Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulinda
"Malformasi Arteri Vena (MAV) adalah kelainan kongenital atau yang didapat(acquired) dan penegakan diagnosisnya cukup beragam,juga terapi dan prognosisnya. Modalitas terapi MAV bervariasi, mulai dari injeksi scleroting agent hingga teknik operasi yang kompleks, termasuk pilihan terapi pembedahan minimal invasif, yang berdampak pada prognosis pasien. Hasil penelitian menyatakan bahwa tatalaksana MAV dengan pendekatan secara multidisipliner sudah mulai dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo,dimana eksisi tetap merupakan terapi yang paling ideal untuk menciptakan kesembuhan. Akan tetapi, terapi pembedahan saja hanya menghasilkan kontrol inkomplit dari lesi karena morbiditas tinggi terkait reseksi komplit (complete surgical resection). Pembuangan lesi MAV total dengan pembedahan seringkali dikerjakan melawan morbiditas dan angka komplikasi yang tinggi (misalnya kehilangan darah masif, hilangnya fungsi organ). Hanya jika lesi dapat terlokalisasi dengan baik, sehingga memungkinkan morbiditas rendah dengan eksisi total, sebaiknya tatalaksana dikombinasi dengan pendekatan endovaskular menggunakan terapi emboli dan terapi sklerosis.

Arterial Venous Malformation (AVM) is a congenital or acquired abnormalities and enforcement is quite diverse diagnosis, therapy and prognosis as well. AVM therapeutic modalities varied, ranging from injection scleroting agent to complex surgery techniques, including minimally invasive surgical treatment options, which have an impact on patient prognosis. The study states that the management of AVM with a multidisciplinary approach has begun to do in Cipto Mangunkusumo, where excision remains the most ideal therapy to create healing. However, surgical treatment alone produced only an incomplete control of the high morbidity associated lesions because complete resection (complete surgical resection). Disposal of AVM total lesion with surgery is often done against morbidity and complication rates are high (eg, massive blood loss, loss of organ function). Only if the lesion can be localized well, allowing a low morbidity with total excision, preferably combined with the management of the endovascular approach using embolic therapy and therapy sclerosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donie Firdhianto
"Stenosis atau oklusi vena sentral merupakan komplikasi serius pada pasien hemodialisis yang secara signifikan menurunkan kwalitas hemodialisis yang efektif patensi semua komponen akses vascular dialisis, termasuk arteri beserta cabangnya, AV anastomosis, vena perifer, dan vena sentral, sangat penting untuk penyediaan dialisis yang konsisten, kuat, nyaman, dan tidak rumit. Etiologi utama  stenosis vena sentral (SVS) sebagian besar adalah sekunder akibat penempatan kateter dialisis yang sementara ataupun menetap pada vena subclavia, vena  jugular internal, dan vena femoralis. Terapi endovascular standar stenosis vena sentral adalah angioplasty dengan balon konvensional.
Analisis deskriptif dilakukan untuk menilai karakteristik serta sebaran data masing-masing variabel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabuler atau grafik. Data kategorik disajikan dalam bentuk persentase dan dilakukan uji statistik dengan Chi-square atauFisher (univariat dan bivariat). Data yang akan dibandingkan adalah keberhasilan setelah tindakan Endo Vaskular dibandingkan antara riwayat pemasangan kateter vena sentral di vena subclavia dan vena jugularis interna, dengan tipe kateter, onset gejala, dan durasi pemasangan kateter sebagai variabel perancu.
Dari hasil analisis data di temukan faktor-faktor bermakna yang berhubungan dengan keberhasilan tindakan Endo Vaskular pada pasien stenosis vena sentraldengan POBA (p>0.005) adalah ; onset gejalaklinis (<3 bulan), durasipemasangankateter (<2,5 bulan), riwayat pemasangan kateter sebelumnya (baru 1 kali), Initial stenosis (kurangdari 80), serta diameter POBA (> 10 mm). Diperlukan SOP untuk pemasangan KVS yang sesuai standar KADOQi untuk mengurangi resiko kejadian SVS.
Diperlukan strategi screening yg lebih baik untuk mendeteksi  kasusSVS. Perlu edukasi kepada tenaga medis dan pasien mengenai durasi pemasangan KDL akut. Mengoptimalkan akses vaskuler permanen AVF sebagai Akses vaskular idaman penderita GGK yg menjalani HD.Perlu perhatian yang lebih dari pemerintah atau pihak penjamin kesehatan, karena keterbatasan biaya yang membuat tindakan Endo Vaskuler pada kasus SVS menjadi kurang optimal, terutama pada kasus re-Intervensi dan inisial stenosis yg berat (>80%).

Central venous stenosis or occlusion is a serious complication in hemodialysis patients that significantly decreases effective hemodialysis quality The patency of all components of dialysis vascular access, including arteries and branches, AV anastomosis, peripheral veins and central veins, is essential for the provision of consistent, adequate dialysis, comfortable, and not complicated. The main etiologies of central venous stenosis (SVS) are mostly secondary to temporary or persistent dialysis / chemoteraphycatheter placement in the subclavian vein, internal jugular vein, and femoral vein. Standard endovascular therapy of central venous stenosis is angioplasty with conventional balloons.
Descriptive analysis is done to assess the characteristics and distribution of data for each variable which is then presented in tabular or graphical form. Categorical data is presented in the form of a percentage and statistical tests are performed by Chi-square or Fisheries (univariate and bivariate). Data to be compared is the success after endovascular action compared between the history of central venous catheter placement in the subclavian vein and internal jugular vein, with, catheter type, symptom onset, and duration of catheter placement as confounding variables.
The results of data analysis found significant factors related to the success of endovascular action in patients with central venous stenosis with POBA (p> 0.005) are; onset of clinical symptoms (<3 months), duration of catheter placement (<2.5 months), history of catheter placement (only 1 time), initial stenosis (less than 80), and diameter of POBA (> 10 mm).
According with KADOQi standards is needed to reduce the risk of SVS events. A better screening strategy is needed to detect SVS cases. Need education to medical staff and patients regarding the duration of the installation of acute KDL. Optimizing AVF permanent vascular access as ideal vascular access for people with CRF who undergo HD. More attention is needed from the government or health guarantor, because of the limited costs that make endovascular actions in SVS cases less optimal, especially in cases of re-intervention and severe initial stenosis (> 80%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library