bandung. The conclusions, of this research are: (a) The role of PPPGT Malang and Bandung in implementing education of environment is not yet optimal, there are 3 not implemented, (b) The management of PLH of both PPPGTs regard PLH implementation not yet optimal whether in policy, planning, operation and implementation, action and evaluation, or management action, (c) PLH performance is not yet optimal whether in applying o f energy, liquid, the management of disposal, is condition of PPPGT in PLH implementation, condition of PPPGT post Swiss contact.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge , 2001
375.008 FIF
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>