Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erfin Yundra Febrianto
Abstrak :
Banyak jenis elektrolit padat yang dapat diunggulkan sebagai elektrolit padat pada system fuel cells seperti: zirkonia (ZrO2), E-alumina, thorium dan lain-lainnya. Problem utama elektrolit padat unggulan tersebut adalah dimana temperatur operasinya yang tinggi, seperti untuk zirkonia, temperatur operasi berkisar antara 600-1400°C. Sedangkan untuk thorium oksida (ThO2) temperatur operasinya berkisar antara 1000-1500°C. Bismut oksida sebagai bahan alternatif mampu beroperasi pada temperatur moderat (270-750°C) dengan nilai konduktivitas yang sebanding dengan zirkonia. Problem utama dari elektrolit padat selain bismut oksida ini adalah hanya mampu beroperasi pada temperatur diatas 500°C, sementara baik dalam riset di laboratorium maupun untuk aplikasi di industri atau yang lainnya, sering kali diperlukan fuel cell dengan temperatur operasi yang rendah (< 500°C). Seperti telah disebutkan diatas bahwa elektrolit padat bismut oksida mampu beroperasi pada temperatur dibawah 500°C, jadi diharapkan elektrolit padat bismut oksida ini dapat menggantikan Zirkonia pada kondisi yang khusus (untuk operasi dibawah 500°C). Telah dilakukan penelitian pembuatan elektrolit padat yang mampu beroperasi pada temperatur yang lebih rendah tersebut yaitu dengan menggunakan bismut oksida sebagai bahan dasarnya, yang di doping dengan berbagai logam tambahan yaitu erbium oksida, yttrium oksida dan calsium oksida untuk menaikkan konduktivitas ionnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan logam-logam tersebut dapat menaikan nilai daya hantar ion oksigen dari elektrolit padat berbasis bismuth oksida hingga mencapai 100 kalinya dan dapat beroperasi pada temperature sekitar 600-800°C. Daya hantar ion oksigen tertinggi diperoleh pada penambahan 20% calsium oksida yang disinter pada temperatur 850°C selama 7 jam yaitu sebesar 18 x 104 /ohm cm. Sedangkan elektrolit padat berbasis bismuth oksida terbaik didapatkan pada penambahan 30 % mole yttrium oksida yang disinter pada temperature 1100° C selama 1 jam dengan nilai porositas 1,415 %.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prihandoko
Abstrak :
Bahan elektrolit yang dapat menghantarkan Li-ion dipilih elektrolit padat LTAP (Lithium Titanium Alumunium Phospat) yang mempunyai konduktivitas sekitar 10^-4 S.cm^-1 . LTAP dibuat dengan metoda metalurgi serbuk mencampurkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan (Li2CO3, TiO2, Al2O3 dan NH4HPO4) dihaluskan, dikalsinasi, kemudian dijadikan pelet dan disinter. Pelet LTAP akan digerus dan dihaluskan, kemudian dicampur dengan bahan galas dalam prasio berat 1:1 untuk membentuk slurry. Bahan gelas yang digunakan merupakan gelas jendela. Dengan metoda sheet casting dan sintering, slurry akan dibuat menjadi lembaran komposit galas elektrolit. Sintering dilakukan pada temperatur di alas temperatur transisi gelas. Kemudian lembaran elektrolit didinginkan secara cepat di suhu kamar. Variasi lama pemanasan dan penambahan Li2O dilakukan untuk meningkatkan konduktifitas lembaran elektrolit.
Electrolyte material with conductible Li-ionic is a solid-state electrolyte of LTAP (Lithium Titanium Aluminum Phosphate) that has conductivity of If T4 1. LTAP was produced by powder metallurgy method including mixing, calcinations and sintering process of these materials i.e. Li2CO3, TiO2, Al2O3 and NH4HPO4. The LTAP pellet is mixed with glass materials i.e., windows glasses to make a composite material with glasses as a matrix. The weight ratio of the mixing is 1: 1. The mixed slurry was malted a thin film composite by sheet casting method. Then the thin film is heated as a at temperature transition of glass. The heated composite then normal cooled in air, the addition of Li2O is to increase the conductivity of this composite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Hermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Material tembaga telah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu pemakaian tembaga adalah sebagai pipa-pipa air untuk berbagai macam kebutuhan manusia. Seiring dengan kemajuan zaman, aplikasi tembaga makin meluas mengingat tembaga memiliki berbagai macam keunggulan seperti konduktivitas listrik yang sangat baik. Tembaga juga memiliki ketahanan korosi yang baik.

Salah satu aplikasi tembaga saat ini adalah sebagai pipa dalam kondenser atau alat penukar panas (heat exchanger). Pada aplikasi ini tembaga dilapisi dengan krom agar memiliki ketahanan korosi lebih baik. Media pendingin dari kondenser adalah air, termasuk air laut. Korosi yang diindikasikan adalah korosi pitting atau korosi galvanik. Korosi pitting disebabkan oleh penetrasi ion-ion Cf yang memecah lapisan pasif logam. Setelah lapisan pasif pecah, lubang-lubang (pits) akan mulai terbentukdan selanjutnya berkembang. Sedangkan korosi galvanik disebabkan oleh adanya dua logam tak sejenis yang tergandeng (coupled) atau dalam hal ini adalah tembaga dengan lapisan kromnya.

Ketahanan korosi pitting lapisan krom lebih tinggi daripada tanpa lapis krom atau tembaga biasa. Pada simulasi dengan menggunakan NaCl 3,5% sebagai representasi air laut dengan temperatur 27ºC dan 80ºC, tembaga yang dilapisi krom memiliki nilai potensial korosi yang lebih tinggi dari tembaga. Percobaan korosi galvanik dilakukan antara tembaga dengan lapisan krom. Hasil percobaan menunjukkan kemungkinan terjadinya korosi galvanik lebih tinggi daripada korosi pitting.
2001
S41512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resibois, Pierre M.V.
New York: Harper & Row, 1968
541.372 RES e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Amelia Putri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendegradasi Remazol Red dalam limbah pewarna batik dengan menggunakan metode elektrolisis plasma. Elektrolisis Plasma merupakan salah satu metode yang terbukti mampu dalam mendegradasi limbah organik karena sangat produktif dalam menghasilkan radikal hidroksil. Pengukuran konsentrasi hidrogen peroksida yang merupakan indikator keberadaan radikal hidroksil juga dilakukan pada beberapa variabel penting yaitu tegangan dan konsentrasi elektrolit. Spektrum serapan ultraviolet-sinar tampak (UV-Vis) digunakan untuk memantau proses degradasi. Hasil penelitian menunjukkan degradasi Remazol Red mencapai 99,97% yang dicapai dengan larutan elektrolit NaCl 0,02 M dengan penambahan Fe2+ sebanyak 20 ppm, tegangan 700 V dan kedalaman anoda 0,5 cm dengan suhu dijaga pada 60-70°C.
This study aims to degrade Remazol Red in Batik dye waste water by using CGDE method. Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) is a method which has been approved to degrade organic waste water because it is very productive in producing hydroxyl radical. Measurement of hydrogen peroxide concentration as an indicator of the presence of hydroxyl radical also performed in various influencing factors such as applied voltage and electrolyte concentration. Ultraviolet-Visible (UV-Vis) absorption spectra were used to monitor the degradation process. The result of study showed that percentage degradation was 99.97% which obtained by using NaCl 0.02 M with addition Fe2+ 20 ppm, applied voltage 700 volt, anode depth 0.5 cm and the temperature of solutions was maintained at 60-70°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abi Rafdi Insani
Abstrak :
ABSTRAK
Sel elektrokimia dengan elektroda udara saat ini mengalami peningkatan penelitian karena potensi aplikasi dalam sektor energi seperti water splitting dan baterai logam-udara. Namun, diketahui bahwa reaksi lamban dari Reaksi Evolusi Oksigen REO atau OER dalam bahasa inggris memperlambat komersialisasi dari teknologi tersebut. Oleh karena itu, banyak waktu diluangkan untuk penelitian elektrokatalis termukhtahir untuk REO. Perovskite Oksida merupakan salah satu kandidat yang meyakinkan untuk elektrokatalis REO karena harga murah dan konduktivitas bercampur. La Ni,Fe O3-?, merupakan sebuah perovskite menawarkan harapan dalam aktivitas REO karena sifat logam dari LaNiO3 dan permukaan stabil Ni III oleh Fe. Penelitian lain melaporkan bahwa memasukkan Sr ke dalam situs-A Perovskite itu sangat baik untuk katalisis REO dengan mempromosikan situs aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi La1-xSrx Ni,Fe O3-? sebagai elektrokatalis untuk REO, dan mempelajari efek aktivitas REO seperti struktur Kristal dan sifat elektrokimia. Dari karakterisasi yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa 100 mol doping SNF menghasilkan performa REO yang terbaik dengan nilai overpotential 0.350 0.005 V untuk mencapai 10mA cm-2 densitas arus yang disimpulkan lebih baik dari katalis patokan RuO2.
ABSTRACT
Research in electrochemical cells with air electrode is in the rise due to their potential energy applications such as water splitting and metal air batteries. However, it is known that the sluggish kinetic mechanism of Oxygen Evolution Reaction OER hinders the commercialisation of these technologies. As a result, many researches have been dedicated to developing novel electrocatalysts for OER. Perovskite oxides are one of the promising candidates for OER catalysis because of low cost and mixed conductivities. La Ni,Fe O3 , a perovskite, offers a promise in OER activity due to the metallic properties of LaNiO3 and stabilised surface Ni III by Fe. Other research also reported that incorporating Sr into A site of perovskite is advantageous for OER catalysis by promoting active sites. This research attempt to develop and evaluate La1 xSrx Ni,Fe O3 as catalysts for OER, and study the effects on OER related activities such as crystal structure and electrochemical properties. From the characterastion we conclude that 100 mol doped SNF demonstrated the best OER performance with overpotential of 0.350 0.005 V to achieve 10mA cm 2 which is superior to the benchmark RuO2 catalysts.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilsen Jefta
Abstrak :

Optimasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja teknologi elektrolisis plasma guna memperbesar intensitas dan reaktivitas dari spesi yang bereaksi, khususnya radikal hidroksil, yang mengoksidasi senyawa-senyawa organik dalam limbah cair. Dengan pertimbangan untuk memperoleh kondisi elektrolisis plasma tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan elektrolit, konsentrasi aditif ion Fe2+, dan daya operasi terhadap degradasi Remazol Red dengan teknologi elektrolisis plasma menggunakan elektroda berbahan stainless steel. Metode ini akan dilakukan pada reaktor batch menggunakan variasi konsentrasi larutan elektrolit K2SO4 0,01 M, 0,02 M, 0,04 M, dan konsentrasi ion Fe2+ 0 mg/L, 10 mg/L, 20 mg/L, 30 mg/L, 50 mg/L, pada daya 500 W dan 600 W. Efektivitas proses ditinjau berdasarkan persentase COD, Pt-Co dan degradasi Remazol Red, yield amonia dan nitrat, konsumsi energi, serta erosi anoda. Pada percobaan ini, persentase degradasi Remazol Red optimum mencapai 99,76% dengan energi spesifik sebesar 4265,43 kJ/mmol dan erosi anoda sebesar 0,1 g, dengan penurunan nilai Pt-Co pada akhir degradasi sebesar 99,16%, serta COD sebesar 84,16% untuk konsentrasi awal limbah 200 ppm dan penambahan Fe2+ 20 ppm. Pada kondisi tersebut, terdapat produk samping berupa amonia sebesar 0,438 ......Optimization needed to improve the performance of plasma electrolysis technology to increase the reactivity of the reacting species, especially hydroxyl radicals, which oxidize organic compounds in wastewater. Therefore, this study aims to determine the effect of Fe2+ ion additive concentration, electrolyte concentration, and electrical power on the degradation of Remazol Red by plasma electrolysis using stainless steel electrodes. This method was carried out in a batch reactor using variations in the concentration of K2SO4 electrolyte 0.01 M, 0.02 M, 0.04 M and concentrations of Fe2+ 0 mg/L, 10 mg/L, 20 mg/L, 30 mg/L , 50 mg/L, carried out with power consumption of 500 W and 600 W. Process effectiveness is analyzed based on the COD, Pt-Co, Remazol Red degradation, ammonia and nitrate yield, energy consumption, and anode erosion. In this experiment, the maximum degradation of Remazol Red reached 99.76% with a specific energy of 4265.43 kJ/mmol and anode erosion of 0.1 g, the decrease in Pt-Co value by 99.16% and COD by 84.16% for an initial Remazol Red concentration of 200 ppm and the addition of 20 ppm Fe2+. Under these conditions, by-products of 0.438 mmol of ammonia and 1.736 mmol of nitrate which were measured in the 30th minute.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Bai Herlanafudin
2007
T39886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah
Abstrak :
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Selain gejala respiratorik, pada COVID-19 juga diyakini dapat menyebabkan gangguan pada ginjal dan menyebabkan gangguan asam basa dan elektrolit. Analisa gas darah, elektrolit, dan kreatinin adalah pemeriksaan laboratorium sederhana yang hampir selalu diperiksa pada saat pasien COVID-19 dirawat, tetapi peranannya dalam memprediksi luaran buruk COVID-19 belum banyak diketahui. Luaran buruk pada penelitian ini ialah subjek yang memiliki perawatan di intensive care unit (ICU) dan/atau menggunakan ventilator mekanik dan/atau meninggal. Penelitian ini memiliki desain kohort retrospektif, dengan jumlah sampel 136 subjek. Gangguan asam basa yang tersering adalah alkalosis respiratorik (), sedangkan kelainan elektrolit tersering adalah hiponatremia. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik pada parameter pH, pCO2, PO2, SO2, TCO2, dan kadar natrium. Parameter pH, pCO2, PO2, SO2, TCO2, dan kadar natrium memiliki luas Area Under the Curve secara berurutan sebesar 62,8%; 61,7%; 64,8%; 69,7%; 60,6% dan 73%. Pada analisis regresi logistik, didapatkan suatu model prediksi luaran buruk dengan menggunakan parameter pH, PO2, TCO2, kadar natrium, dan riwayat kardiovaskular. ......Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic has become a major health problem. COVID-19 cause respiratory and kidney problems and cause acid-base and electrolyte disturbances. Blood gas analysis, electrolytes, and creatinine are basic laboratory test that always be examined when a COVID-19 hospitalized, but it’s role in predicting COVID-19 poor outcome is still not clear. The poor outcome in this study was the intensive care unit (ICU) admission and/or using mechanical ventilator and/or died. This study has a retrospective cohort design, with a sample size of 136 subjects. The most common acid-base disorder is respiratory alkalosis, while the most common electrolyte abnormality is hyponatremia. In this study, we found statistically significant association between pH, pCO2, PO2, SO2, TCO2, and sodium levels with COVID-19 poor outcome. The parameter pH, pCO2, PO2, SO2, TCO2, and sodium content have an area under the curve respectively ​​62.8%; 61.7%; 64.8%; 69.7%; 60.6% and 73%. In logistic regression analysis, a model for poor prediction was obtained using pH, PO2, TCO2, sodium levels, and cardiovascular history.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Jodi
Abstrak :
Penggunaan elektrolit cair dalam baterai masih menyisakan masalah keamanan akibat kebocoran dan kebakaran. Karena itu, penelitian dan penemuan elektrolit padat dengan performa yang bagus menjadi hal yang sangat menarik dan penting dilakukan, untuk menggantikan elektrolit cair dalam baterai. Lithium Fosfat (Li3PO4) adalah elektrolit padat berbasis xLi2O-yP2O5 (x=3, y=1) yang stabil, namun memiliki konduktivitas ionik yang kecil sekitar 10-9~10-8 S/cm, terlalu rendah untuk diaplikasikan menjadi elektrolit dalam baterai. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan elektrolit padat baru berbasiskan Li2O-P2O5, dengan modifikasi komposisi paduannya, dan dikombinasikan dengan Montmorillonite (MMT) membentuk material komposit elektrolit padat.  Komposit elektrolit dipreparasi melalui teknik pencampuran metalurgi biasa dan disintesis memanfaatkan teknik reaksi padatan melt-quenching. Morfologi komposit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), dipadukan dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) untuk analisis unsur, sedangkan X-ray Diffractometer (XRD) digunakan untuk analisis struktural. Pengujian performa elektrokimia yang meliputi konduktivitas, impedansi dan sifat dielektrik komposit dilakukan menggunakan Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Pencampuran paduan Li3PO4 dengan MMT menggunakan pengikat PVDF, memberikan komposit yang menunjukkan konduktivitas sebesar 3.59x10-7 S/cm. Modifikasi komposisi x dari 3 menjadi 1.5, memberikan peningkatan konduktivitas menjadi 3.98x10-6 S/cm, 2-3 orde lebih tinggi dari konduktivitas Li3PO4. Penambahan konten MMT ke dalam paduan hasil modifikasi komposisi 1.5Li2O-P2O5, menciptakan komposit elektrolit padat baru yang menunjukkan konduktivitas lebih baik pada orde 10-4 S/cm. Peningkatan konduktivitas tersebut diyakini merupakan kontribusi fasa dominan Li4P2O7. MMT berkontribusi meningkatkan sifat dielektrik komposit, dan mengakibatkan muatan dalam elektrolit menjadi lebih mudah bergerak, yang ditunjukkan dengan nilai energi aktivasi komposit dengan kandungan MMT sebesar 0,86 eV, lebih rendah dibandingkan dengan komposit tanpa MMT sebesar 1.50 eV. Komposit Li2O-P2O5-MMT terbukti bisa berfungsi dengan baik sebagai elektrolit padat dalam sel baterai, dan menghantarkan muatan pada proses charge-discharge
The use of liquid electrolytes in the battery still leaves safety problems due to leaks and fires. Therefore, research and discovery of solid electrolytes with good performance are very interesting and important to do, to replace liquid electrolytes in batteries. Lithium Phosphate (Li3PO4) is a solid electrolyte based on xLi2O-yP2O5 (x = 3, y = 1) which is stable, but has a small ionic conductivity of about 10-9 ~ 10-8 S / cm, that still too low to be applied as solid electrolytes in a battery. This study aims to develop new solid electrolyte materials based on Li2O-P2O5, with modified compositions, and combined with Montmorillonite (MMT) to form a solid electrolyte composite material. Electrolyte composites are prepared through ordinary metallurgical mixing and synthesized using melt-quenching solid reaction techniques. The morphology of the synthesized composite was characterized using Scanning Electron Microscopy (SEM), combined with the Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) for elemental analysis, while the X-ray Diffractometer (XRD) was used for structural analysis. Electrochemical performance testing which includes conductivity, impedance, and composite dielectric properties were carried out using Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Mixing Li3PO4 with MMT using PVDF binder, has provided a composite that shows conductivity value of 3.59x10-7 S/cm. Modification of the composition of x value, from 3 to 1.5, gave an increase in conductivity to 3.98x10-6 S / cm, higher by 2-3 order of magnitude than that of Li3PO4. Addition of MMT content to a composition modified system 1.5Li2O-P2O5, has created a new solid electrolyte composite that shows better conductivity in the order of 10-4 S / cm. The increase in conductivity is believed to be the contribution of the dominant phase of Li4P2O7. MMT contributes to increasing composite dielectric properties and results in charge carriers becoming more easily polarized, which is indicated by the activation energy value of the composite with MMT content of 0.86 eV, lower than the composite without MMT of 1.50 eV. Li2O-P2O5-MMT composites have proven to function as solid electrolytes in battery cells and conduct charge carriers in the charge-discharge process.:major-bidi'>dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), dipadukan dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) untuk analisis unsur, sedangkan X-ray Diffractometer (XRD) digunakan untuk analisis struktural. Pengujian performa elektrokimia yang meliputi konduktivitas, impedansi dan sifat dielektrik komposit dilakukan menggunakan Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Pencampuran paduan Li3PO4 dengan MMT menggunakan pengikat PVDF, memberikan komposit yang menunjukkan konduktivitas sebesar 3.59x10-7 S/cm. Modifikasi komposisi x dari 3 menjadi 1.5, memberikan peningkatan konduktivitas menjadi 3.98x10-6 S/cm, 2-3 orde lebih tinggi dari konduktivitas Li3PO4. Penambahan konten MMT ke dalam paduan hasil modifikasi komposisi 1.5Li2O-P2O5, menciptakan komposit elektrolit padat baru yang menunjukkan konduktivitas lebih baik pada orde 10-4 S/cm. Peningkatan konduktivitas tersebut diyakini merupakan kontribusi fasa dominan Li4P2O7. MMT berkontribusi meningkatkan sifat dielektrik komposit, dan mengakibatkan muatan dalam elektrolit menjadi lebih mudah bergerak, yang ditunjukkan dengan nilai energi aktivasi komposit dengan kandungan MMT sebesar 0,86 eV, lebih rendah dibandingkan dengan komposit tanpa MMT sebesar 1.50 eV. Komposit Li2O-P2O5-MMT terbukti bisa berfungsi dengan baik sebagai elektrolit padat dalam sel baterai, dan menghantarkan muatan pada proses charge-discharge.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2554
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>