Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherlly Surijadi
"Ansietas adalah sensasi ketakutan disertai gejala otonom. Prevalensi di Indonesia 6-7%, menyebabkan hendaya sosial-pekerjaan. Psikoterapi dan medikamentosa bertujuan mengembalikan keseimbangan neurotransmiter, namun memiliki kendala akses dan efek samping, sehingga pasien sering mencari terapi lain. Akupunktur diharapkan menjadi salah satu terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh elektroakupunktur terhadap kadar serotonin darah dan tingkat ansietas pasien dengan gejala ansietas, sebelum dan sesudah terapi. Desain uji klinis terandomisasi, jumlah sampel 38 responden dengan skor HARS 14-27, dibagi menjadi kelompok terapi=19, kontrol=19.
Hasil: skor HARS kelompok terapi menurun 14±3,62 (p<0,001) dengan keberhasilan 100%, lebih besar bermakna dibanding kontrol yang menurun 1,31±1,49 (p=0,001) dengan keberhasilan 63%; kadar serotonin darah sebelum dan sesudah terapi berbeda bermakna, pada kelompok terapi 47(-68)-(124) (p=0,005) dengan keberhasilan 100%, sedangkan kontrol 49(-92)-(252) (p=0,025) dengan keberhasilan 93%, tapi tidak berbeda bermakna antar kelompok (p=0,804).

Anxiety is a fear sensation, accompanied by autonomic symptoms. Indonesia prevalence 6-7%, causing social-occupational impairment. Psychotherapy and pharmacological restore neurotransmitters balances, but have access dan side effect constraints, resulting patients looking for other therapies. Acupuncture expected to be one of the therapy. The study determine electroacupuncture effect on blood serotonin levels and levels of anxiety in patients with anxiety symptoms before-after therapy. Randomized clinical trials design, sample size 38 respondens with HARS scores 14-27, divided into treatment=19, control=19.
Results: HARS scores decrease in the treatment group 14±3.62 (p<0.001) with success rate 100%, are significantly greater than control 1.31±1.49 (p=0.001) with success rate 63%; blood serotonin levels significantly different between before and after therapy, treatment group 47(-68)-(124) (p=0.005) with success rate 100%, control 49(-92)-(252)(p=0.025) with success rate 93%, not significantly different compared between group (p=0.804).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Lufty Setiawardhani
"Akupunktur sebagai suatu modalitas terapi semakin banyak digunakan dalam mengobati penyakit. Namun hingga saat ini mekanisme kerja akupunktur tetap belum jelas. Beberapa peneliti berpendapat akupunktur bekerja dengan merangsang penglepasan β-endorfin. Sementara peneliti lain berpendapat sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah elektroakupunktur pada titik LI 4 Hegu dapat meningkatkan kadar β-endorfin plasma sebagai dasar dari mekanisme kerja akupunktur. Tiga puluh enam sukarelawan sehat terbagi atas dua kelompok secara acak yaitu kelompok intervensi n=18 dan kelompok kontrol n=18 . Pada kelompok intervensi dilakukan elektroakupunktur pada titik LI 4 Hegu dengan frekuensi rendah selama 30 menit. Sementara pada kelompok kontrol dilakukan elektroakupunktur sham pada titik bukan titik akupunktur selama 30 menit. Pemeriksaan β-endorfin plasma dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan metode ELISA. Terdapat perbedaan bermakna dalam peningkatan kadar β-endorfin plasma pada kelompok intervensi dibanding pada kelompok kontrol 9 50 vs 1 5,6 ; p=0,009 . Terdapat pula perbedaan bermakna kadar β-endorfin plasma antara kedua kelompok sesudah dilakukan intervensi 35,1 3,4 vs 10,3 1,8; p=0,003 . Elektroakupunktur pada titik LI 4 Hegu mempunyai efek meningkatkan kadar β-endorfin plasma pada subyek sehat.

Acupuncture as a therapy modality is becoming popular for treating disease. Nevertheless, acupuncture mechanism of action remains unclear until now. Some studies suggest that acupuncture works by stimulating endorphin release. Other studies have opposite. The purpose of this study is to determine whether Electroacupuncture at LI 4 Hegu Point could increase plasma endorphin level as a basic of acupuncture mechanism of action. Thirty six healthy subjects were involved and divided randomly into 2 groups which are intervention n 18 and control groups n 18 . In intervention group, electroacupuncture was applied at LI 4 Hegu Point with low frequency for 30 minutes. Meanwhile, in control group, sham electroacupuncture was applied at non acupoint for 30 minutes. Plasma endorphin was examined before and after intervention using ELISA method. There is significant difference between intervention and control groups in increasing plasma endorphin level 9 50 vs 1 5,6 p 0,009 . There is also significant difference in plasma endorphin level after intervention between two groups 35.1 3.4 vs 10.3 1.8 p 0.003 . Electroacupuncture at LI 4 Hegu Point has effect to increase plasma endorphin level in healthy subject."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Surya Supriyana
"Gagal jantung adalah sindrom progresif yang menyebabkan kualitas hidup yang buruk bagi pasien. Insidensi dan prevalensi gagal jantung terus meningkat. Saat ini, banyak bukti menunjukkan bahwa gagal jantung kronis dikarakteristikkan oleh aktivitas kompensasi neurohormonal yang berlebihan, termasuk overaktivitas simpatis yang kemudian menjadi landasan terapi. Diperlukan penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif meliputi modifikasi gaya hidup, diet, serta intervensi farmakologi. Beberapa penelitian klinis menunjukkan bahwa akupunktur memiliki efek terapeutik dan modulatoris pada kondisi yang menjadi faktor risiko gagal jantung. Salah satu modalitas akupunktur adalah elektroakupunktur yang dapat menurunkan aktivitas simpatis dan menghambat respon reflek simpatoeksistoris kardiovaskuler. Penelitian ini merupakan uji klinis double blind randomized controlled trial (RCT), yang melibatkan 42 orang pasien gagal jantung dengan kriteria NYHA II-III, EF <40% terbagi dalam kelompok medikamentosa dan elektroakupunktur, medikamentosa dan elektroakupunktur sham, dan medikamentosa tanpa elektroakupunktur. Terapi dilakukan sebanyak 16 sesi selama 8 minggu. Pengukuran dilakukan pada awal terapi, pertengahan terapi, dan akhir terapi. Hasil menunjukkan pemberian elektroakupunktur pada terapi utama medikamentosa pada pasien gagal jantung mampu meningkatkan fraksi ejeksi, mean arterial pressure, dan menurunkan LVEDP lebih cepat, mempertahankan stabilitas dari heart rate variability, serta meningkatkan kualitas hidup yang diukur menggunakan uji jalan 6 menit secara signifikan.

Heart failure is a progressive syndrome that causes poor quality of life for patients. The incidence and prevalence of heart failure continues to increase. At present, much evidence shows that chronic heart failure is characterized by excessive neurohormonal compensatory activity, including sympathetic overactivity which later became the basis of therapy. Holistic and comprehensive management is needed including lifestyle modification, diet, and pharmacological interventions. Some clinical studies show that acupuncture has a therapeutic and modulator effect on conditions that are risk factors for heart failure. This study is a double blind clinical trial randomized controlled trial (RCT), involving 42 people with heart failure patients with NYHA II-III criteria, EF <40% divided into medical and electroacupuncture, medical and electroacupuncture sham, and medical without electroacupuncture groups. Therapy was done 16 sessions for 8 weeks. Measurements of the variables were carried out at the beginning of therapy, mid-therapy, and end of therapy. The results of showed that electroacupuncture in the top of guidlines medical therapy in heart failure patients were able to increase ejection fraction, mean arterial pressure, and to decrease LVEDP faster, maintain stability of heart rate variability, and improve quality of life measured using the 6 minute road test significantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lismaniah
"Latar belakang: Darah merupakan suspensi elemen seluler yang terlarut di dalam plasma. Darah berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel tubuh serta mengangkut sisa metabolisme dari seluruh tubuh. Sifat aliran darah ketika melalui pembuluh darah merupakan faktor yang berperan penting dalam pengiriman oksigen dan perfusi jaringan. Pada kondisi stres akut terjadi berbagai reaksi yang mempengaruhi kelancaran aliran darah dalam pembuluh darah. Elektroakupunktur merupakan terapi tambahan dengan efek samping minimal yang dapat membantu meningkatkan kualitas aliran darah.
Metode: Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur di titik ST36 Zusanli bilateral terhadap kadar fibrinogen plasma dan nilai Laju Endap Darah (LED) tikus Wistar model restraint stress. Delapan belas tikus Wistar jantan dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok, kelompok kontrol (n = 6), kelompok restraint stress (n = 6), dan kelompok elektroakupunktur (n = 6). Tindakan elektroakupunktur diberikan setelah dilakukan restraint stress selama 3 jam.
Hasil: Pemeriksaan kadar fibrinogen plasma dan nilai LED memberikan hasil yang signifikan pada perbedaan rerata kadar fibrinogen plasma (p=0,048, IK 95% 0,5-109,5) antara kelompok restraint stress dengan kelompok elektroakupunktur akan tetapi tidak didapatkan perbedaan rerata yang bermakna terhadap nilai LED antara ketiga kelompok.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan elektroakupunktur pada ST36 Zusanli dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma dan walaupun tidak bermakna, elektroakupunktur juga menurunkan nilai LED tikus Wistar model restraint stress.

Background: Blood is a suspended cellular elements that dissolved in plasma. The blood served to transport oxygen and nutrients to all body cells and carried out the metabolic waste from the whole body. The nature of blood flow through vessels is a factor that plays an important role in oxygen delivery and tissue perfusion. In acute stress conditions, various reactions can occur and affect the blood flow in the vessels. Electroacupuncture is an additional therapy with minimal side effects that can improve the quality of blood flow.
Method: This study investigates the effect of electroacupuncture at ST36 Zusanli points bilateral on plasma fibrinogen and Erythrocyte Sedimentation Rates (ESR). Eighteen male Wistar rats were divided randomly into three groups, control group (n = 6), restraint stress group (n =6), and electroacupuncture group (n = 6). Electroacupuncture was carried out after three hours of restraint stress.
Result: The plasma fibrinogen level and the LED level showed significant result in the mean difference between the level of plasma fibrinogen level (p=0,048, CI 95% 0,5-109,5) between the restraint stress and control group but there is no significant difference in meant difference on ESR between all group.
Conclusion: The results of this study showed that the action of electroacupuncture on Zusanli ST36 can lower the levels of plasma fibrinogen and although meaningless, electroacupuncture also lowers the value of Wistar rats LED model restraint stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Nusfita
"Adenocarsinoma Mammae adalah jenis kanker terbanyak pada wanita. Berbagai upaya telah dilakukan  untuk mengatasi, namun hasilnya belum maksimal. Harapan kedepan dalam mengatasi kanker terletak pada pemahaman patogenesis, dasar molekuler dan imunologis dari kanker. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain RCT pada mencit C3H model Adenocarsinoma Mammae. Dilakukan dengan menghitung luas permukaan nekrosis jaringan tumor tingkat seluler paska tindakan Elektroakupunktur (EA) menggunakan program Image-J. Diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi dasar pengetahuan biomolekuler peran akupunktur dalam terapi  kanker. Terdapat peningkatan nyata luas permukaan nekrosis jaringan tumor pasca tindakan antara kelompok kontrol dengan EA-1 x (1,08%); antara kontrol dengan EA-2x (41,06%0) dan antara kelompok kontrol dengan EA-3x (58,92%). Namun perhitungan statistik tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (p=0.258). Kesimpulan: Elektroakupunktur pada titik-titik ST36, BL18 dan BL20 menyebabkan peningkatan luas permukaan nekrosis, namun perhitungan statistik belum bermakna. Kemungkinan dibutuhkan jumlah tindakan EA lebih banyak dan waktu lebih lama untuk bermakna secara statistik, mengingat tindakan EA pada penelitian ini hanya dilakukan tiga kali dalam waktu 21 hari.

Adenocarsinoma Mammae is a cancer type that occurs most on women. Numerous attempts have been done to overcome the cancer, but the results have not yet been at saticfactory level. Expectations ahead in overcoming the cancer lies in understanding the pathogenesis, molecular and immunological basis of cancer. This study is an experimental research with RCT design on mice C3H models with adenocarsinoma mammae. Done by calculating the necrosis surface area of tumor tissues on cell level of post-action electroacupuncture (EA) using Image-J program. Expected results of the research could be basic knowledge of biomolecular on the role of acupuncture in cancer treatment. There are noticeable increases in the necrosis surface area of tumor tissue post-action between the control group and EA-1 x (1.08%); and EA-2x (41.06% 0); and EA3x (58.92%). However, the calculations showed no statistically significant results (p= 0258). Conclusion: electroacupuncture at points ST36, BL18 and BL20 causes an increase in the surface area of necrosis, but the statistical calculation is not meaningful. EA may be required more actions and takes longer to reach statistical significance, considering the EA action in this research is only done three times within 21 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari Mujahid
"Kejadian mual dan muntah pada prosedur anestesia spinal untuk sectio caesaria berkisar dari 28%-63% dan tetap tinggi meskipun telah diperkenalkan obat antiemetik baru. Penatalaksanaan untuk mual muntah saat ini meliputi terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis yang dimaksud salah satunya adalah akupunktur. Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk tatalaksana mual muntah intra dan pascaoperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA), akupresur dan ondansetron dalam menurunkan insiden mual muntah intra dan pascaoperasi. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian ini melibatkan 36 pasien yang dilakukan sectio caesaria dengan anestesi spinal.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan insiden mual yang bermakna pada kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,02). Insiden muntah pada kelompok perlakuan juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun penurunan ini tidak bermakna (p=0,089). Kesimpulan penelitian ini bahwa EA, akupresur dan ondansetron mempunyai efek menurunkan insiden mual secara signifikan bila dibandingkan dengan pemberian ondansetron saja, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada insiden muntah.

Incidence of nausea and vomit in spinal anesthesia procedures for sectio caesaria ranging from 28% -63% and remain high even though it has introduced a new antiemetic drug. Treatment for nausea and vomit currently include pharmacological and non-pharmacological therapies. One of nonpharmacologic therapy is acupuncture. Acupuncture is expected to be one of therapeutic option or adjunctive therapy for the treatment intra and postoperative nausea and vomit.
This study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA), acupressure and ondansetron in reducing the incidence of intra and postoperative nausea and vomit. Design of this study is a randomized controlled clinical trial. This study included 36 patients who performed under spinal anesthesia sectio Caesarea.
The results showed a significant decrease in the incidence of nausea in the treatment group when compared with the control group (p = 0.02). The incidence of vomiting in the treatment group also decreased when compared with the control group, but this decrease was not significant (p = 0.089). The conclusion of this study that EA, acupressure and ondansetron were significantly reduced the incidence of nausea when compared with administration of ondansetron alone, but there was no significant difference in the incidence of vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Candrarukmi Yogandari
"Beberapa studi di bidang akupunktur mengemukakan bahwa akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi untuk mengurangi radikal bebas pada atlet yang menjalani latihan teratur dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Latihan dasar kemiliteran merupakan latihan intensif yang dijalani oleh setiap calon prajurit yang memungkinkan terjadinya stres oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah modalitas akupunktur manual dan elektroakupunktur mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar malondialdehid pada calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran. Metode penelitian menggunakan uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 34 calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual dan kelompok elektroakupunktur yang masing-masing terdiri dari 17 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok akupunktur manual 0,228 ± 0,441 dan selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok elektroakupunktur 0,409 ± 0,415.

Several studies in the field of acupuncture suggests that acupuncture is a treatment modality for reducing free radicals in athletes who undergo regular training with high intensity and long duration. Military basic training is intensive training undergone by each candidate that would allow soldiers to oxidative stress. The purpose of this study was to compare whether the manual acupuncture and electroacupuncture modalities have the same effect on levels of malondialdehyde in recruits during training military base. The research method uses a single-blind randomized trials with a control. This study was conducted on 34 recruits when basic military training and were divided into 2 groups: manual acupuncture and electroacupuncture group, each of which consists of 17 people. The results showed that the mean difference of plasma MDA concentration on manual acupuncture group 0.228 ± 0,441 and mean difference of plasma MDA concentration in electroacupuncture group 0.409 ± 0.415."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Kristiani
"ABSTRAK
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebih yang dapat mengganggu kesehatan sebagai akibat ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi. Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi faktor risiko penyakit metabolik kronis yang dapat menyebabkan kematian. Lingkar pinggang merupakan cara yang sederhana untuk menilai distribusi lemak tubuh dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh obesitas. Adiponektin merupakan hormon protein yang disekresi oleh sel adiposit yang mempunyai efek anti diabetes, anti inflamasi, anti aterogenik, dan efek kardioprotektif. Untuk mendapatkan hasil optimal diperlukan tatalaksana interdisiplin. Beberapa studi menyimpulkan bahwa elektroakupunktur dapat meningkatkan kadar adiponektin dan menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas. Pada penelitian ini dilakukan uji klinis tersamar tunggal terhadap 38 pasien obesitas yang secara acak dibagi kedalam 2 kelompok yaitu Elektroakupunktur dan intervensi diet dan kelompok elektroakupunktur sham dan intervensi diet untuk mengetahui pengaruh elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap lingkar pinggang dan kadar adiponektin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan lingkar pinggang yang bermakna sesudah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,000 maupun kelompok kontrol p=0,002 . Terdapat perbedaan bermakna terhadap selisih lingkar pinggang awal dan akhir antara kedua kelompok p=0,002 , namun pada pengukuran adiponektin tidak menunjukkan perubahan bermakna sebelum dan setelah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,409 maupun pada kelompok kontrol 0,306. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,638. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap lingkar pinggang namun tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar adiponektin pada pasien obesitas.

ABSTRACT<>br>
Obesity is the accumulation of excess fat that can interfere with health as a result of theimbalance of energy intake and expenditure. Obesity is a chronic disease that can be arisk factor for chronic metabolic disease that can lead to death. Waist circumference isa simple way to assess the distribution of body fat in predicting morbidity and mortalitycaused by obesity. Adiponectin is a protein hormone secreted by adipocyte cells thathave anti diabetic, anti inflammatory, anti atherogenic, and cardioprotective effects. Toobtain optimal results required interdisciplinary management. Several studies haveconcluded that electroacupuncture can increase adiponectin levels and decrease waistcircumference in obese patients. In this study a single blinded clinical trial of 38 obesepatients was randomly divided into 2 groups electroacupuncture and dietaryinterventions and electroacupuncture sham groups and dietary interventions todetermine the effectiveness of electroacupuncture and dietary intervention of waistcircumference and adiponectin levels. The results showed a significant decrease inwaist circumference after treatment in both treatment groups p 0,000 and controlgroup p 0.002 . There was a significant difference in waist circumference betweenthe two groups p 0.002 , but the measurement of adiponectin showed no significantchange before and after treatment in both treatment groups p 0.409 and in thecontrol group 0.306. There were no significant differences between the two groups p 0.638. In this study it was concluded that combination electroacupuncture anddietary intervention therapy had an effect on waist circumference in obese patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Gunawan
"Pendahuluan : Berdasarkan data 80% pasien kanker akan mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi (CINV), dan berpotensi berefek buruk pada sekitar 40% diantaranya. Efek samping kemoterapi bervariasi dari ringan sampai berat tergantung dari faktor kemoterapi salah satu diantaranya adalah regimen kemoterapi. Akupunktur telah terbukti sebagai pengobatan non farmakologis yang potensial pada kasus-kasus onkologi, dan terbukti efektif pada kondisi CINV. Salah satu modalitas yang berpotensi kuat memiliki tingkat efektivitas yang baik dan terukur adalah elektroakupunktur. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas elektroakupunktur dalam mengurangi gajala CINV yang dinilai berdasarkan skor Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching (RINVR) pada pasien kanker dewasa yang menjalani kemoterapi
Metode : Desain studi ini adalah uji klinisi acak terkontrol tunggal dengan kontrol sham(plasebo). Penelitian ini diikuti oleh 62 pasien dewasa yang menjalani kemoterapi. Subjek penelitian ini dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=31) dan kontrol (n=31). Pada kelompok perlakuan dilakukan perangsangan elektroakupunktur frekuensi 2 Hz, gelombang kontinyu selama 30 menit di titik LI4, PC6, dan ST36 selama 4 kali, sementara pada kelompok kontrol mendapatkan elektroakupunktur sham tanapa diikuti perangsangan apapun. Selama penelitian seluruh subjek tetap mendapatkan antiemetik standar. Evaluasi mual dan muntah dilakukan setiap hari hingga 6 hari pasca kemoterapi dengan menggunakan kuesioner Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching.
Hasil : Terjadi penurunan skor RINVR yang signifikan pada CINV akut (p = 0,002) maupun delayed (p = 0,039) pasca kemoterapi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Skor RINVR pada 1 hari pemberian kemoterapi, 3 hari, dan 6 hari pasca kemoterapi pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol, dan perbedaan kedua kelompok berbeda bermakna (p = 0,002, p = 0,049, p = 0,039). Tidak ditemukan efek samping selama penelitian.
Kesimpulan : Elektroakupunktur mampu menurunkan skor RINVR pada pasien dewasa yang menjalani kemoterapi terutama untuk yang mendapat regimen emetogenik tinggi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek pada yang mendapat regimen emetogenik sedang.

Background : Based on data 80% of cancer patients will experience nausea and vomiting due to chemotherapy (CINV), and it has the potential to get worse in about 40% of them. The side effects of chemotherapy vary from mild to severe depending on chemotherapy factors. One of the main factors is the chemotherapy regimen. Acupuncture has been proven as a potential non-pharmacological treatment in oncology cases, and has been shown to be effective in CINV conditions. One of the modalities that has a strong potential to have a good and measurable level of effectiveness is electroacupuncture. The aim of this study was to assess the effectiveness of electroacupuncture in reducing CINV symptoms as assessed by the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching (RINVR) score in adult cancer patients undergoing chemotherapy.
Method : The study design was a single randomized controlled clinical trial with sham (placebo) control. This study was followed by 62 adult patients undergoing chemotherapy. The subjects of this study were randomly allocated into the treatment (n=31) and control (n=31) groups. In the treatment group, electroacupuncture was stimulated with a frequency of 2 Hz, continuous waves for 30 minutes at points LI4, PC6, and ST36 for 4 times, while the control group received sham electroacupuncture without any stimulation. During the study all subjects continued to receive standard antiemetics. Evaluation of nausea and vomiting was carried out every day for up to 6 days after chemotherapy using the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching questionnaire.
Result : There was a significant decrease in RINVR scores in both acute (p = 0.002) and delayed (p = 0.039) post-chemotherapy CINV in the treatment group compared to the control group. RINVR scores on 1 day of chemotherapy, 3 days, and 6 days after chemotherapy in the treatment group were lower than the control group, and the difference between the two groups was significantly different (p = 0.002, p = 0.049, p = 0.039). No side effects were found during the study.
Conclusion : Electroacupuncture has been shown to be effective in reducing RINVR scores in adult patients undergoing chemotherapy, especially for those receiving a high emetogenic regimen, further research is needed to determine the effect on those receiving a moderate emetogenic regimen.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanggoro Laka Bunawan
"Pendahuluan: Tukak lambung merupakan salah satu penyakit tersering pada saluran pencernaan yang mempunyai angka kekambuhan yang cukup tinggi. Penanganan tukak lambung seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal. Terapi farmakologi memiliki banyak efek samping. Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang baik dalam terapi dan sebagai protektif terhadap tukak lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek protektif elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang terhadap indeks ulkus lambung dan kadar serum Malondialdehyde (MDA) pada tukak lambung.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2021 di Puslitbangkes Biomedik, Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Randomized posttest design. 30 hewan coba tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok normal, kontrol tukak lambung (TL), omeprazole (OME), elektroakupunktur (EA) dan akupunktur tanam benang (ATB). Kelompok OME diberikan omeprazole oral 20 mg/kg dan EA pada ST36 Zusanli dan CV12 Zhongwan dengan frekuensi 2 Hz, intervensi pada OME dan EA dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari. Kelompok ATB 1 kali intervensi di hari pertama. Skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA diukur setelah induksi tukak lambung dilakukan pasca 12 hari perlakuan. Semua hasil data diolah menggunakan SPSS versi 20.
Hasil: Skor indeks ulkus tidak berbeda bermakna antara kelompok EA dengan ATB (uji Mann Whitney, p = 0,523), namun skor indeks ulkus kelompok EA dan ATB lebih rendah bermakna dibandingkan kelompok TL (uji Mann Whitney, p < 0,05). Kadar serum MDA lebih rendah bermakna pada kelompok EA versus TL (uji post-hoc, p < 0,001) dan pada kelompok ATB versus TL (uji post-hoc, p < 0,05). Kelompok EA versus ATB, kadar MDA tidak berbeda bermakna (uji post-hoc, p = 1,000).
Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang memiliki efek protektif terhadap tukak lambung yang sama baiknya terhadap skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA. Akan tetapi akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu [sw1] dibandingkan dengan elektroakupunktur.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>