Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Binarso
Abstrak :
Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan pasien di Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kemajuan tingkat sosio ekonomi masyarakat menyebabkan tuntutan mutu layanan kesehatan yang lebih baik dengan akibat biaya yang diperlukan Rumah Sakit meningkat, dimana biaya obat merupakan komponen biaya yang paling besar. Kemajuan ilmu pengetahuan dibidang Kedokteran menyebabkan munculnya sub-sub spesialis, sehingga jenis obat yang harus disediakan oleh Rumah Sakit semakin banyak. Besarnya biaya serta banyaknya jenis obat yang harus disediakan memerlukan pengendalian persediaan obat yang baik agar terjamin tersedianya obat dengan jumlah, jenis dan mutu yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya nilai investasi, jumlah pemakaian dan indeks kritis persediaan obat di Irna A dalam upaya pengendalian persediaan. Analisis ABC dan analisis indeks kritis ABC dilakukan dengan mengurutkan dan mengelompokkan obat yang dipakai di Irna A periode April 1995 - Maret 1996, berdasarkan nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis yang didapatkan dari hasil kuesioner dokter spesialis bedah, bedah syaraf, penyakit jantung dan mata; kemudian dihitung indeks kritis masing-masing obat sehingga didapatkan kelompok A dengan indeks kritis tinggi, kelompok B dengan indeks kritis sedang dan kelompok C dengan indeks kritis rendah. Dari analisis ABC didapatkan hasil bahwa kelompok A yang memerlukan investasi paling tinggi yaitu (70,75 % dari seluruh biaya) terdiri dari 6,33 % jenis obat, kelompok B menelan biaya 20,21 % terdiri dari 7,67 % jenis obat dan kelompok C hanya membutuhkan 9,04 % biaya investasi ternyata merupakan 86 % dari semua jenis obat. Dari analisis indeks kritis ABC bila dilihat dari kritis tidaknya obat terhadap pelayanan pasien ternyata obat dengan nilai investasi rendah dapat mempunyai indeks kritis tinggi dan sebaliknya. Hasil analisis indeks kritis ABC digunakan untuk pengendalian persediaan, yang berbeda untuk kelompok A, B dan C. Disarankan dalam menyusun formularium obat rumah sakit, penentuan jenis obat dipertimbangkan kritis tidaknya obat untuk pelayanan pasien dengan melibatkan dokter spesialis pengguna, dan program komputer yang ada dilengkapi dengan analisis ABC untuk pengendalian kuantitatif ; disamping itu diperlukan pula perbaikan pada rangkaian kegiatan manajemen persediaan. ......Drug Inventory Control with Abc Critical Index Analysis in Irna A RSUP Dr. Kariadi Semarang From April 1995 To March 1996Drug providing for health service in hospital is something unbreakable union. Social - economic statues development demands better quality health service that increase hospital costs where drug cost is the biggest component. Science improvement in medicine make the new sub-specialist and the more drug items must be providing in hospital as consequently. This condition needs a good drug controlling to guarantee the right amount, items, and quality as well. The purpose of this research is to know the value of investation, the amount of usage and the critical index drug stocks in Irna A in order to control the stocks. ABC analysis and ABC critical index analysis are done by sorting and grouping drug used in Irna A from April 1995 to March 1996, bases on the investation value, usage value, and critical value that got from the result of questionnaire of surgeon, neuro surgeon, cardiologist and ophthalmologist. Then by counting each critical index item, we get group A with high critical index, group B with moderate critical index and group C with low critical index. As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest investation cost (70,75 % of all costs) consist of 6,33 % drug items, group B spends 20,21 % consist of 7,67 % drug items and group C needs only 9,04 % but consist 86 % of all drugs. The ABC critical index analysis show us that drug with low investation can cause high critical index and high investation has low index. As suggestion, to make a formularium, drug item decision is considered to its criticism to health service involving specialist as their users, and ABC analysis computerized program. to control the quality, beside their improvement of inventory management.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T1081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Kori Kallista
Abstrak :
Hasil obversasi awal pada tahun 2021 didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa obat mati (dead stock) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Hal ini dikarenakan perhitungan safety stock obat yang belum tepat sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan obat (overstock). Selain itu, terdapat kendala dalam pemesanan obat dikarenakan tidak adanya penentuan obat yang harus diutamakan dalam pemesanan. Oleh karena itu, studi perencanaan obat berdasarkan Quick (2012) menggunakan analisis ABC (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), dan ROP (Reorder Point) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara dilakukan sehingga dihasilkan pembelian obat dengan jumlah yang ekonomis, pada waktu yang tepat, dan mencegah terjadinya kelebihan obat (overstock) maupun kekosongan obat (stockout). Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data pemakaian obat pada tahun 2021. Sampel pada penelitian ini adalah obat yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Dari hasil penelitian, analisis ABC terhadao 251 obat menunjukkan bahwa obat yang masuk kedalam kelompok A adalah sebanyak 40 item obat dengan nilai investasi sebesar 79,47%, kelompok B sebanyak 48 item obat dengan nilai investasi sebesar 15,43%, dan kelompok C sebanyak 163 item obat dengan nilai investasi sebesar 5,10%. Perhitungan EOQ pada penelitian menghasilkan jumlah pemesanan persediaan obat yang ekonomis dengan variasi mulai dari 1-377 botol, 1-243 box, dan 2-13 kolf. Pemesanan obat dilakukan kembali ketika persediaan telah mencapai jumlah minimummnya (reorder point), dengan variasi mulai dari 1-11.019 satuan dari 21 unit obat yang berbeda. ......The results of initial observations in 2021 obtained information that there were several dead stock drugs at Jatinegara Sub-district Health Center. This is due to the inaccurate calculation of drug safety stock, which causes overstocking of drugs. In addition, there are obstacles in ordering drugs because there is no determination of which drugs that should be prioritized in ordering. Therefore, the study of drug planning inventory control based on Quick (2012) was carried out through ABC analysis (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), and ROP (Reorder Point) systems at Jatinegara Sub-district Health Center so that the purchase of drugs in economical quantities was carried out, at the right time and prevent overstocks or stockouts. This study was conducted retrospectively using drug use data in 2021. The sample in this study was drugs used at the Jatinegara Sub-district Health Center in 2021. From the results of the study, the ABC analysis showed that the drugs included in group A were as many as 40 drug items with an investment value of 79,47%, group B as many as 48 drug items with an investment value of 15,43%, and group C as many as 163 drug items with an investment value of 5,10%. The EOQ calculation in the study resulted in an economical number of drug supply orders with variations ranging from 1-377 bottles, 1-243 boxes, and 2-13 kolf. Drug orders are made again when supplies have reached their minimum amount (reorder point), with variations ranging from 1-11.019 units from 21 different drug units.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Nur Zuliani
Abstrak :
Biaya pemakaian obat di Indonesia mencapai 39% dari biaya kesehatan, variasi obat yang luas menyebabkan banyaknya obat-obatan yang tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kelompok obat antibiotik dengan nilai investasi dan pemakaian tinggi, sedang dan rendah, mengetahui tingkat kekritisan obat serta pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis ABC Indeks Kritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh dokter-dokter yang terlibat dalam peresepan dan data sekunder diperoleh dari telaah dokumen dan studi kepustakaan. Dengan menggunakan analisis ABC Indeks Kritis di dapatkan kelompok A sebanyak 12 item. Pada kelompok B terdapat 84 item, sedangkan item obat pada kelompok C berjumlah 176 item. Pengendalian pada kelompok A Indeks Kritis dilakukan dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan Reroder Poin (ROP). ......Medicine Cost in Indonesia reaches 39% of health cost. The purpose of this research to describe high, medium and low investation and use antibiotic medicine group, know medicine critical level and stock control with ABC Critical Index analysis. Method used in this research is quantitative descriptive. Primary data was gotten from questionnaire filled by doctors involved in medicine preparation and secondary data was gotten from analyzed document and literature study with ABC Critical Index analysis reached 12 items in Group A. These are 84 items in group B and there are 176 items in group C. Controlling in group A, Critical Index Analysis is done with Economic Order Quantity (EOQ) Model and Reorder Point (ROP) Model.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurillahidayati
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengendalian persediaan obat Non Lafial di Departemen Farmasi RSAL Dr. Mintohardjo tahun 2008. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dari hasil observasi dan wawancara mendalam dan data sekunder dari telaah dokumen. Dari hasil analisis ABC investasi didapatkan kelompok A 38 item, kelompok B 57 item, dan kelompok C 205 item. Dari perhitungan EOQ didapat hasil antara 2 - 2.569 item. Dari perhitungan ROP didapat hasil antara 1 - 500 item. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengendalian persediaan di Departemen Farmasi belum berjalan optimal dan disarankan melakukan pengendalian persediaan sesuai dengan analisis ABC, EOQ, dan ROP. ......The purpose of this study is to know inventory contol of Non Lafial Drugs at Pharmacy Department on Navy Hospital Dr. Mintohardjo. Kind of research is descriptive qualitative and quantitave. The primary data were collected by observation and deep interview and secondary data from document study. The result from ABC`s analysis is reach group A 38 item, group B 57 item, and group C 205 item. For EOQ`s calculation the result between 2 - 2.569 item. The last, from ROP`s calculation the result between 1 - 500 item. The conclusion from this research is inventory control at Pharmacy Departmen have not been run well and suggest to do the inventory control with ABC`s analysis, EOQ, and ROP.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vergnaud, Jean-Maurice
New York: Ellis Horwood, 1993
615.19 VER c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Dewantara
Abstrak :
Hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa digunakan sebagai sediaan mengapung untuk obat amoksisilin trihidrat. Sebagai pembuat daya apung digunakan agen pembentuk pori APP CaCO3, serta sebagai penyusun matriks digunakan biopolimer kitosan dan metil selulosa, dengan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Obat amoksisilin trihidrat dijerat ke dalam matriks hidrogel menggunakan dua metode in situ loading dan post loading untuk selanjutnya dilakukan uji efisiensi penjeratan serta disolusi obat dari kedua metode tersebut, dan didapatkan nilai efisiensi sebesar 71 untuk metode post loading, sedangkan untuk in situ loading nilainya sebesar 100 . Uji disolusi dilakukan dalam waktu 180 menit dan didapatkan nilai akumulasi persentase disolusi obat pada metode post loading sebesar 72 dan pada metode in situ loading sebesar 96 . Nilai yang didapat dari uji disolusi selanjutnya digunakan untuk menganalisa mekanisme pelepasan obat amoksisilin trihidrat dari matriks hidrogel. Sebagai parameter, digunakan 4 model kinetika pelepasan obat, yaitu orde nol, orde satu, Higuchi, dan Korsmeyer-Peppas. Kedua metode penjeratan obat memiliki mekanisme pelepasan obat yang sama yaitu model kinetika Higuchi dimana proses pelepasan obat dari matriks hidrogel hanya melewati proses difusi. Degradasi dari matriks terjadi akibat larutan asam yang dijadikan media untuk disolusi obat dan tingkat degradasinya dilihat menggunakan mikroskop optik, namun hal tersebut tidak berpengaruh kepada mekanisme pelepasan obat secara langsung. Adanya CaCO3 sebagai agen pembentuk pori membuat proses pelepasan obat lebih mudah menggunakan teknik difusi daripada degradasi. Agen pembentuk pori juga menyebabkan pori didalam matriks hidrogel saling terhubung dan membentuk interkoneksi yang cukup berpengaruh terhadap mekanisme pelepasan obat. Interkoneksi yang terjadi dilihat menggunakan Scanning Electron Microscope SEM , dan hasilnya jumlah dan luas dari interkoneksi yang terdapat di dalam matriks hidrogel bertambah seiring berlangsungnya proses disolusi.
Chitosan methyl cellulose semi IPN hydrogel is used as floating drug delivery system, and calcium carbonate also added as pore forming agent. The hydrogel network arranged by not only using biopolymer chitosan and methyl cellulose, but also the crosslinker agent that is glutaraldehide, which will create bond with chitosan. Amoxicillin trihydrate entrapped into the polymer network with two different method, in situ loading and post loading. Furthermore both method has been tested for drug entrapment efficiency along with drug dissolution test, and the result for durg entrapment efficiency is in situ loading method has highest value of 100 , compared to post loading method which has value only 71 . Moreover, at the final time of drug dissolution test shows that in situ loading method has value of 96 for total accumulation of drug dissolution, mean while post loading method has 72 . The value of drug dissolution test from both method is used for analyzing drug dissolution mechanism of amoxicillin trihydrate from hydrogel network. For mechanism parameter, four kinetic models of drug dissolution mechanism is used, which are zero order, first order, Higuchi, and Korsmeyyer Peppas. Both drug entrapment method has same result for drug dissolution mechanism, that is Higuchi model kinetic which follow the Fickian rsquo s law for drug dissolution mechanism. The polymer network encounter destructive degradation causes by acid solution which used as dissolution medium, and the level of degradation is observed with optical microscope. However the result shows that degradation of the polymer network doesn rsquo t affect drug dissolution mechanism directly. Although the pore forming agent causes the pore inside the hydrogel network create interconnection and it was quite influential to drug dissolution mechanism. Interconnected pore is observed with Scanning Electron Microscope SEM and shows that the amount and area of interconnected pore inside the hydrogel network is increasing as drug dissolution goes on.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Ellis Horwood, 1989
615.5 PHA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pitched at a level comprehensible to those new to the field, this authoritative text covers the scientific and technological fundamentals of drug delivery as well as clinical applications and the developmental potential in controlled release drug delivery.
New York: Springer, 2012
e20417665
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Garnis Fithawati
Abstrak :
Pengobatan umum akibat bakteri Helicobacter pylori dengan amoksisilin trihidrat yang dikonsumsi secara oral dan berulang kurang efektif. Hal ini dikarenakan amoksisilin trihidrat memiliki waktu yang singkat dalam lambung. Enkapsulasi amoksisilin trihidrat ke dalam matriks sistem penghantar obat mengapung dapat mengatasi masalah tersebut. Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat dienkapsulasi ke dalam matriks hidrogel Semi-IPN kitosan metil selulosa sebagai sistem penghantar obat mengapung dengan adanya penambahan agen pembentuk pori 20 KHCO3. Metode loading obat dilakukan secara in situ loading dan post loading. Metode loading obat in situ loading memberikan hasil efisiensi penjeratan dan persen disolusi lebih tinggi dibanding proses post loading. Efisiensi dan persen disolusi in situ loading yang didapatkan adalah 100 dan 92,70 secara berurutan. Sedangkan Efisiensi dan persen disolusi post loading adalah 98,7 dan 90,42 secara berurutan. Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan pendekatan kinetika membuktikan bahwa baik in situ loading maupun post loading adalah difusi dan degradasi dengan nilai n berturut-turut 0,4913 dan 0,4602. Hasil tersebut didukung dengan adanya karakterisasi menggunakan mikroskop optik yang dilanjutkan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy SEM . Pada hasil mikroskop optik pada kedua metode loading terlihat bahwa permukaan hidrogel semakin kasar. Dan hasil SEM pada kedua metode loading terihat bahwa terbentuknya pori yang memanjang setelah dilakukan uji disolusi.
Common treatment for Helicobacter pylori by repeated oral consumption of amoxicillin trihydrate is not effective. Amoxicillin trihydrate has a very short residence time in stomach which leads into its ineffectiveness. Residence time of amoxicillin trihydrate can be improved by encapsulating amoxicillin trihydrate into a floating drug delivery system. In this study, amoxicillin trihydrate is encapsulated into hydrogel semi IPN chitosan methyl cellulose matrix as a floating drug delivery system and then treated with 20 KHCO3 as pore forming agent. Drug loading process used are in situ loading and post loading. In situ loading process has higher efficiency percentage and dissolution percentage than post loading process. In situ loading process resulted 100 efficiency with 92,70 dissolution percentage. Post loading process resulted 98,7 efficiency with 90,42 dissolution percentage. Mechanism of drug dissolution study by kinetics approach showed both in situ loading process and post loading process are diffusion and degradation process n 0,4913 and n 0,4602 respectively. These results are supported by characterization data from optical microscope and scanning electron microscopy SEM . Data from optical microscope showed both loading process resulted in coarser hydrogel surface. Characterization using SEM showed elongated pores in both loading process after dissolution test.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book describes the theories, applications, and challenges for different oral controlled release formulations. This book differs from most in its focus on oral controlled release formulation design and process development. It also covers the related areas like preformulation, biopharmaceutics, in vitro-in vivo correlations (IVIVC), quality by design (QbD), and regulatory issues
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2010
e20394416
eBooks  Universitas Indonesia Library