Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra Iswahyudi
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta keadaan sektor ketenagalistrikan di Indonesia (berdasarkan UU No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan), dimana perencanaan ketenagalistrikan yang sentralistik, bentuk struktur industri monopoli negara yang terintegrasi secara vertikaI telah menghasilkan sektor ketenagalistrikan yang kurang efisien dan kurang transparan. Adapun harapan yang diinginkan adalah adanya restrukturisasi, sehingga sektor ketenagalistrikan di Indonesia menjadi kompetitif dengan adanya kompetisi di sisi pembangkitan dan penjualan sehingga efisiensi, transparansi, harga listrik yang wajar dan peningkatan pelayanan pelanggan dapat terwujud sebagaimana amanat UU No. 20/2002 tentang Ketenagalistrikan. Tujuan penelitian ini adalah ekspektasi kinerja usaha penyediaan tenaga listrik setelah diundangkannya UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan; antisipasi yang diperlukan terhadap dampak diundangkannya UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan sehingga kompetisi antar pemain di sisi pembangkitan dan penjualan tenaga listrik seperti yang diharapkan UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dapat memenuhi tujuan efisiensi, transparansi, harga listrik yang wajar dan pelayanan yang semakin baik serta ekspektasi terhadap pemenuhan fungsi dan implementasi Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik menurut UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan. Antisipasi dampak implementasi UU No. 20/2002 tentang Ketenagalistrikan lebih difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan regulasi bisnis tenaga listrik, yaitu desain dan aturan-aturan pasar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik. Desain dan aturan pasar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik harus disesuaikan dengan sifat/karakteristik dasar listrik, antara lain imbalances, congestion management, ancillary services, scheduling and dispatch. Metode pendekatan Structure-Conduct-Performance diterapkan untuk melihat ekspektasi kinerja industri pembangkitan tenaga listrik antara lain: 1. Efisiensi, merupakan efisiensi operasional (static efficiency) yang bersifat short run diperoleh dari dispatch yang dilakukan oleh pengelola sistem tenaga listrik yang menghasilkan optimal mix dengan biaya pembangkitan termurah (least cost) dari berbagai jenis pembangkit dengan masing-masing kapasitasnya untuk memenuhi demand beban, 2. Profitability, di bawah kondisi kompetisi, investasi yang dilakukan oleh perusahaan usaha penyediaan tenaga listrik akan menghasilkan normal rate of return, mengingat harga penyediaan tenaga listrik sama dengan harga marginal cost nya. 3. Progressiveness, atau disebut juga dynamic efficiency yang bersifat long run dicapai melalui mekanisme bidding pada kondisi real time (spot market). Pada kondisi ini, real-time price signal merupakan insentif bagi pembangkit untuk bebas masuk dan keluar (free entry free exit). Jenis pembangkit yang menggunakan teknologi yang lebih efisien tentunya akan dapat leluasa masuk (free entry) menggantikan jenis-jenis pembangkit yang keluar (exit) karena teknologinya relatif lama dengan efisiensi yang rendah. Ekspektasi terhadap pemenuhan fungsi dan implementasi Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik sebagaimana amanat UU No. 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan adalah : 1. Mampu melaksanakan pengaturan dan pengawasan yang ketat sehingga dapat mempertahankan efisiensi koordinasi dan menghilangkan potensi adanya duplikasi fungsi antara pengelola pasar dan pengelola sistem tenaga listrik; 2. Mampu menyusun desain dan aturan-aturan pasar yang menjadikan pengelolaan pasar yang kompetitif dapat berjalan dengan baik (workable competition); 3. Mampu untuk menjamin menumbuhkan mekanisme pasar yang betul-betul menciptakan market clearing yang tidak terdistorsi oleh kebijakan pemerintah; 4. Mampu menyeimbangkan antara fungsinya dalam hal pengawasan dan fungsinya sebagai advokasi persaingan; 5. Mampu bersikap netral; 6. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang doktrin-doktrin persaingan; Berkaitan dengan hasil penelitian, disampaikan beberapa saran yaitu : 1. Persaingan usaha penyediaan tenaga Iistrik seharusnya dilakukan atas dasar kemauan pasar, bukan dari pemerintah akibat paksaan dari lembaga internasional, 2. Wilayah kompetisi yang layak direkomendasikan adalah merupakan wilayah industri dan/atau konumen besar yang memerlukan produk listrik tegangan tinggi, 3. Potensi terjadinya struktur pasar oligopoli pada industri pembangkitan tenaga listrik harus diimbangi dengan aturan pasar yang secara riiI dapat mewujudkan persaingan berjalan efektif, 4. Oleh karena itu, dalam menyusun desain dan aturan-aturan pasar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik maupun dalam penyusunan Peraturan Pemerintah sebagai peraturan di tingkat operasional/implementasi UU No.20/2002 tentang Ketenagalistrikan disarankan untuk mempertimbangkan hal-hal berikut : a. Transaksi listrik meliputi tiga pasar antara lain energy market (pasar energi) yaitu kWh (kilo Watt jam) listrik yang dibangkitkan, pasar ancillary service (untuk menjaga kualitas tegangan dan frekuensi listrik serta mengantisipasi cadangan pasokan/back-up) serta pasar kapasitas (capacity market) yaitu kapasitas yang dibangkitkan dalam Mega Watt. b. Penanganan transaksi listrik diberlakukan melalui dua sistem penyelesian (two settlement-scheduling system), yaitu day a head schedule (pelaksanaan lelang atau bidding yang dilakukan selang satu hari sebelum kondisi riil) dan real time dispatch (dispatch yang dilaksanakan oleh pengelola sistem tenaga listrik pada kondisi riil). c. Pelaksanaan lelang (bidding) pada day a head schedule meliputi penawaran dari perusahaan pembangkitan (meliputi harga dan kapasitas) dan permintaan dari distribusi/konsumen besar (meliputi demand dan price cap). Agar sisi demand (permintaan) dapat responsive terdapat harga maka selayaknya pencatat meter (kWh meter) merupakan pencatat meter pemakaian kWh listrik fungsi harga pasar dalam kondisi real time. d. Dispatch yang dilakukan oleh pengelola sistem tenaga listrik berdasarkan Locational Based Marginal Pricing (harga marginal berdasarkan lokasi) sehingga penentuan harga listrik di tingkat wholesale akan berbeda di tiap-tiap titik transmisi atau wilayah (non-uniform turn. e. Penentuan harga berdasarkan kontrak jangka panjang harus berdasarkan transmission congestion contracts (kontrak kemacetan, untuk melindungi atau hedge terjadinya fluktuasi harga diantara beberapa lokasi dalam suatu jaringan transmisi) dan contracts for dfferences (kontrak perbedaan antar harga LBMP dan harga kontrak pada titik pengiriman). f. Peran Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik dalam mewujudkan efisiensi koordinasi dan menghilangkan duplikasi fungsi antara pengelola pasar dan pengelola sistem tenaga listrik sehingga transaction cost dapat diminimalisasi, g. Penetapan benchmark biaya marginal produksi oleh Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik dalam mengantisipasi adanya kolusi antar pemain di pembangkitan tenaga listrik untuk menaikkan harga yang terjadi pada struktur pasar oligopoli.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resky Agaslian Pramadin
Abstrak :
PLTS merupakan salah satu opsi jenis pembangkitan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Pulau Bangka diharapkan berkontribusi minimal 1.250 MWp PLTS dalam bauran energi nasional untuk pemenuhan komitmen pemerintah terhadap Kesepakatan Paris. Intermittency menjadi tantangan dalam integrasi PLTS ke dalam sistem kelistrikan eksisting Pulau Bangka. Perkembangan harga PLTS, battery energy storage system (BESS), dan selesainya pembangunan Saluran Interkoneksi Sumatera – Bangka adalah peluang – peluang yang ada dan harus dimanfaatkan. Lokasi PLTS ditentukan berdasarkan desk study menggunakan software Global Solar Atlas, SolarGIS, dan Googel Earth Pro, sedangkan kapasitas optimum PLTS disimulasi menggunakan software DigSilent Power Factory untuk mendapatkan besaran rugi – rugi daya aktif. Sehingga lokasi pembangunan PLTS dan besar kapasitas optimumnya adalah di Pangkal Pinang, Koba, dan Kelapa dengan kapasitas optimum sebesar 6 MW sebelum interkoneksi dan 45 MW setelah interkoneksi. Software HOMER menghitung Cost of Energy untuk skenario – skenario di atas sehingga didapatkan masing – masing 0,222$/kWh dan 0,1679$/kWh, dibandingkan dengan CoE Pulau Bangka saat ini sebesar 0,22365$/kWh. ......Solar PV is one of the options for today or the future of electric generation. In Bangka Island, there is expectation that Solar PV could contribute 1.250 MWp so the Indonesia Government to fullfill the Paris Agreement’s Commitment. The Intermittency is a challenge for integrating The Solar PV to Bangka Island Electricity System. But There is also an opportunity when Sumatera – Bangka Interconnected Transmission System is completed soon. Because it provides stability which is needed for the intermittency. To determine the location of Solar PV used Googel Earth Pro and Combined it with Digital Map of Ministry of Energy and Mineral Resources, while the optimum capacity of Solar PV is simulated by using DigSilent PowerFactory so that active power losses of each scenario could be monitored. Pangkal Pinang was the best option for developing Solar PV, followed by Koba and Kelapa by the simulation. The optimum Solar PV capacity that can integrate in isolated scenario was 6 MW and 45 MW with interconnection system integrated scenario. The HOMER software then calculates the Cost of Energy for both scenarios, as a result it gets 0,222 $/kWh and 0,168 $/kWh, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paranai Suhasfan
Abstrak :
Pulau Tunda merupakan salah satu pulau dari gugusan pulau yang terdiri dari 17 pulau di Utara Pulau Jawa Provinsi Banten. Energi listrik di Pulau Tunda dipasok oleh 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) non PLN yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang 100 kVA dan 75 kVA, dengan waktu beroperasi selama 4-5 jam per hari yaitu mulai dari jam 18.00 sampai jam 22.00. Sistem kelistrikan Microgrid memiliki beberapa keuntungan, dari segi efisiensi, microgrid dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada pembangkit, selain itu dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh sistem distribusi karena letak pembangkit microgrid yang relatif dekat dengan beban. Dari segi keandalan, sistem kelistrikan microgrid dapat mengatur secara optimal sumber energi selama 7 hari 24 jam. Selain itu, sistem kelistrikan microgrid memiliki kemampuan untuk bekerja tanpa terhubung dengan grid. Dengan penggunaan sistem kelistrikan microgrid, biaya listrik yang harus dibayar jadi lebih sedikit dan yang paling penting dapat mengurangi emisi karbon, karena pembangkit – pembangkit yang digunakan pada sistem kelistrikan microgrid umumnya menggunakan energi terbarukan. Dalam Penelitian ini dilakukan pembuatan skenario dalam menentukan nilai LCoE yang paling optimum dengan menggunakan pendekatan optimasi bantuan software homer pro. Didapatkan pola operasi untuk sistem kelistrikan Pulau Tunda yaitu beban dipikul pada siang hari oleh PLTS dan malam hari menggunakan generator yang telah di setting kontrolnya menggunakan mode force on & force off. Dari simulasi diperoleh LCoE terendah pada konfigurasi PLTS Hibrid dengan kapasitas PLTS 260 Kwp, Baterai 242 Kwh, inverter 200 Kw. Selanjutnya, berdasarkan data kuesioner kepada pengguna listrik di Pulau Tunda dan wawancara kepada pelaksana operasio PLTD, keberlanjutan dari sistem microgrid ini akan memiliki manfaat pasokan listrik yang terus menerus apabila dikelola oleh PT. PLN (Persero). Dengan melihat kemauan dan kemampuan membayar pengguna listrik di pulau Tunda, diperoleh hasil bahwa batas kemampuan membayar mereka sebesar Rp 1108,44 per kWh. ......Tunda Island is one of the islands in a group of 17 islands in the north of Java Island, Banten Province. Electrical energy in Tunda Island is supplied by 2 non-PLN Diesel Power Plants (PLTD), each with an installed capacity of 100 kVA and 75 kVA, with an operating time of 4-5 hours per day starting from 18.00 to 22.00. The microgrid electrical system has several advantages, in terms of efficiency, microgrid can reduce the use of fossil fuels in power plants, besides that it can reduce losses caused by the distribution system because the location of the microgrid generator is relatively close to the load. In terms of reliability, the microgrid electrical system can optimally manage energy sources for 7 days and 24 hours. In addition, the microgrid electrical system has the ability to work without being connected to the grid. With the use of a microgrid electricity system, the electricity costs that must be paid are less and most importantly can reduce carbon emissions, because the plants used in the microgrid electricity system generally use renewable energy. In this study, scenarios were made to determine the most optimum LCoE value using an optimization approach with the help of homer pro software. The operating pattern for the Tunda Island electricity system is obtained, namely the load is carried by PLTS during the day and at night using a generator that has been controlled using the force on & force off mode. From the simulation obtained the lowest LCoE in the PLTS Hybrid configuration with a PLTS capacity of 240 Kwp, 302.4 Kwh battery, 200 Kw inverter. Furthermore, based on questionnaire data to electricity users on Pulau Tunda and interviews with PLTD operations executives, the sustainability of this microgrid system will have the benefit of continuous electricity supply if managed by PT. PLN (Persero). By looking at the willingness and ability to pay electricity users on the island of Tunda, the result is that the limit of their ability to pay is Rp. 1108.44 per kWh.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Syachreza Himawan
Abstrak :
Lampu sudah menjadi hal yang sangat penting sebagai penerangan buatan. Krisis energi listrik yang terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu membuat pemerintah harus membuat upaya kongkrit untuk mengatasi krisis tersebut. Penggunaan lampu hemat energi menjadi upaya yang sangat efektif dalam mengatasi krisis tersebut. Skripsi ini membahas mengenai perbandingan kinerja antara LED, CFL, dan pijar dengan tujuan mendapatkan jenis lampu yang efisien dan hemat energi. Dalam skripsi ini terdapat dua jenis pengukuran yaitu pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter , dan pengukuran efisiensi kinerja lampu menggunakan Power Quality. Pengukuran intensitas cahaya bertujuan untuk mngetahui besar efikasi masing-masing lampu. Maka didapatlah data yang menunjukkan nilai efikasi terbesar ada pada LED dengan 137,369 lumen per watt, diikuti oleh CFL dengan 58,681 lumen per watt dan pijar dengan 11,258 lumen per watt. Pada pengukuran kinerja lampu akan didapat output berupa daya, faktor daya, dan nilai distorsi harmoniknya. Besar konsumsi daya terkecil ada pada LED dengan 7,283 watt, pada CFL sebesar 17,458 watt, dan pada pijar sebesar 92,1 watt. Faktor daya (PF) hasil pengukuran menunjukan PF pada LED sebesar 0,855, pada CFL sebesar 0,928, dan pada pijar sebesar 0,99. Selain itu didapat juga nilai harmonik arus dan tegangannya dimana untuk harmonik tegangannya, besar maksimum yang terdapat pada orde ke 3 yaitu sebesar 1,72% untuk LED dan 1,79% untuk CFL masih dibawah standar yang ditetapkan IEEE yaitu sebesar 3%. Untuk nilai TDD (Total Demand Distortion) kedua lampu ini yaitu sebesar 1,73% untuk LED dan 0,73% untuk CFL. Nilai tersebut juga masih dibawah batas standar yang ditetapkan IEEE yaitu sebesar 5%. Untuk lampu pijar nilai harmonik sangat kecil sehingga dapat diabaikan. ......Lights have become very important as artificial lighting. The electricity crisis that occurred in Indonesia several years ago made the government have to make concrete efforts to overcome the crisis. The use of energy saving lamps has become a very effective effort in overcoming the crisis. This thesis discusses the comparison of performance between LEDs, CFLs, and incandescent with the aim of getting an efficient and energy efficient type of lamp. In this thesis there are two types of measurements namely the measurement of light intensity using a luxmeter, and the measurement of lamp performance efficiency using Power Quality. Measurement of light intensity aims to determine the efficacy of each lamp. Then the data that shows the greatest efficacy value is on LEDs with 137,369 lumens per watt, followed by CFLs with 58, 681 lumens per watt and incandescent with 11,258 lumens per watt. In measuring the performance of the lamp, the output will be in the form of power, power factor, and the harmonic distortion value. The smallest power consumption is in LEDs with 7,283 watts, in CFLs at 17.458 watts, and incandescent at 92.1 watts. The power factor (PF) of the measurement results shows that the PF on the LED is 0.855, the CFL is 0.928, and the incandescent is 0.99. In addition, the harmonic current and voltage values ​​are also obtained, for the voltage harmonics, the maximum magnitude in the 3rd order is 1.72% for LEDs and 1.79% for CFLs, which is still below the IEEE standard of 3%. For the TDD (Total Demand Distortion) value of these two lamps that is equal to 1.73% for LEDs and 0.73% for CFLs. This value is also still below the IEEE standard limit of 5%. For incandescent lamps the harmonic value is so small that it can be ignored.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Surya Fadhilah
Abstrak :
Energi listrik telah menjadi suatu kebutuhan esensial untuk menunjang kehidupan manusia. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2021-2030 menyebutkan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah pelanggan mencapai 24.4 juta dengan persentase pertumbuhan listrik sebesar 4.9% di Indonesia, sehingga penyedia tenaga listrik harus mampu memenuhinya secara efisien. Salah satu faktor yang memengaruhi efisiensi suatu sistem tenaga listrik adalah terjadinya rugi-rugi daya aktif pada saat penyaluran listrik dari pembangkit menuju pelanggan. Hal ini tidak dapat dihindari, namun dapat diminimalisasi dengan melakukan optimisasi aliran daya reaktif pada sistem berupa pengaturan magnitude tegangan terminal generator, posisi tap transformator, dan keluaran dari sumber daya reaktif. Optimisasi aliran daya reaktif merupakan permasalahan yang kompleks karena tidak konveks, memiliki variabel kontinyu dan diskrit, serta memiliki banyak nilai optimum lokal maupun global sehingga dibutuhkan algoritma perhitungan cerdas yang mampu menemukan solusi nilai optimum global dari fungsi tujuan, meskipun terdapat variabel diskrit didalamnya. Penelitian ini memanfaatkan algoritma particle swarm optimization (PSO) dalam menyelesaikan permasalahan optimisasi aliran daya reaktif yang diuji di Sistem RIS dengan mengatur magnitude tegangan terminal generator bermode kontrol tegangan dan/atau posisi tap transformator yang dilengkapi On Load Tap Changer. Hasil dari penilitian ini berupa penurunan total rugi-rugi daya aktif saluran transmisi dari kondisi awal pada Sistem RIS sebesar 20.13% saat mengatur tegangan terminal generator, 8.62% saat mengatur posisi tap transformator yang dilengkapi On Load Tap Changer, dan 13.18% saat mengatur keduanya. ......Electricity has become an essential need to support human life. The Electricity Supply Business Plan for 2021-2030 states that there will be an increase in the number of customers up to 24.4 million with a percentage growth of 4.9% in Indonesia, so electricity providers must be able to meet it efficiently. One of the factors affecting the efficiency of a power system is the occurrence of active power losses during the transmission of electricity from the generator to the customers. This cannot be avoided but can be minimized by optimizing reactive power flow in the system, such as setting the terminal voltage magnitude of the generator, the tap position of the transformer, and the output of reactive power sources. Reactive power flow optimization is a complex problem because it is non-convex, has continuous and discrete variables, and has many local and global optimum values, requiring intelligent calculation algorithms that can find the global optimum value solution of the objective function, even though there are discrete variables in it. This research utilizes the particle swarm optimization (PSO) algorithm to solve the optimization of reactive power flow problem tested in the RIS system by controlling the voltage magnitude of the generator terminal and/or the tap position of the transformer equipped with an On-Load Tap Changer. The results of this study are a decrease in the total active power losses on transmission lines of the RIS system by 20.13% when adjusting the generator terminal voltage magnitude, 8.62% when adjusting the tap position of the transformer equipped with an On-Load Tap Changer, and 13.18% when adjusting both.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Sanjaya Sombe
Abstrak :
Mengelola proyek dengan investasi triliunan rupiah bukanlah perkara yang mudah. Berbagai kendala bisa saja ditemui, baik yang sudah diidentifikasi dalam kajian risiko maupun yang tak terduga sebelumnya. Butuh perencanaan dan pertimbangan yang matang. Secara umum tahapan pengembangan proyek terdiri dari konseptual desain, kelayakan, FEED (Front End Engineering Design), DED (Detail Engineering Design), Pengadaan, Konstruksi, Komisioning, Start Up dan Operasi. Tahapan konseptual desain dan kelayakan dilakukan oleh internal Perusahaan. Tahapan FEED dilakukan oleh konsultan teknik. Tahapan DED, Pengadaan, Konstruksi, dan Komisioning dilakukan oleh Kontraktor EPC (Engineering Procurement and Construction). Sedangkan Start Up, Operasi dan Pemeliharaan dilakukan oleh Perusahaan. Tahapan FEED dan DED merupakan tahapan dimana praktik keinsinyuran mendominasi keseluruhan pekerjaan dari berbagai bidang kejuruan. Keluaran FEED dititik beratkan ke estimasi biaya dan lingkup pekerjaan karena akan dipergunakan untuk keperluan tender EPC. Sedangkan DED merupakan pekerjaan yang dilakukan ditahapan awal EPC dan keluarannya dipakai untuk dokumen konstruksi dan pengadaan. DED merupakan tahapan yang sangat krusial. Pada proyek ini, Mobil Cepu Ltd sebagai pemilik proyek (sekarang Exxon Mobil Cepu Ltd) menggandeng pihak konsorsium PT. Rekayasa Industri dan Likpin LLC sebagai kontraktor EPC-3 untuk pekerjaan Mooring Tower. Sedangkan konsorsium PT. Scorpa Pranedya dan Sembawang Shipyard sebagai kontraktor EPC-4 untuk pekerjaan Floating Storage and Offloading. Pekerjaan ini telah diselesaikan secara professional dan tepat waktu dengan menjalankan prinsip dasar kode etik keinsinyuran dan senantiasa memperhatikan Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup. Kepatuhan terhadap spesifikasi teknis, standard, biro klasifikasi dan peraturan peraturan yang terkait telah diperiksa dan sudah mendapatkan sertifikat sertifikat terkati. Tidak ada kecelakaan kerja selama proyek EPC-3 dan EPC-4 berlangsung. Sistem kelistrikan yang telah di desain dan dibangun dengan cara professional serta menjalankan dasar kode etik keinsinyuran memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dibuktikan dengan kehandalan sistem yang masih berfungsi dengan baik sampai saat ini setelah sembilan (9) tahun beroperasi. ...... Managing a project with billion dollars in investment is not an easy matter. Various obstacles can be encountered, both those already identified in risk studies and those unforeseen beforehand. It requires thorough planning and consideration. Generally, the stages of project development consist of conceptual design, feasibility, FEED (Front End Engineering Design), DED (Detail Engineering Design), Procurement, Construction, Commissioning, Start-Up, and Operation. The conceptual design and feasibility stages are carried out internally by the Company. The FEED stage is conducted by an engineering consultant. The DED, Procurement, Construction, and Commissioning stages are carried out by EPC Contractors (Engineering Procurement and Construction). Meanwhile, Start-Up, Operation, and Maintenance are carried out by the Company. The FEED and DED stages are where engineering practices dominate the entire work of various disciplines. The output of FEED focuses on cost estimates and scope of work as it will be used for EPC tender purposes. DED, on the other hand, is the work carried out at the early stage of EPC, and its output is used for construction and procurement activity. DED is a very crucial stage. In this project, Mobil Cepu Ltd as the project owner (now Exxon Mobil Cepu Ltd) has partnered with the consortium of PT. Rekayasa Industri and Likpin LLC as the EPC-3 contractor for the Mooring Tower work. Meanwhile, the consortium of PT. Scorpa Pranedya and Sembawang Shipyard as the EPC-4 contractor for the Floating Storage and Offloading work. This work has been completed professionally and on time by adhering to the basic principles of engineering ethics and always paying attention to Safety, Health, and Environmental aspects (K3L). Compliance with technical specifications, standards, classification bureaus, and related regulations has been checked and has obtained the relevant certificates. There were no work accidents during the EPC-3 and EPC-4 projects. The electrical system, which has been designed and built professionally and adhering to engineering ethics, has yielded maximum results. This is evidenced by the reliability of the system, which is still functioning well to this day after nine (9) years of operation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Badai geomagnet merupakan salah satu fenomena alam terpenting dalam sistem cuaca antariksa yang keberadaannya bersifat acak dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem komunikasi HF, navigasi, operasional satelit dan jaringan listrik. Di daerah lintang tinggi dan menengah, studi GIC telah banyak dilakukan, sedangkan di lintang rendah-ekuator terutama di Indonesia belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, pada makalah ini dilakukan kajian dampak badai geomagnet pada sistem trafo pendistribusi jaringan listrik di Indonesia dengan metode harmonik dan Fast Fourier Transform (FFT), sebagai langkah awal untuk memahami keberadaannya. Hasil studi secara analitik menggunakan komponen H di sekitar longitudinal stasiun Biak tahun 2000-2004, didukung hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan di lintang tinggi dan menengah serta pengukuran arus netral keluaran trafo PLN diperoleh sebuah kesimpulan bahwa pada saat badai geomagnet, fenomena kemunculan GIC potensial terjadi di Indonesia. Namun demikian, untuk memastikannya dan untuk mengetahui amplitudo kemunculan GIC pada masing-masing kejadian badai geomagnet, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dukungan data yang lebih panjang dan lengkap.
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Amirunnabil Zafran
Abstrak :
Kondisi Eksisting sudah berproduksi dengan prakira 1392 BOPD (Barrel of Oil Per Day). Berdasarkan potensi alam yang tersedia, dapat diprediksi peningkatan jumlah produksi dengan skenario sebagai berikut: Base Case 789 BOPD, Low Case 956 BOPD dan High Case 1536 BOPD. Dengan dasar adanya potensi tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan sehingga menjadikan ini sebuah proyek baru. Pengembangan yang dilakukan yaitu dengan menambahkan jumlah sumur produksi dan sumur injeksi yang berada di wilayah PT. Pertamina Hulu Rokan, Batang GS (Gathering Station), Riau. Metode injeksi yang digunakan adalah Steam Flood Injection.Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan mengembangkan kondisi eksisting dengan memperhatikan segala aspek interdisiplin. Dalam pengembangan proyek ini perlu menggunakan standar yang masih berlaku, standar perusahaan, standar nasional serta standar internasional. Struktur organisasi diterapkan agar personel yang bekerja untuk proyek memiliki kualifikasi yang sesuai dengan pengalaman serta pendidikannya. Selain itu perlu juga dilakukan sebuah perencanaan terhadap aspek keselamatan dari proyek ini. Dengan telah memperhatikan segala aspek tersebut keluaran dari proyek ini berupa sebuah desain yang detail serta estimasi harga yang dapat dipertanggungjawabkan. ......The existing condition in production with a forecast of 1392 BOPD (Barrel of Oil Per Day). Based on the available natural potential, an increase in the amount of production can be predicted with the following scenarios: Base Case 789 BOPD, Low Case 956 BOPD and High Case 1536 BOPD. On the basis of this potential, it is necessary to develop it so that this becomes a new project. The development carried out is by adding the number of production wells and injection wells in the area of PT. Pertamina Hulu Rokan, Batang GS (Gathering Station), Riau. The injection method used is Steam Flood Injection. Therefore, it is necessary to have a plan to develop the existing conditions by taking into account all interdisciplinary aspects. In developing this project, it is necessary to use standards that are still valid, company standards, national standards and international standards. The organizational structure implemented so that the personnel working for the project have qualifications that match their experience and education. In addition, it is also necessary to plan the safety aspects of this project. By paying attention to all aspects that come out of this project in the form of a detailed design and an estimated price that can be accounted for.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library