Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asy`ari Fauzan
Abstrak :
Beberapa penelitian telah menyatakan peran penting pemerintah dalam menangani masalah limbah elektronik, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dengan mengeluarkan kebijakan untuk menangani sistem pengelolaan limbah elektronik, baik di negara maju maupun berkembang, terutama didasarkan pada prinsip EPR, tetapi merancang dan menerapkan prinsip tersebut di negara berkembang mungkin sangat berat karena harus bergantung pada kapasitas negara dan kondisi sosial ekonomi, menyiratkan bahwa aspek keuangan akan menjadi rintangan utama bagi negara-negara berkembang ketika menerapkan prinsip ini. China adalah salah satu dari sedikit negara berkembang yang berhasil mereplikasi prinsip ini ke dalam sistem pengelolaan limbah elektronik mereka dan memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia, seperti keberadaan sektor informal, populasi besar, negara berkembang. Kebijakan pendanaan sistem pengelolaan limbah elektornik di China menggunakan subsidi yang ditetapkan pada nilai yang sesuai untuk bisa menjalankan sistem. Dalam penelitian ini, model skema pendanaan sistem pengelolaan limbah elektronik diusulkan untuk menganalisis kemungkinan kebijakan tersebut untuk diimplementasikan di Indonesia. Terdapat empat skema pendaan yang diusulkan pada penelitian ini, yaitu skenario 1, dimana pendanaan dilakukan hanya oleh produsen, skenario 2, dimana pendanaan dilakukan hanya oleh pemerintah, skenario 3, dimana pendanaan dilakukan hanya oleh produsen dan pemerintah, dan skenario 4, pendanaan dilakukan oleh produsen, pemerintah, dan konsumen. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa skenario 4 merupakan skenario yang paling paling feasible untuk dilakukan.
Policies to handle WEEE management system, both in developed and developing countries, mainly based on EPR principle, but designing and implementing such principle in developing countries might be formidable as it should be depended on the country`s capacity and socioeconomic condition, implying that the financial aspect will be the primary hurdle for the developing countries when implementing this principle. China is one of the few developing countries that successfully replicate this principle into their WEEE management system and has several similarities with Indonesia, such as the existence of informal sector, large population, a developing country. China WEEE processing fund policy uses subsidies that are set on appropriate number run the system. In this paper, a system dynamic model is proposed to analyze the possibility of such policy to be implemented in Indonesia. In this study, a model that implemented an electronic waste management system proposed to analyze issued this policy to be applied in Indonesia. Scenario 3, which is carried out only by producers, scenario 2, which is carried out only by the government, scenario 3, which is carried out only by producers and the government, and scenario 4, carried out by producers, governments and consumers. From the results of the study, obtained scenario 4 is the most feasible scenario to do.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pilamupih Dwi Rahayu
Abstrak :
Limbah elektronik atau e-waste dilarang untuk diekspor, sedangkan peralatan elektronik bekas dapat diekspor karena masih dapat digunakan dan memiliki komponen yang berharga. Perpindahan lintas batas atau transboundary movement limbah elektronik antar negara terjadi karena tidak ada klasifikasi yang jelas untuk membedakan antara limbah elektronik dan peralatan elektronik bekas. Sebagai akibatnya, banyak negara mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengekspor limbah elektronik dengan mengkategorikannya sebagai peralatan elektronik bekas ke negara-negara lain. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang transboundary movement limbah elektronik hanya menyoroti pergerakan limbah elektronik tersebut dari satu negara ke negara lain menggunakan Global Positioning System (GPS). Penelitian tersebut membuktikan adanya transboundary movement limbah elektronik dari salah satu negara yang tergabung dalam OECD ke negara non-OECD. Penelitian transboundary movement limbah elektronik menggunakan game theory ini bertujuan untuk menerapkan game theory pada penelitian limbah elektronik dan peralatan elektronik bekas dengan menyoroti strategi dalam berbagai aspek yang mempengaruhi terjadinya transboundary movement limbah elektronik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan negara yang tergolong ke dalam OECD dan non-OECD sebagai model penelitian. Kemudian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transboundary movement limbah elektronik digunakan untuk menentukan strategi yang tepat untuk masing-masing negara. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi optimal untuk negara OECD dan non-OECD yang terlibat dalam transboundary movement limbah elektronik.
Electronic waste or e-waste is prohibited for export, while used electronic equipment can be exported because it can still be used and still have valuable components. Transboundary movement of electronic waste between countries occurs because there is no clear classification to distinguish between electronic waste and used electronic equipment. As a result, many countries took advantage of this opportunity to export electronic waste by categorizing it as used electronic equipment to other countries. Previous studies on electronic waste transboundary movement only highlighted the movement of electronic waste from one country to another using the Global Positioning System (GPS). The study proved the existence of electronic waste transboundary movement from one of the countries incorporated in the OECD to non-OECD countries. The study of electronic waste transboundary movement using game theory aims to apply game theory for the research of electronic waste and used electronic equipment by highlighting strategies in various aspects that affect the occurrence of transboundary movements. The study was conducted using one country from each of the OECD countries and non-OECD countries will be used as a research model. Then the factors that cause the occurrence of electronic waste transboundary movement are used to determine the right strategy for each country. The expected results of this study are to determine the optimal strategy for OECD and non-OECD countries involved in the electronic waste transboundary movement.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Ali Akbar
Abstrak :
Sampah elektronik di Indonesia terus bertambah dengan laju yang mengkhawatirkan. Diperkirakan pada tahun 2040, jumlah limbah elektronik yang dihasilkan akan mencapai hampir dua kali lipat dari jumlah saat ini. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini secara langsung atau tidak akan berdampak negatif pada aspek kehidupan seperti lingkungan, kesehatan, masyarakat, dan ekonomi. Saat ini upaya pengelolaan limbah elektronik di Indonesia masih mengandalkan aturan umum yang tidak secara khusus mengatur e-waste. Selain itu, belum ada penelitian yang membahas strategi pengelolaan e-waste di Indonesia dari perspektif multi-aktor. Untuk mengisi celah ini, artikel ini bertujuan mengembangkan model strategi pengelolaan limbah elektronik yang relevan untuk diterapkan di Indonesia dari perspektif multi-aktor. Tahap awal penelitian ini adalah mengumpulkan strategi pengelolaan e-waste yang pernah diterapkan atau diusulkan dari berbagai literatur. Selanjutnya, daftar strategi yang telah dikumpulkan dinilai relevansinya oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengambilan keputusan pengelolaan e-waste. Kemudian, proses validasi dilakukan dengan menggunakan metode Content Validity Index (CVI), dimana hasil dari metode ini akan menunjukkan konsensus dan daftar strategi yang valid. Setelah itu, daftar strategi yang valid diolah menggunakan metode interpretive structural modeling (ISM), sehingga menghasilkan sebuah model strategi yang hirarkis. Dari penelitian ini diketahui terdapat 26 strategi valid yang dapat diterapkan di Indonesia dan dua strategi kunci yang menjadi penggerak utama sistem pengelolaan sampah elektronik di Indonesia. Hasil penelitian ini penting bagi pembuat kebijakan dan peneliti di masa depan. ......Electronic waste in Indonesia continues to grow at an alarming rate. It is estimated that by 2040, the amount of e-waste generated will reach almost double the current amount. If not addressed, this condition will directly or indirectly negatively impact life aspects such as the environment, health, society, and economy. Currently, Indonesia's e-waste management efforts still rely on general rules that do not specifically regulate e-waste. In addition, no research discusses e-waste management strategies in Indonesia from a multi-actor perspective. To fill this gap, this article aims to develop a relevant e-waste management strategy model to be implemented in Indonesia from a multi-actor perspective. The initial stage of this research is to collect e-waste management strategies implemented or proposed from various works of literature. Furthermore, the list of strategies that have been collected is assessed for their relevance by the stakeholders involved in the decision-making of e-waste management. Then, the validation process is carried out using the content validity index (CVI) method, where the results of this method will show consensus and valid strategies. After that, a list of valid strategies is processed using an interpretive structural modeling (ISM) method, resulting in a hierarchical strategy model. From this research, it is known that 26 valid strategies can be implemented in Indonesia and two key strategies that are the main drivers of the electronic waste management system in Indonesia. The result of this study is essential for policymakers and researchers in the future.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indriyani
Abstrak :
Berbagai metode tersedia untuk memulihkan logam berharga yang terkandung di dalam limbah elektronik. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk memulihkan logam berharga dalam Waste Printed Circuit Boards (WPCB), komponen paling berharga di dalam produk elektronik, adalah dengan proses pirometalurgi melalui peleburan tembaga hitam (black copper smelting). Penelitian ini akan menganalisis secara tekno-ekonomi usulan model pengelolaan daur ulang WPCB yang layak untuk diterapkan di Indonesia menggunakan proses black copper smelting dalam skala kecil, 10.000 ton per tahun, dengan fokus terhadap sumber limbah elektronik yang berasal dari Pulau Jawa yang menyumbang 56% dari total limbah elektronik di Indonesia. Berdasarkan perhitungan ekonomi, usulan model yang dianggap layak adalah pengelolaan e-waste yang dikelola mulai dari pengumpulan e-waste dari konsumen hingga WPCB didaur ulang di fasilitas daur ulang atau dengan kata lain seluruh proses pengelolaan e-waste secara keseluruhan dilakukan oleh sektor formal. ......Various methods are available to recover valuable metals contained in e-waste. One method widely used to recover valuable metals in Waste Printed Circuit Boards (WPCB), the most valuable electronic product components, is pyrometallurgical processes through black copper smelting. This research will techno-economically analyze the proposed WPCB recycling management model that is feasible to implement in Indonesia using a small-scale black copper smelting process, 10,000 tons per year, with a focus on sources of electronic waste originating from Java Island, which accounts for 56% of total e-waste in Indonesia. Based on economic calculations, the proposed model that is considered feasible is e-waste management which is managed from collecting e-waste from consumers to WPCB being recycled at recycling facilities. In other words, the formal sector carries out the whole process of e-waste management.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiata Donny Nuryanto
Abstrak :
Berbagai produk teknologi canggih yang dapat memudahkan kehidupan manusia menimbulkan gangguan yang berujung pada meningkatnya pencemaran lingkungan akibat meningkatnya sampah elektronik. Proses pengelolaan dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah elektronik masih menjadi isu penting dalam pengelolaan sampah elektronik. Penyedia fasilitas dan informasi pengumpulan sampah elektronik ini sangat dibutuhkan. Salah satu fasilitasnya berbasis aplikasi seluler. Aplikasi seluler dapat digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan komposisi limbah, lokasi sumber, lokasi infrastruktur yang ada, jarak dari sumber dan tingkat kepekaan masyarakat, sehingga aspek internet dalam aplikasi seluler dapat dimasukkan ke salah satu mekanisme pengumpulan sampah elektronik. Selain itu, terdapat beberapa keluhan dalam pengoperasian fasilitas pengumpulan sampah elektronik berbasis aplikasi seluler. Salah satu masalah terbesar adalah desain antarmuka aplikasi yang belum sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sehingga penelitian ini akan membahas desain antarmuka aplikasi pengumpulan sampah elektronik. Penelitian ini menggunakan pendekatan design thinking agar solusi permasalahan yang dihasilkan dapat berorientasi pada kebutuhan pelanggan. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam, emphaty mapping, pembuatan personas, kansei engineering, prototype, dan beberapa alat dalam pengujian kegunaan, peneliti akan merancang rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. ......Various advanced technology products that can facilitate human life cause interference with problems related to waste problems. The management process and public knowledge about e-waste management is still essential issue in e-waste management. This provider of electronic waste collection facilities and information is very much needed. One of the facilities is based on a mobile application. The mobile application can collect data based on the waste composition, the location of the existing infrastructure source, the distance from the original, and the community environment. The internet aspect in the mobile application can be used for one of the electronic waste collections. In addition, there were several complaints regarding the operation of the mobile application-based electronic waste collection facility. One of the biggest problems is the application interface design that does not meet the user's needs. So this study will discuss the design of the electronic waste collection application interface. This study uses a design thinking approach so that the resulting problem solutions can be oriented to customer needs. By using in-depth methods, mapping empathy, persona creation, Kansei engineering, prototypes, and several tools in usability testing, researchers will design recommendations that suit users' needs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Adi Pratomo
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia belum memiliki regulasi khusus yang mengatur pengelolaannya limbah elektronik. Sampah elektronik mengandung berbagai macam zat diantaranya di di dalamnya ada bahan berbahaya dan beracun (B3). Kandungan B3 dalam limbah elektronik membuat limbah ini berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Di guna mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat limbah elektronik peraturan yang diperlukan yang mengatur pengelolaan limbah elektronik. Skripsi Hal ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penerapan pengelolaan sampah elektronik di negara-negara tersebut Anggota Uni Eropa yaitu Belanda dan Jerman berdasarkan EU Directive 2012/19 / EU tentang Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik dan Petunjuk 2011/65 / EU tentang Pembatasan penggunaan Zat Berbahaya Tertentu di Listrik dan Elektronik Peralatan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji bentuk pengelolaan sampah elektronika yang dapat diterapkan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penerapan pengelolaan sampah elektronik di Belanda dan Jerman memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Adapun bentuk penataannya yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah elektronik di Indonesia adalah mendefinisikan limbah elektronik dan mengelompokkan limbah elektronik menurut jenis produk, pelaksanaan kewajiban memungut sampah elektronik secara terpisah, penerapan tanggung jawab produsen yang diperpanjang, penerapan skema pengembalian, penerapan sistem pembiayaan pengelolaan sampah elektronik, penerapan sistem pencatatan tentang pengelolaan limbah elektronik, dan pembatasan konten B3 tentang peralatan elektronik.
ABSTRACT
Indonesia does not yet have a specific regulation regulating the management of electronic waste. Electronic waste contains various kinds of substances including hazardous and toxic materials (B3). The B3 content in electronic waste makes this waste dangerous for the environment and health. In order to prevent negative impacts that can be caused by electronic waste, regulations are required that regulate electronic waste management. This thesis aims to examine how the implementation of electronic waste management in these countries The members of the European Union, namely the Netherlands and Germany, are based on the EU Directive 2012/19 / EU concerning Waste Electrical and Electronic Equipment and Directive 2011/65 / EU concerning the Restriction of the Use of Certain Hazardous Substances in Electrical and Electronic Equipment. In addition, this study also aims to examine the forms of electronic waste management that can be applied in Indonesia. The research method used is a normative juridical research using secondary data. Based on research conducted on the application of electronic waste management in the Netherlands and Germany it has a number of advantages and disadvantages. The form of regulation that can be applied in electronic waste management in Indonesia is defining electronic waste and classifying electronic waste according to product types, implementing the obligation to collect electronic waste separately, implementing extended producer responsibility, implementing a return scheme, implementing an electronic waste management financing system, application of a recording system on electronic waste management, and limitation of B3 content on electronic equipment.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Salman Farizi
Abstrak :
Tidak adanya tempat pengelolaan limbah elektronik dan kurangnya edukasi tentang limbah elektronik di lingkungan masyarakat kota Banda Aceh menyebabkan tidak terkendalinya limbah elektronik. Padahal, limbah elektronik dapat mencemari lingkungan. Kota Banda Aceh tidak memiliki pengolahan khusus untuk Limbah Elektronik. Masyarakat membuang limbah elektronik ke tempat sampah biasa atau membakarnya. Pada tugas akhir ini, dilakukan pembuatan sistem untuk mengelola limbah elektronik yang terdiri dari sebuah aplikasi android dan sebuah basis data berbasis Blockchain. Aplikasi android pada sistem ini berfungsi untuk mengetahui lokasi pengumpulan limbah elektronik dan sebagai aplikasi edukatif yang berisi pengetahuan seputar limbah elektronik. Penentuan lokasi tempat pengumpulan limbah elektronik mempertimbangkan beberapa aspek dengan bantuan teknologi GIS. Selain itu, digunakan teknologi Google Maps untuk mengarahkan pengguna aplikasi ke lokasi pengumpulan limbah. Pengumpulan limbah elektronik ini menggunakan sistem scoring agar menarik masyarakat untuk mengumpulkan limbah pada tempat pengumpulan limbah elektronik yang telah ditentukan. Ketika masyarakat mengumpulkan limbah, maka akan didapatkan skor berdasarkan tipe dan jumlah limbah yang dikumpulkan. Data masyarakat dan limbah akan disimpan dalam teknologi berbasis Blockchain. Blockchain merupakan teknologi terdesentralisasi sehingga basis data terdistribusi. Penyimpanan data pada Blockchain dibangun menggunakan Hyperledger Fabric dan Hyperledger Composer yang dapat menjamin keamanan dan integritas basis data. Data limbah elektronik yang telah dikumpulkan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Dengan mengimplementasikan sistem pada tugas akhir ini, pengelolaan limbah elektronik dapat dikelola dengan baik sehingga dapat mendukung Ekonomi Sirkular di Kota Banda Aceh. ......The absence of e-waste management sites and the lack of education about e-waste in the community of Banda Aceh have led to uncontrolled electronic waste. In fact, electronic waste can pollute the environment. The city of Banda Aceh hasn’t got any special treatment for Electronic Waste. People take out their electronic waste into the regular trash or burn it. In this work, a system is made to manage electronic waste consisting of an android application and a blockchain-based database. The android application on this system serves to find out the location of electronic waste collection point and as an educational application that contains knowledge about electronic waste. Determining the location of the electronic waste collection site considers several aspects with the help of GIS technology. In addition, Google Maps technology is provided to direct application users to waste collection locations. This electronic waste collection uses a scoring system to attract the public to give their waste to a predetermined e-waste collection. When the community give their electronic waste, a score will be obtained based on the type and amount of waste collected. Community data and waste will be stored in Blockchain-based technology. Blockchain is a decentralized technology so that databases are distributed. Data storage on Blockchain is built using Hyperledger Fabric and Hyperledger Composer to ensure database security and integrity. Electronic waste data that has been collected can be used for various purposes. By implementing the system in this work, electronic waste management can be managed properly so that it can support the Circular Economy in Banda Aceh City.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Nurrasyid Aryunata
Abstrak :
Sampah elektronik atau E-Waste sendiri didefinisikan sebagai EEE yang dibuang oleh pemiliknya sebagai limbah tanpa tujuan untuk digunakan kembali (Step Initiative, 2014). Dalam pengolahan sampah elektronik, menurut Meskers (2009) terdapat tiga tahap dalam proses daur ulang sampah elektronik yaitu collection, preprocessing, dan processing. Eddy Current Separator (ECS) merupakan alat separasi metal non-ferrous dari sampah elektronik padat. Bagian utama dari ECS adalah drum magnetik yang memiliki susunan kutub magnet yang berbeda yang mana akan menghasilkan Eddy Current Force (EFC) (Jujun, 2014). Hubungan antara variabel p (bentuk cacahan) dengan jarak defleksi juga secara langsung diujikan oleh Zhang (1998). Dengan cacahan PCB dan melakukan pendekatan berdasarkan hasil cacahan, Zhang mengidentifikasi empat bentuk cacahan yaitu bentuk strip-like (kategori 1), plate-like (kategori 2), ball-like (kategori 3), dan irregular (kategori 4). Untuk mengetahui bentuk sampah, image processing atau computer vision merupakan salah satu cara yang dapat digunakan. Hasilnya plate-like memiliki jarak lontar yang lebih jauh dibadingkan bentuk lainnya. Semakin luas permukaan, semakin jauh jarak lontarnya. Strip-like memiliki luas permukaan yang relatif kecil dan ball-like memiliki volume yang berdampak pada massa yang terlalu dominan. Pada pengujian shape recognition, pengujian satu objek memiliki akurasi 100% untuk bentuk strip-like dan plate-like. Akurasi pengujian tiga benda untuk ball-like hanya 33% sedangkan yang lain (strip-like dan plate-like 100%). Untuk pengujian objek acak, dari empat objek terdeteksi tiga (75%), dan 32 objek terdeteksi 17 objek. ......Electronic waste or E-Waste itself is defined as EEE that is disposed of by its owner as waste without a purpose for reuse (Step Initiative, 2014). In the processing of electronic waste, according to Meskers (2009) there are three stages in the electronic waste recycling process, namely collection, preprocessing, and processing. Eddy Current Separator (ECS) is a non-ferrous metal separation device from solid electronic waste. The main part of the ECS is a magnetic drum which has a different arrangement of magnetic poles which will produce Eddy Current Force (EFC) (Jujun, 2014). The relationship between the variable p (count shape) and the deflection distance was also directly tested by Zhang (1998). By chopping PCBs and using an approach based on the results of the chopping, Zhang identified four chopping shapes, namely strip-like (category 1), plate-like (category 2), ball-like (category 3), and irregular (category 4). To find out the form of waste, image processing or computer vision is one way that can be used. The result is that plate-like has a longer ejection distance than other forms. The more surface area, the farther the ejection distance. Strip-like has a relatively small surface area and ball-like has a volume that has an impact on mass that is too dominant. In shape recognition testing, one object test has 100% accuracy for strip-like and plate-like shapes. The accuracy of testing three objects for ball-like is only 33% while for the others (strip-like and plate-like 100%). For random object testing, from four objects, three (75%), and 32 objects were detected, 17 objects were detected.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laudza Ulayya Ghani
Abstrak :
Timbulan sampah elektronik (e-waste) akan mengalami peningkatan sebanyak 4-5 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2016, sebanyak 44,7 juta ton sampah elektronik, hanya 8,7 juta ton yang dapat didaur ulang, sedangkan sisanya menjadi sampah residu. Perguruan tinggi sebagai pengguna Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) terbanyak, menjadi salah satu penyumbang sampah elektronik terbesar terhadap timbulan sampah elektronik. Pelaksanaan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus masih menghadapi beberapa tantangan dari aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek keuangan, dan aspek sarana prasarana. Jika tantangan ini tidak segera diatasi, visi perguruan tinggi dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk memberikan pengetahuan, inovasi, dan solusi untuk SDGs akan terhambat. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi oleh pihak kampus dari aspek-aspek terkait untuk menerapkan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam para stakeholder Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas serta data sekunder berupa laporan yang dimiliki oleh Kampus UI. Analisa data dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT yang merupakan alat dalam formulasi strategis, melalui perhitungan bobot dan rating pada indikator kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk menghasilkan alternatif usulan perencanaan strategik berdasarkan model pengelolaan sampah elektronik terintegrasi yang dapat memiliki manfaat untuk menyempurnakan sistem pengelolaan sampah elektronik yang sudah diterapkan. Hasil perhitungan analisa SWOT diperoleh nilai IFAS 0,94 dan nilai EFAS adalah 1,21 yang artinya bahwa Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas (DPOF) Universitas Indonesia (UI) berada pada posisi kuadran 1 yang mana alternatif strategi yang perlu diterapkan adalah strategi agresif untuk memanfaatkan peluang dengan menggunakan keunggulan DPOF UI dalam hal kekuatan dari segi aspek kelembagaan, aspek kebijakan dan aspek sarana prasarana. ......Every year, the total amount of e-waste generated increases to 4-5 percent. In 2016, only 8.7 million tons of e-waste could be recycled from a total of 44.7 million tons of electronic waste, while the rest became residual waste. Educational institutions, as the majority of users from the Information and Communication Technology (ICT), are one of the largest contributors of the electronic waste stream. Educational institutions, as a leading actor of the sustainable development movement, in which electronic waste management is considered to be an important aspect, still face challenges in implementing e-waste management, especially in institutional aspect, technical aspect and legal aspect. Potential environmental problems associated with management practices will hamper SDGs target. This study aims to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats faced by institutional education to manage e-waste. Data were collected through in-depth interviews with stakeholders of the Directorate of Operations and Facility Maintenance and official reports published by the UI Campus. Data analysis was conducted using a SWOT analysis approach as a tool of strategic formulation by calculating weights and ratings on indicators of strengths, weaknesses, opportunities and threats to initiate alternative strategies based on an integrated electronic waste management model. The result showS that the IFAS value is 0.94 and the EFAS value is 1.21. It presents that the Directorate of Facility Operations and Maintenance (DPOF) Universitas Indonesia (UI) position is in quadrant 1. The alternative strategy defining DPOF position is an aggressive strategy to utilize opportunities by using the advantages they have.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Dwicahyanti
Abstrak :
Pemenuhan kebutuhan dan pola konsumtif masyakarat terhadap perangkat komputer menyebabkan timbulan sampah elektronik (e-waste) dari perangkat komputer tersebut terus meningkat di dunia. Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terkandung di dalam perangkat komputer apabila tidak terkelola dengan baik dapat berpotensi menjadi limbah B3 yang akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terhadap keberadaan e-waste perangkat komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi timbulan, komposisi, pengelolaan dan aliran material e-waste perangkat komputer dari jasa perbaikan komputer yang berada di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Berat timbulan rata-rata e-waste yang dihasilkan oleh jasa perbaikan komputer sebesar 12,292 kg/hari atau 0,534 kg/hari/jasa perbaikan dengan komposisi berdasarkan bahan penyusunnya terdiri dari 53,8% logam, 18,5% plastik, 0,1% bahan kaca, 16,4% logam dan plastik, 1,6% logam dan karet. Berdasarkan literatur, terdapat logam-logam penyusun e-waste tersebut yang mengandung B3 seperti Merkuri (Hg), Polychlrinated biphenyls (PCBs), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Antimoni (Sb), Barium (Ba) dan lainnya. Pengelolaan e-waste perangkat komputer di jasa perbaikan komputer belum diterapkan secara khusus. Pihak penyedia jasa perbaikan hanya memanfatkan kembali e-waste dari proses perbaikan sebagai perangkat pengganti proses perbaikan selanjutnya. Aliran material e-waste dari jasa perbaikan komputer adalah sebesar 0,8% dibuang langsung ke lingkungan, 93,5% disimpan oleh jasa perbaikan untuk dimanfaatkan kembali, 5,7% dibawa kembali oleh konsumen. Material e-waste yang telah dimanfaatkan oleh jasa perbaikan komputer akan dikumpulkan dan dijual ke pengepul e-waste atau pedagang loak untuk dipilah dan dipilih berdasarkan jenis bahan penyusunnya. Setelah itu, e-waste berdasarkan bahan penyusunnya didistribusikan ke pendaur ulang sampah dan industri untuk di daur ulang kembali dan residu dari aktivitas tersebut akan dibuang ke lingkungan. ......Fulfilling the needs of society and consumption of computer equipment causing the electronic waste (e-waste) from the computer continues to rise in the world. Hazardous and toxic materials contained in computer equipment when not managed properly it will be potentially the hazardous and toxic waste that will pollute the environment. Therefore, it is necessary to study the existence of ewaste computer equipment. This study aims to identify the generation, composition, management and material flow of e-waste computer equipment from repairs activities of the service computer services in the District Cimanggis, Depok. The average of weight of e-waste's generation from computer repair service is 12,292 kg/day or 0,534 kg/day/service with the composition based on constituent material is 53,8% metals, 18,5% plastic, 0,1% glass, metal and plastics 16,4%, 1,6% metal and rubber. Based on the literature, there are constituent metals such e-waste containing hazardous and toxic materials as Mercury (Hg), Polychlorinated biphenyls (PCBs), Lead (Pb), Cadmium (Cd), antimony (Sb), Barium (Ba) and others. E-waste management of computer equipment in computer repair services has not been applied specifically. The repair service providers just reuse e-waste from the repair process as a substitute for the subsequent repair process. The flow of e-waste material from a computer repair service is 0,8% is directly discharged into the environment, 93,5% held by repair services to be recovered, 5,7% was taken again by the consumer. E-waste material that has been used by computer repair services will be collected and sold to collectors or dealer e-waste to be sorted and selected based on the type of constituent materials. After that, e-waste based on the constituent materials is distributed to recyclers and industrial waste to be recycled again and the residue of the activity will be discharged into the environment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42794
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>