Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kustri Suharningsih
"ABSTRAK Dampak yang ditimbulkan dari keadaan stunting adalah terganggunya fungsi kognitif. Masa-masa seribu hari pertama kehidupan adalah waktu kritis pertumbuhan anak. Kondisi stunting pada balita di Indonesia dan dunia masih tinggi. Prevalensi stunting pada baduta di Bojong Kamal mengalami peningkatan dari 18,3% pada tahun 2017 menjadi 30,9% pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui persentase stunting pada baduta dan mencari faktor paling dominan terhadap kasus stunting pada
baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal tahun 2018. Sampel penelitian sebanyak 89 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan antropometri untuk menentukan kasus stunting pada baduta, kuesioner untuk mengumpulkan data riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan kunjungan posyandu, serta
dari kuesioner food recall 24 jam untuk asupan makan. Persentase stunting baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal adalah sebesar 32,6%. Asupan energi menjadi faktor dominan yang membedakan kejadian stunting pada baduta usia
13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal dikontrol oleh riwayat penyakit infeksi, asupan protein dan pendidikan ibu.

ABSTRACT
The effect of stunting is cognitive disfunction. The first 1000 days period of life is a critical time for child's growth. The number of stunting condition in children in Indonesia and around the world are still high. The prevalence of stunting in children
under 2 years old on Bojong Kamal have been increased from 18.3% in 2017 to 30.9% in 2018. This study is a quantitative research and with cross sectional design. The purpose of this study is to know the persentage of stunting and to find out the most
dominant factor in stunting cases in children age 13-23 month living on the working region of Puskesmas Bojong Kamal. Samples of the study about 89 children were choosen by systematic random sampling. Datas collected from the samples are from ix Universitas Indonesia antopometry examination, questionnaire to collect the history of breast feeding, history of infection disease, education level of the parents, income of the parents, visit to
Posyandu, and questionnaire of food recall 24 hours for food consumption. Percentage of stunting in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal is 32.6%. Energy intake is the dominant factor which differentiate the stunting
cases in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal controlled by history of infection disease, protein intake and mother's education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Hayati
"Energi berfungsi sebagai sumber energi metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan aktivitas fisik. Pemenuhan energi pada anak dapat tergantung dari ketepatan pemberian makannya. Asupan energi di bawah kebutuhan normal anak, dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK) hingga pada kondisi stunting. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi pada anak usia 25-30 bulan di Gambir dan Sawah Besar, Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian menggunakan data sekunder penelitian case control dari penelitian sebelumnya. Total sampel sebanyak 107 anak. Analisis data menggunakan uji korelasi, uji T dan regresi linier ganda. Hasil Penelitian: rata-rata asupan energi 1057,6 kkal (<80%AKG), terdapat korelasi sangat kuat rata-rata asupan energi dengan variabel asupan protein (nilai r=0,781, p=0,0005), lemak (nilai r =0,816, p=0,0005) dan karbohidrat (nilai r=0,881, p=0,0005). Hasil uji T diperoleh rata-rata asupan energi berbeda secara bermakna pada variabel asupan minimum yang dapat diterima (p = 0,024), jumlah konsumsi susu (p = 0,0005), berat badan lahir (p = 0,045) dan jumlah anggota keluarga (p=0,023). Faktor dominan adalah asupan karbohidrat dengan nilai koefisien beta =0,557. Kesimpulan: Dinas Kesehatan, posyandu, ibu balita sebaiknya lebih memperhatikan pemenuhan asupan energi sesuai kebutuhan zat gizi makro usia anak.

The fulfillment of energy in children can depend on the accuracy of feeding. Energy intake below the normal needs of children can cause chronic energy deficiency (KEK) to stunting. This study aims to determine the dominant factors associated with energy intake in children aged 25-30 months in Gambir and Sawah Besar, Central Jakarta in 2019. This study uses secondary data from case control studies from previous studies. The sample is 107 children. Analysis using correlation test, T test and multiple linear regression. Research results: the average energy intake is 1057.6 kcal, the correlation of the average energy intake is very strong on the variables of protein intake (r value = 0.781), fat (r value = 0.816) and carbohydrates (r value = 0.881). T test results: the average energy intake was significantly different in the variables of acceptable minimum intake (p = 0.024), the amount of milk consumption (p = 0.0005), birth weight (p = 0.045) and the number of family members (p = 0.045). = 0.023). Dominant factor: carbohydrate intake (beta coefficient = 0.557). Conclusion: The Health Office, Posyandu, mothers of children under five pay attention to the fulfillment of energy intake according to the needs of macronutrients for children's age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Mentanaway
"Mahasiswi memiliki aktifitas belajar yang tinggi dan membutuhkan asupan gizi seimbang terutama energi dan zat gizi makro untuk memenuhi kebutuhannya. Namun pada kenyataanya karena kesibukan selama perkuliahan, banyak mahasiswi tidak memperhatikan asupan gizinya sehingga jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi menjadi lebih atau kurang dari yang dianjurkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, asupan energi, dan zat gizi makro pada mahasiswi Prodi Gizi Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan analisis data sekunder FKM UI pada bulan februari hingga juli 2022. Responden dalam penelitian ini adalah 137 mahasiswi aktif Gizi FKM UI. Analisis data menggunakan analisis univariat pada variabel karakteristik mahasiswi (uang saku, pengetahuan gizi, status gizi, frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan frekuensi snacking), asupan energi, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar rata-rata variabel responden berada pada kategori rendah atau kurang dari normal yaitu pada uang saku (59.9%), pengetahuan gizi (71,5%), frekuensi makanan (56,9%), kebiasaa sarapan (58,4%), dan frekuensi snacking (59,1%), asupan energi (95,6%), asupan karbohidrat (99,3%), asupan protein (70,1%), dan asupan lemak (77,4%). Sedangkan variabel responden yang berada pada kategori normal ialah status gizi (67,2%).

Undergraduate female students have high learning activities and need a balanced nutritional intake, especially energy and macronutrients to meet their needs. However, in reality due to their busy schedule during lectures, many undergraduate female students do not pay attention to their nutritional intake, so the amount of energy and macronutrient intake consumed becomes more or less than the recommended one. This research is quantitative research with a descriptive survey that aims to describe the characteristics, energy intake, and macronutrients of undergraduate female students in the Nutrition Program at the University of Indonesia. The design of this study was cross-sectional using secondary data analysis of FKM UI undergraduate from February to July 2022. The respondents in this study were 137 active Nutrition FKM UI undergraduate female students. Data analysis used univariate analysis on undergraduate female students characteristics variables (pocket money, nutritional knowledge, nutritional status, eating frequency, breakfast habits, and snacking frequency), energy intake, intake of macronutrients (carbohydrates, protein, and fat). ). The results showed that most of the respondents' variables were in the low or less than average category, namely pocket money (59.9%), knowledge of nutrition (71.5%), frequency of food (56.9%), breakfast habits (58, 4%), and snacking frequency (59.1%), energy intake (95.6%), carbohydrate intake (99.3%), protein intake (70.1%), and fat intake (77.4%). Meanwhile, the respondent variable in the normal category is the nutritional status (67.2%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yaneli
"Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Mencukupi kebutuhan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Akibat defisiensi energi pada balita bisa menyebabkan berbagai macam masalah gizi seperti stunting, wasting, maupun underweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi balita usia 24 bulan di Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Total sampel sebanyak 100 anak. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), dan jumlah konsumsi susu memiliki hubungan yang signifikan terhadap asupan energi. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi adalah Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), setelah dikontrol oleh Minimum Meal Frequency (MMF), jumlah konsumsi susu, tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu. Anak yang MDD nya tidak tercapai berpeluang 6,8 kali memiliki asupan energi yang kurang. Faktor dominan lainnya yang berhubungan dengan asupan energi pada balita adalah Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), setelah dikontrol oleh pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Anak yang MAD nya tidak tercapai berpeluang 10,6 kali memiliki asupan energi yang kurang.

Early childhood is characterized by rapid growth (growth spurt). Meeting adequate energy needs is very important for children. Due to energy deficiency in toodlers, it can cause various kinds of nutritional problems such as stunting, wasting, and underweight. This study aims to determine the dominant factors associated with the energy intake of children aged 24 months in Tangerang in 2019. This research uses quantitative methods. The type of research used is descriptive with cross sectional approach. The total sample is 100 children. Data analysis is used chi square test and multiple logistic regression. The results of the bivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), and the amount of milk consumption had a significant relationship to energy intake. Multivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), after being controlled by Minimum Meal Frequency (MMF), mother’s education level, maternal occupation, family income, and total milk consumption. Children whose MDD is not achieved are 6,8 times likely to have less energy intake. Another dominant factor related to energy intake in children is the Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), after being controlled by maternal education and maternal occupation. Children whose MAD is not achieved are 10,6 times more likely to have less energy intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Puspa Dewi
"Latar Belakang: Sakit kritis sering dihubungkan dengan malnutrisi yang disebabkan oleh perubahan metabolisme dan asupan yang menurun. Keadaan hipermetabolik yang tidak disertai dengan dukungan asupan energi dan protein yang adekuat, akan menyebabkan peningkatan konsumsi substrat protein dan energi secara cepat, disfungsi sistem imunitas, serta penurunan fungsi organ. Penilaian status gizi pada pasien sakit kritis sangat penting untuk menatalaksana dan mengevaluasi terapi gizi yang diberikan. Berbagai penelitian telah melaporkan mamfaat pemberian asupan energi dan protein yang cukup terhadap perubahan berat badan, namun pengukuran berat badan seringkali sulit dilakukan pada pasien ICU karena berbagai hal seperti penurunan kesadaran dan imobilisasi. Salah satu pengukuran antropometri yang cukup mudah dilakukan untuk mengevaluasi status gizi yaitu lingkar lengan atas (LLA) yang mencerminkan massa otot sebagai cadangan protein tubuh. Lingkar lengan atas (LLA) direkomendasikan sebagai parameter nutrisi karena sederhana dan indikator yang dapat digunakan untuk menilai malnutrisi. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara asupan energi dan protein terhadap perubahan LLA pada pasien sakit kritis yang dirawat di ICU. Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif observasional pada pasien sakit kritis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia. karakteristik subjek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), skor NRS 2002, status gizi berdasarkan kriteria ESPEN, penyakit penyerta, skor SOFA, diagnosis saat dirawat, dan kadar CRP. Dilakukan analisis korelasi antara asupan energa dan protein dengan perubahan lingkar lengan atas (LLA). Hasil: Terdapat 55 subjek dengan rerata subjek berusia 50,58±14.21 tahun. Subjek
didominasi oleh laki-laki 42(76%) subjek. Sebagian besar subjek dengan status gizi
malnutrisi 33(60%). Rerata berat badan, tinggi badan dan IMT secara berturut-turut
adalah sebesar 56,6±15,8 kg, 165 (150-175) cm, dan 21.1±5,6 kg/m2. Berdasarkan
skor SOFA, subjek penelitian terbanyak memiliki skor SOFA 0-6 40(72,7%) (risiko
rendah). Rerata asupan energi dan protein subjek sebesar 16,51±6,4 kkal/kgBB/hari
dan 0.7(0-1.8) g/kgBB/hari. Sebagian besar subjek memiliki asupan energi tidak
cukup 46(84%) dan asupan protein tidak cukup 36(66%). Rerata LLA subjek saat
admisi adalah 26,6±3,86 cm dan rerata LLA setelah 7 hari perawatan sebesar
25,6±3,61 cm. Terdapat perbedaan bermakna perubahan LLA setelah 7 hari
perawatan di ICU (p<0.001), namun tidak terdapat korelasi antara asupan energi
dan asupan protein terhadap perubahan ukuran LLA. Selain asupan, tingkat
inflamasi dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingginya katabolisme namun tidak dilakukan analisis hubungan antara tingkat inflamasi terhadap LLA pada subjek penelitian ini. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan protein selama 7 hari pertama perawatan dengan perubahan ukuran LLA selama 7 hari perawatan.

Background: Critical illness is often associated with malnutrition due to metabolic changes and decreased intake. A hypermetabolic state without adequate energy and protein support leads to increased protein and energy substrate consumption, immune system dysfunction, and organ impairment. Assessing nutritional status in critically ill patients is crucial for managing and evaluating nutritional therapy. Several studies have reported benefits of adequate energy and protein intake on weight changes, but weighing patients in the ICU is challenging due to factors like decreased consciousness and immobility. One anthropometric measurement that's relatively easy to conduct for evaluating nutritional status is the mid-upper arm circumference (MUAC), reflecting muscle mass as a body protein reserve. MUAC is recommended as a nutritional parameter for its simplicity and usefulness in assessing malnutrition. This study aims to examine the relationship between energy and protein intake and changes in MUAC in critically ill patients treated in the ICU. Methods: This study is a prospective observational study of critically ill patients at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and RS Universitas Indonesia. Subject characteristics included age, gender, height, weight, body mass index (BMI), NRS 2002 score, nutritional status based on ESPEN criteria, comorbidities, SOFA score, admission diagnosis, and CRP levels. Correlation analysis was performed between energy and protein intake and changes in mid-upper arm circumference (MUAC). Results: There were 55 subjects with a mean age of 50.58±14.21 years. The majority were male, comprising 42 patients (76%). Most subjects were malnourished, totaling 33 (60%). Mean weight, height, and BMI were 56.6±15.8 kg, 165 (150-175) cm, and 21.1±5.6 kg/m2, respectively. Based on SOFA score, most subjects had a SOFA score of 0-6 (40 patients, 72.7%), indicating low risk. Mean energy intake was 16.51±6.4 kcal/kg/day, and mean protein intake was 0.7 (0-1.8) g/kg/day. A majority had inadequate energy intake (46 patients, 84%) and protein intake (36 patients, 66%). Mean MUAC at admission was 26.6±3.86 cm, and mean MUAC after 7 days of treatment was 25.6±3.61 cm. There was a significant decrease in MUAC after 7 days in the ICU (p<0.001), but no correlation was found between energy or protein intake and changes in MUAC. In addition to intake, inflammation levels could influence high catabolism, but no analysis was performed on the relationship between inflammation levels and MUAC in this study. Conclusion: There was no relationship between energy and protein intake during the first 7 days of treatment and changes in MUAC during 7 days of treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yulia Maritasari
"Obesitas merupakan keadaan kelebihan lemak tubuh yang abnormal dimana obesitas yang terjadi pada masa remaja meningkatkan risiko obesitas saat dewasa dan menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada siswa di 2 SLTA Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat tahun 2015. Desain penelitian adalah cross sectional, pengambilan sampel menggunakan metode systematic random sampling, dan total sampel sebanyak 128 siswa. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi kejadian obesitas berdasarkan riwayat genetik (pvalue = 0,0001), durasi tidur (pvalue = 0,017), asupan energi (pvalue = 0,0001), asupan karbohidrat (pvalue = 0,001) dengan kejadian obesitas. Ada perbedaan proporsi kejadian obesitas berdasarkan asupan energi (pvalue = 0,006, OR = 9,64), riwayat genetik (pvalue = 0,001, OR = 5,83), asupan karbohidrat (pvalue=0,018, OR = 3,86), jenis kelamin (pvalue = 0,011, OR = 0,213) setelah dikontrol oleh variabel sarapan pagi, asupan protein, asupan lemak, sedentary behavior, dan stress, dimana asupan energi merupakan faktor dominan. Sebaiknya siswa harus mulai menerapkan pola makan gizi seimbang, dan pola tidur dengan durasi tidur 7 – 8 jam/hari, serta melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara berkala yaitu sebulan sekali.

Obesity is an occurrence of abnormal excessive body fat where obesity in adolescence age increases the risk of obesity in adult age and it could cause some health issues. This study aims to find the dominant factorof obesity occurrence to students in 2 High Schools in Sub-District Tanah Abang Central Jakarta in the year of 2015. The study design used is cross sectional, samples achieved by using the systematic random sampling with 128 students as total samples. Analysis of data includes univarate, bivariate, and multi variate analysis. The result of this study shows that there is a difference of obesity occurrence proportion based on genetic history (pvalue = 0,0001), sleep duration (pvalue = 0,017), energy intake (pvalue = 0,0001), carbohydrate intake (pvalue = 0,0001). There is a difference in obesity occurrence proportion based on energy intake (pvalue = 0,006, OR = 9,64), genetic history (pvalue = 0,001, OR = 5,83), carbohydrate intake (pvalue=0,018, OR = 3,86), gender (pvalue = 0,011, OR = 0,213) after control of variables of breakfast, protein intake, fat intake, sedentary behaviour and stress, where energy intake is a dominant factor. Students advised to start following the balanced diet and sleep of 7-8 hours/ day, and doing monthly body mass and height measurements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Lestari
"Ketersediaan energi yang rendah merupakan gangguan kesehatan yang sering ditemukan pada atlet dan prevalensinya lebih tinggi di olahraga yang mementingkan estetika seperti menari. Karakteristik ketersediaan energi yang rendah yang sering ditemui pada penari itu adalah gangguan menstruasi, cedera muskuloskeletal dan gangguan pencernaan. Untuk pertama kalinya, studi ini mengevaluasi proporsi dan karakteristik ketersediaan energi yang rendah serta melihat korelasinya pada penari elit wanita di sekolah tari X Jakarta. Studi ini merupakan studi potong lintang pada 22 penari elit wanita di sekolah tari X Jakarta. Ketersediaan energi yang rendah dinilai dengan kuesioner ketersediaan energi yang rendah, pengukuran komposisi tubuh dengan metode bioimpedance analysis dan pengambilan biomarker hormon T3 total dan kortisol. Perilaku makan para penari dinilai dengan kuesioner EAT-26. Pengambilan data melalui kuisioner yang disebarluaskan secara daring. Sebanyak 36,3% penari elit wanita memiliki risiko ketersediaan energi yang rendah sehingga kesehatan dan performa mereka bermasalah. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara skor EAT-26 dengan penari yang berisiko ketersediaan energi yang rendah (p<0,05). Karakteristik ketersediaan energi yang rendah yang terbanyak adalah gangguan menstruasi, kemudian disfungsi pencernaan dan yang terakhir adalah cedera muskuloskeletal. Sebagai studi pilot, penelitian ini memperlihatkan bahwa kuesioner ketersediaan energi yang rendah dan EAT-26 dapat memaparkan gejala fisiologis dan psikologis pada penari elit wanita.

Low energy availability is a health problem that is often found in athletes and its prevalence is higher in aesthetic sports, such as dancing. Characteristics of low energy availability that are often encountered in dancers are menstrual disturbance, musculoskeletal injuries, and digestive dysfunction. For the first time, this study evaluates the proportion and characteristics of low energy availability and its correlation between elite female dancers at X dance school in Jakarta. This study is a cross-sectional study with a total sampling of 22 elite female dancers at X dance school Jakarta. Low energy availability was assessed by using a low energy availability questionnaire, the dancer’s body composition was measured using the bioimpedance analysis method and blood sample of total T3 and cortisol were also checked. The dancer’s eating behavior was assessed using the EAT-26 questionnaire. The questionnaires were distributed online. As many as 36.3% of female elite dancers have a risk of low energy availability, thus, they have problem in their health and performance. It was found that there was a significant relationship between the EAT-26 score and dancers with risk of low energy availability (p<0.05). The most common characteristic of low energy availability is menstrual disorders. The second is digestive dysfunction and the last is musculoskeletal injury. As a pilot study, this study demonstrated that the low energy availability questionnaire and the EAT-26 can describe physiological and psychological symptoms in female elite dancers.

 

Keywords: Dancers, low energy availability, menstrual disorders, digestive dysfunction, musculoskeletal injuries"

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Prasettya Japri
"Penggunaan jasa Online Food Delivery (OFD) dapat menyebabkan berlebihnya asupan zat gizi terutama energi dan protein. Tujuan penelitian yaitu diketahuinya hubungan penggunaan jasa OFD terhadap asupan energi dan protein disertai stratifikasi variabel jenis kelamin, uang saku, jenis tempat tinggal, serta aktivitas fisik. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah responden terlibat 134 mahasiswa nonkesehatan. Data diambil dari pengisian kuesioner mandiri dan wawancara daring. Data kemudian dianalisis univariat dan bivariat (chi-square). Diketahui adanya hubungan frekuensi penggunaan jasa OFD dengan asupan energi (p-value = 0,001) dan protein (p-value = 0,004). Setelah distratifikasi, ditemukan hubungan antara durasi loyalitas konsumen pengguna jasa OFD dengan asupan energi hanya pada kelompok yang tinggal di rumah orang tua (p-value = 0,042) dan aktivitas fisik kurang (p-value = 0,043), serta terhadap protein hanya pada kelompok aktivitas fisik kurang (p-value = 0,043). Akan tetapi, tidak ada hubungan preferensi makanan dengan asupan energi (p-value = 0,811) dan asupan protein (p-value = 0,894). Peneliti menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan jasa OFD di luar masa pandemi dan diharapkan adanya peningkatan kesadaran terkait pesan gizi seimbang saat menggunakan jasa OFD, sehingga mahasiswa dapat menghindari risiko asupan energi dan protein berlebih.

The use of Online Food Delivery (OFD) services can cause an excessive intake of nutrients, especially energy and protein. The purpose of this research is to know the relationship between the use of OFD services on energy and protein intake accompanied by stratification of variables such as sex, pocket money, type of residence, and physical activity. The research design used was cross-sectional, with the number of respondents involved 134 non-health students. Data is taken from filling out independent questionnaires and online interviews. Data were then analyzed univariate and bivariate (chi-square). It is known that there is a correlation between the frequency of use of OFD services with energy intake (p-value = 0.001) and protein (p-value = 0.004). After stratification, a relationship was found between the duration of consumer loyalty of OFD service users with energy intake only in the group who lived at the parents' house (p-value = 0.042) and lack of physical activity (p-value = 0.043), and to protein, only in the group less physical activity (p-value = 0.043). However, there is no relationship between food preferences and energy intake (p-value = 0.811) and protein intake (p-value = 0.894). The researcher suggests that further research is needed regarding the use of OFD services outside the pandemic period, and it is hoped that there will be an increase in awareness regarding balanced nutrition messages when using OFD services so that students can avoid the risk of excessive energy and protein intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Syifa Aldriani
"ABSTRAK
Kejadian overfat memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, yaitu meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi dan penyakit tidak menular kronis seperti resistansi insulin, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, PJK, dan lainnya. Di Indonesia, diketahui sebanyak 35,4% orang dewasa mengalami kegemukan dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan proporsi kejadian overfat berdasarkan faktor risikonya, seperti asupan energi, asupan zat gizi makro, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kualitas tidur, serta hubungan antara IMT dengan PLT pada mahasiswa Gizi Universitas Indonesia tahun 2019. Penelitian dengan desain studi potong lintang ini menggunakan data sekunder dengan jumlah responden sebanyak 119 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19,3% mahasiswa mengalami overfat. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, kuat, dan berarah positif antara IMT dengan PLT (r = 0,855, p = 0,0001). Ditemukan adanya perbedaan proporsi kejadian overfat yang signifikan berdasarkan asupan energi (p = 0,02). Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa kejadian overfat lebih tinggi pada mahasiswa yang aktivitas fisiknya kurang, durasi tidurnya tidak cukup, dan kualitas tidurnya sangat buruk dan buruk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Elisabet Anggita
"Risiko kekurangan energi kronik (KEK) merupakan keadaan dimana remaja putri mempunyai kecenderungan untuk menderita KEK. Kategori risiko KEK di Indonesia didasarkan pada hasil ukur lingkar lengan atas (LILA) kurang dari atau sama dengan 23,5 cm. Apabila KEK terjadi pada remaja dapat menyebabkan menurunnya kemauan belajar dan kesehatan fisik pada remaja putri, mengingat dampak KEK pada remaja putri juga dapat berlanjut hingga dewasa dan dapat berdampak buruk pada masa kehamilan dan melahirkan bayi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor asupan energi, asupan gizi makro, frekuensi makan, kebiasaan sarapan pagi, citra tubuh, uang saku, dan pekerjaan ibu dengan kejadian KEK pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Informatika Bina Generasi 3 Kabupaten Bogor tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional dan metode pengambilan sampelnya dengan simple random sampling pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Informatika Bina Generasi 3 Bogor yaitu kelas 11 - 12 periode 2022/2023 pada Agustus 2023. Analisis data menggunakan statistik chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 53,3% siswi Sekolah Menengah Kejuruan Informatika Bina Generasi 3 berisiko KEK dan 47,8% tidak berisiko KEK. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, frekuensi makan, dan pengetahuan gizi dengan risiko kurang energi kronik (KEK) pada siswi. . Asupan energi (p-value= 0,002) dan karbohidrat (p-value= 0,003) merupakan faktor terbesar terjadinya risiko KEK pada siswi, yaitu dimana siswi yang mempunyai asupan energi yang kurang berpeluang 5,400 dan 5,789 kali lebih besar berisiko KEK dibandingkan dengan responden dengan asupan energi dan karbohidrat yang cukup.Diharapkan siswi dapat lebih meningkatkan asupan energi dan asupan zat gizi makro melalui melakukan pola makan yang baik yaitu dengan memperbaiki frekuensi makan dengan rutin yaitu 3 kali sehari dengan makan utama dan meningkatkan kualitas makan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.

The risk of chronic energy deficiency (CED) is a condition in which young women tend to suffer from CED. The CED risk category in Indonesia is based on the results of measuring the upper arm circumference (MUAC) which is less than or equal to 23.5 cm. If CED occurs in adolescents it can cause a decrease in the willingness to learn and physical health in young women, considering that the impact of CED on young women can also continue into adulthood and can have a negative impact during pregnancy and childbirth. retarded baby. This study aims to determine the relationship between energy intake, macronutrient intake, meal frequency, breakfast habits, body image, pocket money, and mother's occupation with the incidence of CED in female students at SMK Informatics Bina Generasi 3, Bogor Regency, in 2023. This study used a research design descriptive analysis using the cross-sectional method and the sampling method using simple random sampling in female students of SMK Informatics Bina Generasi 3 Bogor, namely class 11 – 12 for the 2022/2023 period in August 2023. Data analysis used chi-square statistics. The results showed that 53.3% of female students at SMK Informatika Bina Bata 3 were at risk of KEK and 47.8% were not at risk of CED. There is a significant relationship between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, protein intake, meal frequency, and nutritional knowledge with the risk of chronic energy deficiency (CED) in female students. Energy intake (p-value = 0.002) and carbohydrates (p-value = 0.003) are the biggest risk factors for CED in female students, namely students who have less energy intake are 5,400 and 5,789 times more likely to be at risk of CED compared to respondents with low energy intake. sufficient energy and carbohydrates. It is hoped that female students can further increase their energy intake and macronutrient intake by adopting a good diet, namely by improving the frequency of eating regularly, namely 3 times a day with main meals, and improving the quality of eating by consuming nutritionally balanced foods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>