Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Maulidia Annisa Hilmah
Abstrak :
ABSTRAK
Korban bullying usia sekolah umumnya masih merasakan berbagai dampak negatif bullying hingga dewasa. Penyayang diri dan optimisme dapat menjadi strategi koping yang tepat bagi korban untuk berkembang positif secara psikologis. Studi ini berusaha untuk melihat hubungan antara belas kasihan diri dan optimisme pada orang dewasa baru yang selamat dari perundungan sekolah (SMP dan SMA). Partisipan dalam penelitian ini adalah orang dewasa baru berusia 18-25 tahun yang lolos seleksi instrumen Multidimensional Online and Offline Peer Victimization Scale (MOOPVS) berdasarkan tingkat keparahan bullying yang dialaminya. Belas kasihan diukur menggunakan Bentuk Bentuk Pendek Skala Belas Diri Sendiri (SCS-SF) dan optimisme diukur dengan Tes Orientasi Kehidupan-Revisi (LOT-R). Melalui teknik korelasi Pearson, ditemukan bahwa di antara orang dewasa baru yang selamat dari perundungan di sekolah, belas kasihan diri secara signifikan berhubungan positif dengan optimisme (r = 0,264, p <0,01, satu sisi). Temuan ini dapat menjadi pertimbangan bagi para praktisi psikologi, khususnya yang bergerak di bidang rehabilitasi pasca bullying, untuk melakukan intervensi welas asih dan / atau berbasis optimisme.
ABSTRACT
Victims of school age bullying generally still feel the various negative effects of bullying until adulthood. Self-compassion and optimism can be the right coping strategies for victims to develop positively psychologically. This study attempted to look at the relationship between self-compassion and optimism in new adults who survived school bullying (junior high and high school). Participants in this study were adults aged 18-25 years who passed the Multidimensional Online and Offline Peer Victimization Scale (MOOPVS) instrument selection based on the severity of the bullying they experienced. Compassion was measured using the Short Form of Self-Defense Scale (SCS-SF) and optimism measured by the Revised Life-Orientation Test (LOT-R). Through the Pearson correlation technique, it was found that among new adults who survived school bullying, self-compassion was significantly positively associated with optimism (r = 0.264, p <0.01, one hand). These findings can be a consideration for psychology practitioners, especially those engaged in post-bullying rehabilitation, to carry out compassionate and / or optimism-based interventions.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sukma Melani
Abstrak :
Keberagaman di Indonesia dapat menjadi potensi konflik atau kekerasan. Oleh sebab itu, sikap terhadap perdamaian dan keterbukaan terhadap keberagaman penting khususnya bagi emerging adults yang sering terpapar keberagaman namun juga berada dalam fase membagun hubungan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan terhadap keberagaman dan sikap terhadap perdamaian pada emerging adults. Sampel penelitian korelasional ini sejumlah 198 partisipan, dengan rata-rata usia 22 tahun. Kriteria partisipan penelitian adalah individu emerging adult (18-25 tahun), Warga Negara Indonesia (WNI), dan berdomisili di Indonesia. MGUDS-S (Miville-Guzman Universal-Diverse Scale-Short Form) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur keterbukaan terhadap keberagaman, sedangkan untuk sikap perdamaian digunakan alat ukur Peace Attitude Scale (PAS). Berdasarkan analisis menggunakan Pearson Correlation, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterbukaan terhadap keberagaman dan sikap terhadap perdamaian pada emerging adults. Hasil penelitian ini dapat berimplikasi sosial dimana pendidikan mengenai keberagaman itu penting untuk ada, dan individu harus terbiasa untuk terpapar keberagaman disekitarnya sejak dini.
...... Diversity in Indonesia could be a potential conflict or violence. Therefore, peace attitudes and openness to diversity were important, especially for emerging adults who are often exposed to diversity but are also in the phase of building relationships. This study aimed to determine the relationship between openness to diversity and peace attitudes among emerging adults. The sample of this correlational study consisted of 198 participants with an average age of 22 years old. Criteria of this study being emerging adult (18-25 years old), Indonesian citizens (WNI), and domiciled in Indonesia. MGUDS-S (Miville-Guzman Universal-Diverse Scale-Short Form) is an instrument used to measure openness to diversity, meanwhile Peace Attitude Scale (PAS) were used to measure peace attitudes. The results found that there is a significant positive relationship between openness to diversity and peace attitudes among emerging adults. The results of this study could have social implications that education about diversity is important to be conducted and individuals must be accustomed to being exposed to diversity around them from an early age.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dini Hanifa
Abstrak :
Tahap perkembangan dewasa muda awal merupakan tahap kritis karena termasuk tahap peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Pada tahap ini berbagai masalah kesehatan jiwa rawan terjadi, terutama pada masyarakat miskin yang merupakan kelompok rentan. Masyarakat miskin memiliki hasil kesehatan yang rendah karena akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Terdapat pendekatan kesehatan yang dapat meningkatkan outcome kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu perilaku peningkatan kesehatan (selanjutnya disebut perilaku peningkatan kesehatan) yaitu gaya hidup sehat yang komprehensif. Untuk meningkatkan perilaku untuk mempromosikan kesehatan secara efektif membutuhkan dukungan sosial yang dirasakan (selanjutnya disebut sebagai dukungan sosial yang dirasakan). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan dimensi pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres dalam gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 258 warga miskin yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda awal (18-29 tahun) yang mendapat bantuan dari pemerintah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dukungan sosial dipersepsikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres pada remaja miskin usia dini di DKI Jakarta.
Early young adult development stage is a critical stage because it includes a transitional stage from adolescence to adulthood. At this stage, various mental health problems are prone to occur, especially among the poor who are a vulnerable group. The poor have low health outcomes due to limited access to health services. There is a health approach that can improve health outcomes for the poor, namely health improvement behavior (hereinafter referred to as health improvement behavior), namely a comprehensive healthy lifestyle. To improve behavior to promote health effectively requires perceived social support (hereinafter referred to as perceived social support). This study aims to investigate the relationship between perceptions of social support and the dimensions of spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in health-promoting lifestyles. Participants in this study were 258 poor people who were in the early development stage of young adults (18-29 years) who received assistance from the government. The design used in this research is correlational research. The results of this study are that social support is perceived to have a significant relationship with spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in early childhood poor adolescents in DKI Jakarta.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library