Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Bayangkan Rp 19 juta habis hanya untuk air "kata Sukiman (34), tokoh warga muda di Dusun deles, Kemalang,Klaten Jawa Tengah. Walaupun kawasan tersebut tampak hijau sejauh mata memandang , tetapi dapat di pahami memang memang bahwa tempat berketinggian rata 1.000 - 1.300 meter di atas permukaan laut itu tidak memiliki air semelimpah di kawasan yang lebih hilir....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Osmaliana Osman
Abstrak :
ABSTRAK Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang semakin pesat, kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Salah satu dampaknva adalah peningkatan limbah yang dihasilkan baik jumlahnya maupun jenisnya. Bila limbah tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga akan mengganggu kesinambungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu adanya upaya penanganan untuk mengatasi masalah pencemaran. Salah satu sumber yang dapat menimbulkan pencemaran adalah limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga. terdiri dari bermacant-macam jenis. ada yang dapat digunakan kembali dan ada yang tidak. Lebih dari itu. ada limbah yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti sisa obat-obatan, sisa pembasmi hama dan baterai kering bekas. Baterai kering yang biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. merupakan sarana yang dapat menyimpan energi kimia dan mengubahnya menjadi energi listrik. Komponen baterai kering adalah logam dan zat-zat kimia lain, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.: 148/MISK/1985. baterai kering dapat digolongkan ke dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Di DKI Jakarta, setiap rumah tangga rata-rata mengkonsumsi 10 buah baterai kering ukuran besar (UM1), 5 buah baterai berukuran sedang (UM2) dan 10 buah baterai berukuran kecil (UM3) dalam satu tahun. Diperkirakan setiap tahun. puluhan juta buah baterai kering digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian setiap tahun terdapat puluhan juta baterai kering bekas yang dapat mencemari lingkungan, karena sampai saat ini belum ada sistem pengelolaan pembuangannya. Untuk mengatasi pencemaran, khususnya yang diakibatkan oleh baterai kering bekas, perlu diciptakan sistem pengelolaannya. Pengelolaan yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan agar baterai kering bekas tidak dibuang atau digunakan secara tidak aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Untuk itu perlu diperoleh gambaran mengenai sikap yang meliputi pemahaman masyarakat mengenai pencemaran lingkungan pada umumnya, khususnya perlakuan terhadap baterai kering bekas. Di samping partisipasi masyarakat, maka keberhasilan upaya pengelolaan ditentukan pula oleh adanya sarana baik berupa sarana non fisik seperti peraturan dan sistem pengelolaannya maupun sarana fisik. Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Jakarta terhadap baterai kering bekas, sehingga terlihat gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi bila disusun suatu sistem pengelolaan dan peraturan tentang baterai kering bekas. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengkaji kedudukan baterai kering daiam peraturan-peraturan lingkungan hidup khususnya tentang pengelolaan limbah B3. mendapatkan gambaran mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan, mendapatkan gambaran mengenai perlakuan dan anggapan tentang perlakuan masyarakat terhadap baterai kering bekas. serta mendapatkan gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan baterai kering bekas. Penelitian dilakukan di 6 (enam) lokasi di wilayah DKI Jakarta dengan responden 180 orang ibu rumah tangga dari tiga kelompok permukiman. yang dalam kegiatan ini disebut sebagai permukiman bala'ah (PB) permukiman menengah (PM) dan permukiman atas (PA). Data primer diperoleh di lapangan dengan metoda survei. sedangkan data sekunder diperoleh dari tulisan baik berupa hasil-hasil penelitian, makalah ataupun peraturan-peraturan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif deskriptif. Dari penelitian ini diperoleh kesimpuIan bahwa baterai keying bekas termasuk dalarn kriteria jenis limbah B3, namun secara tersurat belum termasuk dalam daftar limbah B3 pada peraturan-peraturan yang menyangkut pengelolaan limbah B3 yaitu SK Menteri Perindustrian No. 148/MSK/4/1985 tentang pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri; PP 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun: dan PP 13/1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 19/1994. Mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan diperoleh gambaran bahwa 93,3% responden mengetahui bahwa pencemaran akan mengganggu kesehatan manusia, dan 6,7% yang menyatakan tidak tahu merupakan responden yang tinggal di kelompok PB.
ABSTRACT Along with the rapid growth of population and economic development. human activities in accomplishing their needs also increase. One of the consequences is that people produce more waste, in larger amount and variety. Waste. if not properly managed will cause pollution and finally it will endanger human life and other creatures. One of the source of environment pollution is household waste. Such waste consists of various kinds of things, some of them can he reused but some cannot. There is even toxic and dangerous waste (B3) such as chemical waste, insecticide, and used dry cells. Dry cell in daily use is a device that saves chemical energy and to turn it into electrical energy. Since the component of dry cells, are made from metal and other chemical substances. it is categories as B3. according to the Industrial Minister's Decree No.:148/MISK/1985. is categorized into B3. Each household in DKI Jakarta consumes 10 big dry cells (size UM I). 5 medium dry cells (size UM2). and 10 small dry cells (size 13M3) every year. Il is estimated that millions of dry cells are used for various needs every year. There for there are the same number of used dry cells pollute the environment and so far there is no waste management system of used dry cell has been designed. To solve the pollution problem especially as the result of used dry cells, a waste management system should be developed. Such system needs to be done as an effort to avoid the environment pollution. A view on people's perception toward environment pollution in general is acquired when deals with used dry cells. To accomplish such effort is determined by not only public participation. but also an appropriate physical and non-physical facilities such as a rule and its management system. Base on the above matter, this survey is meant: a. to understand the attitude and behavior of the community towards the B3 waste, which can be the source of environment pollution, especially to get the picture of what people understand about the environment pollution. b. to understand how the people deal with the B3 waste, to understand the people's idea on their own attitude towards the B3 waste. c. and to get the picture on the willingness of the community to participate in the effort to control the B3 waste. The survey has been conducted in 6 locations within DKI Jakarta. on 180 housewives from 3 district groups. Primary data was obtained in the field. where as secondary data was gathered from papers and regulation. This collected data was analyzed in a descriptive qualitative. The research concluded that used dry cells are categorized as hazardous waste. Although the regulations of B3 waste management (Minister of Industry's Decree No 148/M/SK/1985 on Protection of Industry's Hazardous Waste: Government Regulations (PP)/19/1994 on Hazardous Waste Management: PP/12/1995 on the Modification of PP/19/1994) have not legally included it into the list of hazardous waste. The result of the survey about people's perception on the environment is that most of the respondent (93.3%) know that pollution will affect human health. while the others (18.3%) do not know and even assume that there is danger to human life. Further study found that some people (37.8%) assume that. if the waste is thrown away far from their place. it will not cause any pollution to them. the pollution stuff that people know includes dust. exhaust fumes. plastic and other waste. Only a small part (5,3%) mentioned that used dry cell is one of the pollutant.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riara Novita
Abstrak :
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, galangan kapal menjadi salah satu industri yang sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal inilah yang menjadikan persaingan antar galangan kapal di Indonesia semakin meningkat. Untuk dapat bersaing, setiap galangan harus meningkatkan kualitas pelayanannya, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menghasilkan estimasi durasi pemeliharaan yang lebih akurat. Pada penelitian sebelumnya, telah dihasilkan model estimasi dengan menggunakan CART (Classification And Regression Tree). Akan tetapi, estimasi yang dihasilkan tidak begitu akurat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model estimasi tersebut dengan menggunakan nACDT (Numerical Ant Colony Decision Tree), yaitu suatu metode induksi decision tree dengan algoritma ant colony, untuk menghasilkan estimasi yang lebih akurat. Berdasarkan hasil estimasi yang didapatkan, diketahui bahwa estimasi yang dihasilkan nACDT lebih akurat dibandingkan CART. ...... As the largest archipelago in the world, shipyards became one of the most strategic and potential industries to be developed in Indonesia. It makes the competition among shipyards in Indonesia has increased. To compete with the others, each shipyard must improve its service quality, one of which can be done by generating an estimated duration of maintenance with higher accuracy. In the previous study, estimation model have been produced by using CART (Classification And Regression Tree). However, its estimates are not very accurate. Therefore, this study aims to develop the previous estimation model by using nACDT (Numerical Ant Colony Decision Tree), a method where decision tree is induced by ant colony algorithm, in order to produce estimates with higher accuracy. Based on the results obtained, it is known that the estimates resulted by nACDT are more accurate than CART
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rachmawati
Abstrak :
DaJam perjalanan waktu, kepadatan penduduk makin lama fedangkan dilain pihak Bumber daya alam -..er-cambah„ Akibatnya pemilikan lahan untuk u-^l.a L<=..n.i makxn menyempit, Untuk menutupi kekurannan .e.,uiu!..u-| h^ yang mendesak, jalan yang ditempuh ad,.;lcm denyan memalingkan perhatian pada tanah-tanah •^•^■i'"eng--lereng gunung, Untuk mengataB-i L X n g g x d p e f 1u k «n u s a h a k on b e i- v a si 1a hte arn u „tama di dataran Keberhaexlan penerapan konservasi lahan ada yana baik <...n c.dc< yang txdak baik atau rendah, Perbedaan ini faktor teknis juga dipenqaruhi mrnmenn u--a-M'Mx p uasar pe-r't-i^monboamnxg,a nk aaretanua fapketmoirk irsaons iasl eesekoonraonmnl d.lam rangka pengambxlan keputusan, Faktor sosial ekonor. i yang dxduga oerpengaruh dalam keberhasi Ian peneranan ad..l.,l, penuxdxkan petandxi,a jluukaasn pedmalialimka n pleanhaenli tiapne tainnii, uiiiLU peLa.iix dain pendapatan petani. Sub DAS Lesti yang menjadi wilayah penelitian merupakan kon..ei ./asx lahannyl^an atenr ddaapn adt adlaame rakhe byearnhga sbi Iaaikn dpaenn eraypaanng p a .. ... a 11 f a !■.. c o r --1 a k t o ra kyx ab na gt md ea mr pi en a gd aa rn uya hi np ye arb ,
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayat Putra
Abstrak :
Meningkatnya jumlah armada kapal nasional tentunya mempengaruhi peningkatan kebutuhan akan pengedokkan kapal, namun hal ini belum diimbangi dengan pengembangan sarana fasilitas dok kapal di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu perlunya pengembangan sarana fasilitas dok yang efisien dan handal diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada skripsi ini penulis menganalisa kecepatan operasional floating dock atau dok apung kapasitas 13.000 TLC. Tujuannya untuk membuktikan keunggulan jenis dok ini sebagai jalan keluar pengembangan fasilitas dok untuk galangan kapal di Indonesia. Untuk membandingkan kecepatan operasional dari dok apung dengan jenis dok lain maka dalam dalam penulisan tugas akhir ini, dok kolam dipilih sebagai dok pembanding untuk kemudian dianalisa waktu operasionalnya dan kapal berkapasitas 17.500 DWT diasumsikan sebagai kapal yang melakukan pengedokkan. ...... The increasing number of national ships fleet will certainly affect the increasing needs of docking ship, but this has not been matched by the development of ships docking facility in the country to meet those needs. For that reason, the need for the development of reliable docking facilities is needed to overcome those problems. In this project, the authors analyze the operational speed of a floating dry dock with 13.000 TLC. The goal is to prove the superiority of this kind of docking facility as a way out development dock to shipyards in Indonesia. To compare the operational speed of the floating dock with other types of docking facility in the writing of this final essay, graving dock is chosen as a comparison for later the operational time is to be analyzed and vessel with a capacity of 17.500 DWT is assumed as a vessel which do a periodical docking.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pemanfaatan lahan kering di Kecamatan Gedangsari dimanfaatkan sebagai penghasil tanaman pangan dan palawija dengan pola tanam tumpang sari. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara ketinggian wilayah dengan produktivitas hasil pertanian dan wilayah pemanfaatan lahan kering yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan usaha tani. Daerah penelitian terletak di Kecamatan Gedangsari meliputi ketinggian antara 100 ? 700 mdpl dengan unit analisis per 100 meter setiap ketinggian untuk pengambilan sampel. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif, analisis spasial dan analisis statistik menggunakan korelasi pearson product moment untuk hubungan ketinggian dengan variabel penelitian. Adapun hasil penelitian ini adalah semakin tinggi tempat maka produktivitas pertanian semakin menurun dan pola tanam yang diterapkan monokultur. Komoditas pertanian yang dapat diunggulkan yaitu kacang tanah. Hasil produktivitas pertanian yang rendah, dipengaruhi oleh faktor fisik, jarak ibukota kecamatan, dan belum optimalnya pemanfaatan lahan kering dengan teknik yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan orientasi hasil panen untuk keperluan sehari-hari. Wilayah yang dapat dioptimalkan meliputi ketinggian < 300 mdpl dengan kemiringan lereng < 15 %.
Abstract
The utilization of dry land in Gedangsari Sub District is used to produce flood plant and crops with intercropping pattern. The purpose of this research is to discover the relation between elevations and farm productivity also the dry land area that can be optimized to increase farming. Dry land has low fertility, steep slope, low depth and located in mountainous and hilly area. The area of this research is 100-700 meters above sea at Gedangsari Sub District with analysis 100 meters for each elevation level for sample. The method of this research is quantitative with analysis descriptive, spatial, and statistic using Person Product Moment to discover the relation of elevation and several research variables. The result of this research is that in the higher place, the farming productivity is decreasing and the farmers prefer to apply monoculture agriculture. The result of productivity is very low for dry land agriculture, besides the influence of physical factors, and distance from capital sub district it is also affected by the utilization that is still not fully optimized and the simple technique that is being used by the farmers with the orientation of daily needs. The area that can be optimized is located less than 300 meters above sea level with slope under 15%.
Universitas Indonesia, 2012
S1808
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nendyah Roestijawati
Abstrak :
Latar Belakang : Penggunaan VDT merupakan salah satu faktor risiko sindroma dry eye pada pekerja. Faktor risiko lainnya adalah faktor pekerja dan lingkungan kerja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan VDT, faktor pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye pada karyawan Universitas X Jakarta. Metoda Penelitian : Desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, sedangkan untuk data lingkungan kerja dilakukan dengan pengukuran. Diagnosis sindroma dry eye ditegakkan dengan pemeriksaan tes Schirmer dan Break-up Time (BUT). Hasil : Prevalensi sindroma dry eye pada karyawan Universitas X Jakarta sebesar 48,61%. Tidak didapatkan hubungan bermakna penggunaan VDT, faktor pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye pada karyawan Universitas X. Faktor yang berhubungan dengan sindroma dry eye pada karyawan pengguna VDT di Universitas X Jakarta adalah usia. Kesimpulan dan saran : Perlunya upaya pencegahan sindroma dry eye melalui pemeriksaan kesehatan mata secara berkala terutama kemampuan akomodasi mata yang menurun seiring dengan meningkatnya usia.
Association Between Visual Display Terminal (VDT) Work, Worker And Workplace Environment Factors With Dry Eye .Syndrome In Universitas X JakartaBackground : VDT work is risk factor for dry eye syndrome. The other risk factor of thy eye syndrome are worker and workplace environment _factors. To find out association between VDT work, worker and workplace environment factors with thy eye syndrome a study was done in X University Jakarta. Methods : A cross sectional study was used. Data of VDT work was collected by questionnaire, while for workplace environment was collected by measurement. Dry eye syndrome was determined using Schirmer test and Break-up Time (BUT) test. Results' : The prevalence of dry eye syndrome among workers in X University Jakarta is 48,61%. There was no association between VDT work, worker and workplace environment factors with dry eye syndrome. The risk factor that associated with dry eye syndrome among VDT worker was age. Conclusions : Periodical medical check up was needed to prevent dry eye syndrome especially eye accommodation examination that related with age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Gozali
Abstrak :
Tujuan: Menilai efektifitas dan efek samping fluorometolon (full) 0,1% dalam penatalaksanaan dry eye tipe defisiensi akuos Metode: Penelitian ini merupakan studi uji Minis prospektif, randomisasi dan tersamar ganda di sebuah panti wredha. Sebanyak 35 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini merupakan dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren. Subjek diacak ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan fluorometolon 0,1% dan kelompok 2 mendapatkan hidroksipropil metilselulosa 0,3% (kontrol). Penilaian efektifitas berdasarkan skor gejala, tes Schirmer tanpa anestesi, fluorescein break up time (FBUT), pewarnaan fluoresein dan sensitivitas kornea dilakukan pada hari 0, 14 dan 28. Pemeriksaan derajat metaplasia skuamosa dilakukan 2 kali yaitu pada hari 0 dan 28. Penilaian efek samping dilihat dari tekanan intraokular dan katarak. Analisis statistik dilakukan di dalam dan antar kelompok. Hasil: Kedua kelompok mengalami perbaikan gejala, tanda klinis dan derajat metaplasia yang bermakna dari data dasar. Namun tidak didapatkan perbaikan bermakna antara hari 14 dan 28 pada kelompok kontrol. Hasil tes Schirmer dan FBUT lebih baik secara bermakna di kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 14 dan 28. Perbaikan pewarnaan fluoresein lebih berkurang secara bermakna pada kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 28. Skor gejala, sensitivitas kornea dan perbaikan derajat metaplasia tidak berbeda bermakna antar kelompok namun cenderung lebih balk pada kelompok fluorometolon. Efek samping berupa rasa Iengket dan gatal pada ke dua kelompok tidak berbeda bermakna. Tekanan intraokular cenderung stabil dan tidak didapatkan progresifitas katarak selama penelitian. Kesimpulan: Fluorometolon 0,1% topikal memberikan perbaikan gejala dan tanda Minis yang bermakna pada dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren.
Purpose: To evaluate the effectiveness and safety of fluorometholone (fml) 0.1% in non-Surgery dry eye syndrome. Methods: A prospective, randomized, double-masked, clinical trial was conducted in a nursing home. Thirty-five non-Sjogren dry 'eye subjects were included in the study. The subjects were randomized into two groups. Group 1 subjects received fluorometholone 0.1% and group 2 received hydroxypropyl methylcellulose (control). The eye symptom severity score, Schirmer test without anesthesia values, fluorescein break up time (FBUT), fluoresecein staining scores and corneal sensitivity were evaluated before treatment, 14 and 28 days after start the treatment. The degree of squamous metaplasia was evaluated before treatment and day 28. Intraocular pressure, cataract formation and other side effects were recorded to evaluate the safety in both groups. Statistical analyses were performed within and between groups. Results: Both groups had significant differences compared with their baseline measurements in all of the parameters. However, subjects in the control group showed no significantly improvements between day 14 and day 30. There were no significant differences between groups on symptom severity score and corneal sensitivity on day 14 and 28. The degree of squamous metaplasia was not significantly different between groups on day 28. The FML group had significantly better Schirmer test value and FBUT on days 14 and 28 compared to control group. The fml group subjects also had significantly lower fluorescein staining on days 28. The side effects detected in fml group were sticky and itchy, comparable to control group. Intraocular pressure was stable and no progression of cataract formation. Conclusion: Topical fluorometholone 0.1% had a clearly beneficial effect both on subjective and objective clinical parameters of non-Sjogren dry eye patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arian Aditya Adi Nugroho
Abstrak :
Latar Belakang: Dry eye (DE) menjadi salah satu masalah kesehatan terbanyak yang dilaporkan di lingkungan kantor. Studi sebelumnya telah melaporkan sebesar 1 dari 3 pekerja perkantoran mengalami DE. Gejala DE dapat memengaruhi kenyamatan mata dan menurunkan kualitas hidup, yang selanjutnya dapat memperburuk produktivitas kerja dan menimbulkan beban ekonomi akibat perawatan medis dan menurunnya performa pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan gejala DE pada pekerja perkantoran dan pekerja lapangan di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang untuk menilai gejala DE pada pekerja perkantoran dan penebang tebu dengan menggunakan kuesioner Ocular Surface Disease Index (OSDI) versi Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga menilai faktor risiko yang berperan pada terjadinya DE. Hasil: Sebanyak 268 subjek penelitian (142 pekerja kantoran dan 126 penebang tebu) diikutsertakan dalam analisis data. Lebih dari setengah (56.3%) pekerja mengalami gejala DE (OSDI >12). Prevalensi DE lebih besar pada pekerja perkantoran (37.7%) dibandingkan penebang tebu (18.7%) (OR 3.74, IK 95% 2.25, 6.23). Faktor yang mempengaruhi terjadinya DE antara lain usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, durasi jam kerja, status merokok, penggunaan lensa kontak, penyakit sistemik dan durasi menggunakan gadget. Hasil analisis multivariat menunjukan usia merupakan faktor yang paling memengaruhi terjadinya DE (p < 0.001). Kesimpulan: Penebang tebu memiliki risiko tiga kali lebih rendah untuk mengalami DE dibandingkan pekerja perkantoran. Hal ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan pada pekerja perkantoran yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DE. Kata Kunci: Dry Eye; Mata Kering; OSDI; Risiko Pekerjaan; Pekerja Perkantoran; Penebang Tebu. ......Background: Dry eye (DE) is one of the most common health problems in the office environment. Previous study has reported that 1 out of 3 office workers experienced DE. The symptoms of DE may affect eye health and reduce the quality of life, which in turn decrease work productivity and cause an economic burden due to medical treatment and decreased worker performance. This study aimed to compare the severity of DE in office workers and field workers in Indonesia. Methods: This study was a cross-sectional observational study to assess the severity of DE in office workers and sugarcane loggers using the Indonesian version of the Ocular Surface Disease Index (OSDI) questionnaire. This study also assessed the risk factors that play a role in the occurrence of DE. Results: A total of 268 research subjects (142 office workers and 126 sugarcane loggers) were included in the data analysis. More than half (56.3%) of workers experienced DE symptoms (OSDI >12). The prevalence of DE was higher among office workers (37.7%) than sugarcane loggers (18.7%) (OR 3.74, 95% CI 2.25, 6.23). Factors that influence the occurrence of DE included age, gender, type of work, duration of working hours, smoking status, use of contact lenses, systemic diseases and duration of using gadgets. The results of multivariate analysis indicated that age was the most influencing factor for ED (p < 0.001). Conclusion: Sugarcane loggers have three times less risk of presenting DE symptoms than office workers. It is due to environmental influences on office workers which might increase the risk of DE.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>