Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakia
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Mendapatkan satu embrio dengan potensi implantasi yang tertinggi merupakan hal penting dari teknologi fertilisasi invitro. Metode yang banyak digunakan selama ini untuk seleksi embrio adalah melalui penilaian morfologi. Namun morfologi embrio belum dapat menggambarkan potensi embrio dengan baik. Teknologi metabolomik merupakan metode yang memiliki potensi yang cukup baik karena memiliki beberapa kelebihan yaitu pengukuran yang cepat dan tidak bersifat invasif. Viabilitas hasil konsepsi dipengaruhi oleh proses biologis intrasel yang menghasilkan metabolom. Embrio dengan morfologi yang baik ternyata memiliki gambaran metabolomik yang berbeda. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model prediksi dari pola metabolomik medium kultur embrio untuk memprediksi kemampuan pembentukan blastokista. Jika kita dapat memprediksi potensi keberhasilan pembentukan blastokista dengan cara yang nir invasif dan cepat, diharapkan dapat meningkatkan proses pemilihan embrio dengan potensi implantasi yang tinggi, tanpa memperpanjang masa kultur embrio hingga hari kelima.

Tujuan: Mengembangkan metode nir invasive dalam memprediksi kemampuan embrio berkembang menjadi blastokista.

Metode: Penelitian kohort terhadap data spektrum FTIR medium kultur embrio hari pertama dan hari ketiga dalam memprediksi keberhasilan pembentukan blastokista, dengan membuat model prediksi dari spektrum tersebut.

Hasil: Didapatkan blastokista dengan kualitas baik sebanyak 16 dari 44 embrio yang diteliti. Didapatkan nilai AUC 0,752 pada model prediksi analisis FTIR medium kultur embrio hari pertama. dengan sensitifitas 0,727 dan akurasi 72,7%. Pada analisis spektrum hari ke 3 didapatkan model prediksi dengan AUC 0,674, dengan sensitifitas 0,614 dan akurasi 0,614.

Kesimpulan: Pola metabolomik medium kultur embrio dapat membedakan antara embrio yang berhasil menjadi blastokista kualitas baik dan tidak menjadi blastokista kualitas baik. Perbedaan ini dapat dideteksi dengan menggunakan analisis dengan FTIR yang kemudian dibuat model prediksinya.
ABSTRACT
Background: To get an embryo with the highest implantation potential is an important aspect of in vitro fertilization. The most widely used method for embryo selection is morphological assessment. However, embryo morphology has not been able to describe the potential of an embryo properly. Metabolomic technology is a method that has good potential because it has several advantages, namely rapid measurement and not invasive. Viability of the results of conception is influenced by intracellular biological processes that produce the metabolome. Embryos with good morphology have a different metabolomic profilling. From this research it is expected to produce a predictive model of the metabolomic profilling of embryo culture medium to predict the successful of good quality blastocyst formation. If we can predict the potential success of blastocyst formation in a non-invasive and fast way, it is hoped that it can improve the process of selecting embryos with high implantation potential, without extending embryo culture to the fifth day.

Objective: To develop a non-invasive method for predicting the ability of an embryo to develop into a good quality blastocyst.

Method: A cohort study of FTIR spectrum data of first and third day embryo culture medium in predicting the success of good quality blastocyst formation, by making a prediction model of the spectrum.

Results: There were good quality blastocysts from 16 of the 44 embryos studied. AUC value of 0.752 was obtained from the FTIR analysis model prediction for the first day of embryo culture medium. with a sensitivity of 0.727 and an accuracy of 72.7%. In the spectrum analysis of day 3was obtained predictive models with AUC of 0.674, with a sensitivity of 0.614 and an accuracy of 0.614.

Conclusion: The metabolomic profilling of embryo culture medium can distinguish between an embryo that succeeds in becoming a good quality blastocyst and not a good quality blastocyst. This difference can be detected by using analysis with FTIR.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Samuel Dominggus Chandra
Abstrak :
Metode In Vitro Fertilization (IVF) sudah dikenal sebagai salah satu metode reproduksi berbantu yang efektif menangani masalah infertilitas. Angka kehamilan IVF siklus baru Indonesia tahun 2013 untuk usia <35 tahun berada di angka 41,48%, masih di bawah angka kehamilan siklus IVF pada usia sama di dunia tahun 2012, yaitu 46,6%. Terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada angka kehamilan siklus IVF, salah satunya adalah fase embrio saat transfer embrio. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa fase blastokista memiliki angka kehamilan yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan efektivitas prosedur IVF melalui pemahaman akan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari rekam medik Klinik Yasmin RSCM Kencana. Sampel penelitian dibagi ke dalam dua kelompok, 120 pasien grup fase pembelahan dan 120 pasien grup fase blastokista. Pemilihan sampel menggunakan metode systematic random sampling. Pada analisis didapatkan beda proporsi antara grup fase blastokista dengan grup fase pembelahan sebesar 20,8% (50,8% dan 30,0%; p= 0,002). Pada analisis multivariat didapatkan tiga variabel perancu yang memiliki pengaruh dalam penelitian, yaitu tebal endometrium, endometriosis, dan faktor tuba. Disimpulkan bahwa transfer embrio pada fase blastokista memiliki angka kehamilan lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan fase pembelahan;In Vitro Fertilization (IVF) is known as one of assisted reproduction methods that effectively addresses the problem of infertility. IVF fresh cycle pregnancy rate in Indonesia for age <35 years in 2013 was at 41.48%. It was still below the pregnancy rate of fresh IVF cycles at the same age worldwide in 2012, 46.6%. There are several factors that can affect the pregnancy rate of IVF cycles, one of which is the stage when the embryo is transferred. Based on previous studies, it was found that the blastocyst stage have a higher pregnancy rate than the cleavage stage. The purpose of this study was to improve IVF effectiveness. The study was conducted using medical records from Klinik Yasmin RSCM Kencana. Samples were divided into two groups, 120 patients in cleavage stage group and 120 patients in blastocyst stage group. The samples were selected using systematic random sampling method. In the analysis, we found 20,8% proportion difference between the blastocyst stage group to the cleavage stage group (50.8% and 30.0%; p = 0.006). In the multivariate analysis, it was found that there were three confounding variables, endometrial thickness, endometriosis, and tubal factor, which significantly affected pregnancy rate. It was concluded that blastocyst embryo transfer have a significantly higher pregnancy rate than cleavage embryo transfer.
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library