Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Murwati
Abstrak :
Pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik adalah merupakan hal yang sangat vital. Hal ini terjadi karena karakteristik pelayanan rumah sakit dimana hasil dari pelayanan medis oleh dokter dalam memberikan terapi kepada pasien akan menimbulkan kebutuhan obat. Bagaimanapun baiknya pelayanan medis yang diberikan apabila terhambat oleh adanya kekosongan obat akan menyebabkan mutu pelayanan medis yang dihasilkan tidak optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses pemenuhan kebutuhan terjadi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemenuhan kebutuhan, serta apa kendala-kendala yang terjadi dan mengganggu kelancaran dalam pelaksanaan proses tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan proses yang diteliti, melakukan observasi terhadap proses yang terjadi di lapangan, serta dilengkapi dengan melakukan telaah data administrasi kegiatan yang ada di Bidang Logistik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan penyebab timbulnya masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik terdapat baik di Instalasi Farmasi dan Bidang Logistik. Kendala yang menyebabkan masalah terjadi yaitu kebijakan yang dilakukan di Bidang Logistik, sumber daya manusia yang bertugas baik di Instalasi Farmasi maupun di Bidang Logistik. Faktor lain yang dapat mengganggu pemenuhan adalah kegagalan pengiriman barang pesanan oleh suplier. Dapat dilihat penyebab terjadinya masalah juga disebabkan adanya perbedaan dalam cara menyusun perencanaan kebutuhan yang dilakukan antara Instalasi Farmasi dan Bidang Logistik. Proses pengadaan juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pemenuhan. Masih ditemukan adanya masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik yang diakibatkan karena pengaruh faktor-faktor yang ada baik di Instalasi Farmasi maupun di Bidang Logistik. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan proses pemenuhan kebutuhan diupayakan dengan melalui peningkatan baik kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia. Juga perlu diberikan pengetahuan kepada semua yang terkait dengan persediaan logistik farmasi, lakukan pengendalian melalui koordinasi mulai dari tahapan perencanaan kebutuhan antara bagian pemakai dalam hal ini Instalasi Farmasi dengan Bidang Logistik sebagai penanggung jawab pengadaan barang farmasi. Tujuannya adalah agar masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik dapat ditiadakan atau diminimalkan.
Study of Full Fill Process the Drug Pharmacy Department needs by Logistic Department in Bayukarta HospitalTo full fill of drug Pharmacy Department needs by Logistic Department is a rimary things. Its caused by hospital services characteristic with result from medical services by doctors giving diagnostic to the patient can caused the drugs need. Even though the medical services good if delayed by emptiness drugs on medicine stock will caused of medical services not optimum. The goal of this study is to know how to full fill the needing happened, what the factors can be influence that, and what handicaps can be happened in this process. This research is qualitative study where the data is taken by in depth interview with person who have connect with this research, doing observation with the process that happened at the field, and to doing research administration data on Logistic Department who have connect with this research. The result of research showed cause of problems in full fill need by Logistic Department at Pharmacy Department and Logistic Department. Shown handicap that caused the problem, its policy by Logistic Department, human resources that handled in Pharmacy Department and Logistic Department. The other factor who can disturb supply in the delivery fault by vendor. Shown cause of problem happened is different way of the need planning between Pharmacy Department and Logistic Department And the purchase process to influence that full fill failure too. Still founded many problems in full fill the needing of drugs Pharmacy Department by Logistic Department causing by influence at Pharmacy Department or Logistic Department. The things that should be prepare to the problems of process to full fill the needing with increasing Quality , Quantity and development of knowledge to all people who connect with drug stock, do the controlling by coordinating from the plan of need of customer in this ease is Pharmacy Department with Logistic Department as authority purchase drugs. The goal of the problem in drugs full fill Pharmacy Department by Logistic Department can do minimized.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Nurdiani
Abstrak :
Di era otonomi daerah dan desentralisasi saat ini, kegiatan perencanaan kabupaten menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan mekanisme dan kemampuan melakukan analisis masalah kesehatan daerah secara tepat menetapkan target program kesehatan secara realistis, menjabarkan target program tersebut dalam rencana kegiatan, menghitung biaya yang realistis untuk melaksanakan kegiatan tersebut, menyusun anggaran dari berbagai sumber, mengembangkan upaya mobilisasi dana masyarakat dan efektivitas advokasi Dinas Kesehatan kepada DPRD dan Pemda. Oleh karena itu agar dapat dihasilkan perencanaan obat yang optimal perlu didukung oleh suatu sistem perencanaan dan penganggaran yang baik, meliputi ketersediaan sumber daya yang memadai, tenaga perencana yang profesional, sarana penunjang kerja, dana dan tersediaanya informasi yang akurat serta penggunaan metode yang tepat. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap sistem perencanaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2003 dengan pendekatan sistem. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan pejabat lintas program di Dinas Kesehatan, pejabat lintas sektor terkait, staf teknis maupun anggota panitia pengadaan obat Kabupaten Lampung Selatan. Untuk menjaga validitas data dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metoda. Pengolahan data dibuat dalam dibentuk matriks yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi, yaitu analisis sesuai topik atau masalah . HasiI penelitian menunjukkan bahwa kendala utama dalam penyusunan perencanaan obat adalah data yang kurang akurat dan tidak valid yang disebabkan oleh kurangnya tenaga teknis profesional farmasi di puskesmas dan kurangnya sarana yang menunjang penyusunan perencanaan obat di kabupaten. Perencanaan obat telah dilakukan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor meskipun SK Tim Perencanaan Obat belum pernah diperbaharui. Disarankan agar pihak Pemda memberdayakan Tim Perencanaan Obat yang ada, SK Tim diperbaharui dan ditembuskan ke setiap anggota Tim. Dinas Kesehatan meningkatkan advokasi dan lobbying terhadap Pemda dan DPRD dalam upaya pengembangan SDM yang ada, pelaksana teknis diberikan pelatihan di dalam pekerjaan untuk mengolah data, sarana komputer yang ada ditambah.
Analysis on Basic Health Care Drug Planning System Implemented in South Lampung District year 2003In local autonomy and decentralization era, planning activity in district level is unquestionably important. This is related to mechanism and capacity to analyze local health problem appropriately, set health program targets realistically, unravel those targets in activity plans, calculate realistic budget, fetch funding from different sources, develop community fund mobilization efforts, and effectively advocate Local Parliament and Local Government. To produce optimal drug planning, it is necessary to have good planning and budgeting system including adequate resources, professional planners, sufficient facilities and funding, availability of accurate information, and use of appropriate method. This study analyzed the basic health care drug planning system implemented in South Lampung District year 2003 using system approach. Design of the study was qualitative and data was collected through in-depth interview. Informants included inter-program officers in Health Office, inter-sector officers, technical staff, and members of drug procurement committee in South Lampung District. To maintain the validity, both source and method triangulations were employed. Data was presented in matrix and was analyzed using content analysis approach according to topics. The results of this study informed that main obstacle in developing drug planning was inaccurate less valid data due to lack of professional technical pharmacist in public health centers and lack of facilities in the district level. Drug planning had already involved other program and other sector, but the legal letter of appointment had never been renewed. It is recommended to local government to empower the existing drug planning team and to renew its letter of appointment. To Health Office, it is recommended to improve advocacy and lobby to local government and local parliament, to develop the existing human resources, to provide training for technical staff to manage and analyze the data and to add the number of computers.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luwiharsih
Abstrak :
Pemilihan obat yang aman, tepat dan rasional akan mempengaruhi proses penyembuhan. Dengan makin banyaknya macam dan jenis obat akan menyulitkan pemilihan obat yang tepat bagi dokter. Kurangnya pengetahuan farmacologis terutama untuk obat baru, bersamaan dengan sikap bebas dokter dalam memilih obat menimbulkan selera yang berbeda. Selain itu adanya promosi obat yang terdorong oleh target penjualan tertentu akan menimbulkan konsumsi berlebihan berupa penggunaan obat yang tidak rasional dan merugikan pemakai obat. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan seleksi obat yang di rumah sakit lebih dikenal dengan nama formularium rumah sakit yaitu merupakan buku yang berisi kumpulan_ nama - nama obat yang dipakai di rumah sakit tersebut. Dengan diberlakukannya formularium rumah sakit maka mengganggu kebebasan dokter dalam memilih obat dan ini sering menimbulkan konflik bagi dokter sehingga formularium rumah sakit belum dipergunakan sebagaimana mestinya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi penggunaan formularium rumah sakit dan hubungan faktor tersebut dengan penggunaan formularium rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip analitik dengan mengadakan wawancara kepada seluruh dokter di Unit Rawat Jalan dan mengobservasi resep antibiotik dan analgetik yang ditulisnya selam bulan April 1989. Dari hasil observasi resep didapatkan data rata - rata penggunaan formularium rumah sakit adalah 51.29 %. Dengan bantuan analisis statistik yaitu uji chi square, uji phi maka didapatkan perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap, komunikasi, koordinasi, resources dan referensi dengan penggunaan formularium rumah sakit. Nilai phi tertinggi pada pengetahuan dokter dan terendah pada koordinasi dokter dan farmasi. Dengan regresi ganda full model didapatkan bahwa pengetahuan, sikap, komunikasi, koordinasi, resources dan referensi secara bersamaan mempengaruhi penggunaan formularium maka model dapat diterima dengan nilai F dalam batas minimal. Maka dilakukan regresi ganda metode forward step wise dimana hanya pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi penggunaan formularium. Sedangkan komunikasi, koordinasi, resoucres dan referensi dikeluarkan dari model. Untuk uji selanjutnya dilakukan uji regresi ganda dengan variabel terikat pengetahuan dan sikap dan variabel bebasnya komunikasi, koordinasi, resources dan referensi maka dikembangkanlah model penggunaan formularium yaitu penggunaan formularium dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sedangkan pengetahuan dipengaruhi komunikasi dan komunikasi dipengaruhi oleh koordinasi. Hasil dari uji tersebut sikap dipengaruhi komunikasi, resources dan referensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi penggunaan formularium, sedangkan komunikasi, koordinasi, resources dan referensi pengaruhnya terhadap penggunaan formularium tidak secara langsung tetapi melalui pengetahuan dan sikap. Disarankan agar Pimpinan RS Husada meningkatkan pengetahuan dokter dengan pemberian informasi secara formal dan informal. Selain itu bagi instalasi farmasi peneliti sarankan untuk mengembangkan buku daftar obat standar menjadi buku formularium lengkap dengan ukuran saku dan dibagikan kepada setiap dokter.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamat Nurahmat
Abstrak :
Hasil observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Kabupatcn Majalengka, menunjukkan bahwa ada masalah-masalah yang mengganggu pelayanan diantaranya masalah pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi berupa obat dan alai kesehatan habis pakai. Hal itu menggambarkan masih lernahnya pelaksanaan pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Majalengka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mcngetahui faktor kebijakan, faktor organisasi. faktor perencanaan. faktor prosedur. faktor sumberdaya manusia, faktor pencatatan pelaporan dan faktor evaluasi terhadap pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi. Penelitian dilaksanakan tanggal 6 Maret sampai dengan tanggal 10 Mei 2006. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sumber data dari informan, telaah dokumen dan pengamatan langsung. Hasil penelitian adalah perlama Variabel Kebijakan. kebijakan yang ditetapkan telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua Variabel Organisasi, hasilnya adalah bagian-bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai tugas wewenang yang berbeda dengan bagian unit lain dan tidak terjadi duplikasi tugas dan wewenang. Ketiga Variabel Perencanaan. hasil yang didapat bahwa perencanaan rutin dan perencanaan tahunan kebutuhan barang farmasi tidak dilaksanakan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku, tidak membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU) dan ada dokter yang tidak mematuhi formularium obat. Keempat Variabel prosedur. hasilnya sccara umum setiap bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai prosedur tetap. Kelima Variabel Sumber Daya Manusia. Instalasi Farmasi masih membutuhkan tiga orang pegawai sedangkan personil Panitia Pengadaan Pekerjaan Unit merangkap tugas dengan tugas pokok lainnya dan belum memiliki ruang sekretariat khusus. Keenam Variabel Pencatatan Pelaporan hasil yang didapat adalah buku penerimaan barang, kartu barang dan pencatatan pendapatan obat tidak dicatat secara akurat. Pelaporan eksternal tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketujuh Variabel Evaluasi, Pelaksanaan evaluasi belum optimal, tidak dilaksanakan sesuai dengan tugas kewenangannya. Kedelupan Variable Pengadaan, Obat atas kesehatan habis pakai yang dipesan ke Perusahaan belum semuanya dikirim sesuai dengan pesanan, seluruh penerimaan barang ke rumah sakit diterima pemegang barang dan diperiksa Panitia perneriksa barang. Kesembilan Variabel Penyimpanan, Secara umum penyimpanan telah sesuai dengan peraturan namun sistim penyimpanan di Gudang induk dikelompokan berdasarkan pemasok. Kesepuluh Variabel Penyaluran, diketahui bahwa masih terdapat pennintaan obat alai kesehatan habis pakai dan atau resep yang tidak dipenuhi sesuai permintaan. Saran dari peneliti adalah buat dokumen kebutuhan barang unit yang mengakomodir kebutuhan pengguna. Optimalisasi pencatatan administrasi dan pendapatan barang farmasi rumah sakit. Tingkatkan kerjasama dengan pemasok tentang pembayaran dan pengiriman barang. Tetapkan buffer stock barang farmasi di gudang induk dan di instalasi farmasi. Perlu penambahan tiga pegawai di instalasi farmasi. sekretaris panitia pengadaan barang tidak dibebani tugas lain dan adanya ruang khusus panitia pengadaan barang. Serta perlunya aplikasi inventory yang teritegrasi dengan aplikasi billing system.
The result of an observation during a residency in Cideres country General Hospital some problem reveal on a pharmacies inventory supply and storage system. Those problems have a major impact on hospital service quality. The impact on hospital services quality will lead to a negative perception from the public and in a long run has a potential distortion on a hospital income thereby a good pharmacies good inventory controlling system in Cideres country General Hospital is a must. The aim of this research was to reveal and analyze the policy factor, organizational factor, planning factor, procedural factor, human resource factor, and data entry and reporting factor on pharmacies goods inventory contolling system. This research held from Maret 6 to May 10- of 2006, performed with qualitative analyzing that used informant data, secondary data and observation data. This research reveal that ; first, policy variable, the Cideres County General Hospital inventory policy has been established according to a general rules set by the government. Second, Organizational variable, every departement that co-op with pharmacies inevntory management already has a different task and a different authority, therefore, task and authority duplication were not found. Third, Planning variable, both daily and annually planning for pharmacies goods supplies were not held according to procedure and the rules, even a units stock annually planning was not made. Fourth, proccedure variable, generally every section that co-op with inventory management had a well astablish procedure. Fifth, human resource variable, pharmacies unit still sort of personnel therefore need an addition personnel as much as three personnel; Furthermore it required a secretary room. Sixth, Data Entry and reporting variable, stock card were not accurately update and externals reporting were not condurated according to the rules. Seventh, Evaluation variable, not optimalize of evaluation and improperly of the duty of authorities. Eight Supllies variable, drugs and expendable medical tools that has been ordered were not delivered as much as an order stated. Ninth, acceptance and storage variable all goods that goes in to the hospital accept by a goods holder after run in to check by the comitte. Tenth, expandite variable, this research reveral that there were some demands on a certain drugs and medical kit or recipe that were not fulfilled as demand. Base on the result of this research, making of the inventory unit necessity document for accomodate user needs. Optimalization of administration report and the income of hospital pharmacies stuff Increasing cooperation with the distributor about payment and distribution. Determined the buffer stock at pharmacy main strorage and fharmacy instalation. It needs three additional employees at fharmation unit, the officer of fharmacy inventory can not have another jobs and it needs special room. Integrated inventory application with a billing system is also a recomandation that has an urgency to fulfill imadietly.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotul Habibah
Abstrak :
ABSTRAK
Filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di Indonesia Timur antara lain di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Untuk mengeliminasi filariasis, WHO membuat program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis dengan diethylcarbamazine citrat (DEC) dan albendazol setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mengetahui keberhasilan POPM, perlu dilakukan evaluasi cakupan POPM setiap tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cakupan POPM filariasis di SBD pada tahun 2012-2013. Penelitan menggunakan desain cros sectional dengan mengevaluasi data POPM Dinas Kesehatan SBD pada tahun 2012 dan 2013. Cakupan POPM filariasis dihitung berdasarkan jumlah penduduk minum obat dibagi penduduk total dan jumlah penduduk sasaran. Target cakupan pengobatan penduduk sasaran adalah >85% dan dari penduduk total adalah> 65%. Hasil penelitian menunjukkan cakupan POPM filariasis berdasarkan penduduk total pada tahun 2012 adalah 1,96% dan tahun 2013 sebesar 1,13%. Cakupan POPM filariasis berdasarkan penduduk sasaran pada tahun 2012 adalah 2,51% dan tahun 2013 adalah 1,35%. Disimpulkan bahwa cakupan POPM filariasis berdasarkan penduduk sasaran dan penduduk total di SBD tidak mencapai target dan cakupan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun 2012.
ABSTRACT
Filariasis is a burden disease in community especially in East Indonesia as Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). To eliminate filariasis, WHO developed a program called Massal Drug Administration (MDA) of filariasis using diethylcarbamazine cytrat (DEC) and albendazole every year in 5 years on continued. There is an evaluation every year to know the succeed of MDA. The purpose of this paper is to know how many percentage that covered of MDAin SBD on 2012-2013. This paper is cross sectional mode design by evaluated data MDA of filariasis from Dinas Kesehatan SBD on 2012-2013. The coverage of MDA of filariasis is counted by people who used drugs divided by total people and targeted people in that area. Target of coverage based on targeted people is >85% and for total people is >65%. This research shows that the coverage of MDA of filariasis based on total people on 2012 is 1.96% and on 2013 is 1.13%. The targeted people coverage of MDA of filariasis on 2012 is 2.51% and on 2013 is 1.35%. Consequently, the coverage of MDA of filariasis based on total and targeted people in SBD do not reach the target of MDA of filariasis by WHO and on 2013 it?s lower than 2012.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Azzahra
Abstrak :
Mewabahnya pandemi COVID-19 di seluruh dunia membuat pola peresepan berubah sehingga dibutuhkannya evaluasi khususnya di Intensive Care Unit (ICU). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat guna meningkatkan kualitas penggunaan obat di ICU RSUI. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian cross-sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari rekapitulasi pengeluaran obat ICU priode Januari 2020 – Desember 2022. Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah data pengeluaran obat dengan usia ≥ 18 tahun dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 29.096 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak diresepkan selama tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing adalah n-asetil sistein (8,94%.), norepinefrin (9,30%), dan norepinefrin (8,32%). Pasien yang paling banyak diresepkan yakni pasien pria dengan jumlah persentase masing-masing tahun sebanyak 61.54%; 55.32%; dan 55.35% serta pasien berusia 45-64 tahun dengan persentase masing-masing tahun sebanyak 47.86%; 51.06%; dan 48.37%. Jumlah obat untuk pasien ICU di RSUI yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing sebanyak 15, 16, dan 22 obat. ......The outbreak of the COVID-19 pandemic throughout the world has changed prescribing patterns, including ICU. This study was conducted to evaluate drug use in order to improve the quality of drug use in the RSUI ICU. The design used in this study was a cross-sectional study design with retrospective data collection. The study was carried out using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method. the 90% DU profile and its conformity with the Formularium Nasional. The research sample was taken from the recapitulation of ICU drug dispensing for the period January 2020 – December 2022 by patients aged ≥ 18 years and drugs with ATC codes and DDD values. The number of samples in this study was 29,096 drug dispensing data. The types of drugs that are widely prescribed in 2020, 2021, and 2022 are n-acetyl cysteine (8.94%), norepinephrine (9.30%), and norepinephrine (8.32%). The patients who were most prescribed were male patients with a total percentage of 61.54; 55.32%; and 55.35% % each year and patients aged 45-64 years with a percentage of 47.86%; 51.06%; and 48.37% each year. The number of drugs for ICU patients at RSUI that make up the DU segment is 90% in 2020, 2021 and 2022 respectively 15, 16 and 22 drugs.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiya Nur Afida
Abstrak :
Pengelolaan obat di puskesmas perlu dilakukan dengan efektif dan efisien untuk mencegah kerugian karena umunya anggaran untuk pengadaan obat daerah di Indonesia sebesar 40% dari total anggaran biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian seluruh tahap pengelolaan obat. Desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan secara deskriptif-evaluatif menggunakan indikator mutu pengelolaan obat yang tersandar. Indikator terdiri atas tahap seleksi, perencanaan, permintaan dan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan dan evaluasi. Subyek penelitian ini yaitu Puskesmas X. Data diambil secara retrospective berupa penelusuran dokumen pengelolaan obat tahun 2021 dan concurrent berupa observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil penilaian indikator terhadap standar literatur terbaru oleh Satibi. Hasil penelitian menunjukkan dari 26 indikator terdapat 8 indikator yang sesuai dan 18 indikator yang belum sesuai. Indikator pengelolaan obat yang belum memenuhi standar yaitu usulan obat ke formularium (tidak), kesesuaian item dengan fornas (68,52%), kesesuaian item dengan pola penyakit (81,82%), ketepatan item perencanaan (110,96%), ketepatan jumlah perencanaan (320,00%), kesesuaian jumlah permintaan (59,56%), kesesuaian item penerimaan (70,73%), kesesuaian jumlah penerimaan (15,52%), penyimpanan sesuai bentuk sediaan (86,28%), penyimpanan sesuai suhu (93,19%), penyimpanan narkotika (97,61%), penyimpanan sesuai FEFO (91,90%), penyimpanan high alert (63,13%), penyimpanan LASA (11,44%), ITOR (4,26 kali/tahun), item stok aman (77,16%), item stok berlebih (22,84%), obat tidak diresepkan (45,68%), nilai obat kedaluwarsa (2,18%), dan kesesuaian jumlah fisik obat (96,63%). ......Drug management in needs to be carried out effectively and efficiently to prevent losses because generally the budget for regional drug procurement in Indonesia is 40% of the total health budget budget. This study aims to analyze the accuracy of all stages of drug management. The design used in this study is observational with a descriptive-evaluative approach using standardized drug management quality indicators. The indicators consist of the stages of selection, planning, request and acceptance, storage, distribution, control, recording and reporting, as well as monitoring and evaluation. The subject of this research is X Health Center. The data were taken retrospectively in the form of searching for drug management documents in 2021 and concurrently in the form of observations and interviews. Data analysis was carried out by comparing the results of the indicator assessment against the latest literature standards by Satibi. The results showed that of the 26 indicators, 8 indicators were appropriate and 18 indicators that were not. Indicators of drug management that do not meet the standards are drug proposals to the formulary (no), suitability of items with Formularium Nasional (68.52%), suitability of items with disease patterns (81.82%), accuracy of planning items (110.96%), accuracy of planning amount (320.00%), suitability of the number of requests (59.56%), suitability of receiving items (70.73%), suitability of the number of receipts (15.52%), storage according to dosage form (86.28%), storage according to temperature (93.19%), storage of narcotics according to regulations ( 97.61%), storage according to FEFO system (91.90%), suitability of high alert storage (63.13%), suitability of LASA storage (11.44%), ITOR (4,26 times/year), safe stock items (77.16%), excess stock items (22.84%), non-prescribed drugs (45.68%), expired drug value (2.18%), and the suitability of the physical amount of the drug (96.63%).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
Abstrak :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas pada tahun 2020 menunjukkan adanya kejadian kekurangan stok obat, Kekurangan stok obat ini dapat dipengaruhi oleh ketidaktepatan perencanaan, ketidaktepatan pengadaan ataupun kesalahan saat distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas tahun 2020 pada tahapan seleksi, pengadaan dan distribusi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dan data pada tahap distribusi tentang ketepatan data jumlah kartu stok obat diambil secara prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap seleksi tahap seleksi Indikator kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional sebesar 85,24%. Pada tahap perencanaan dan pengadaan diketahui bahwa persentase kesesuaian pengadaan dengan kenyataan untuk masing-masing item obat sebesar 100%, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun sebanyak lebih dari 24 kali (43,6%), frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan atau faktur sebesar 1,5%, frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati sebanyak 0 kali. Pada tahap distribusi ketepatan data jumlah obat pada kartu stok sebesar 100%, Turn Over Ratio sebanyak 3,08 kali, tingkat ketersediaan obat sebanyak 16,05 bulan, persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak sebesar 2,48%, dan persentase stok mati sebesar 3,05%. ......The Pharmacy Installation of the Ciracas Regional General Hospital in 2020 showed that there was a shortage of drug stock. This shortage of drug stock could be influenced by inaccuracies in planning, procurement inaccuracies or errors during distribution. This study aims to develop drug management at the Ciracas Regional General Hospital in 2020 at the stages of selection, procurement and distribution. This study used descriptive observational method with retrospective data collection and data at the distribution stage regarding the accuracy of the data on the number of drug stock cards taken prospectively. The results showed that at the selection stage, the indicator of the suitability of the available drug items with the National Formulary was 85.24%. At the planning and procurement stage it is known that the percentage of procurement conformity with reality for each drug item is 100%, the frequency of procurement of each drug item per year is more than 24 times (43,6%), the frequency of incomplete orders or invoices is 1.5%, the frequency of delayed payments by the hospital against the agreed time 0 times. At the distribution stage, the accuracy of the data on the number of drugs on the stock card is 100%, Turn Over Ratio is 3.08 times, the level of drug availability is 16.05 months, the percentage and value of expired and damaged drugs is 2.48% , and the percentage of dead stock is 3.05%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Rachel Abigail
Abstrak :
Obat yang sudah beredar di pasaran harus tetap terjamin mutunya sehingga industri farmasi perlu melakukan Pengkajian Mutu Produk (PMP) secara berkala terhadap semua obat terdaftar dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses dan dirangkum sebagai laporan Pengkajian Tahunan Atas Produk (PTAP). Tujuan laporan adalah untuk memahami cara pembuatan laporan PTAP di PT. Harsen Laboratories sesuai dengan prosedur tetap dan persyaratan yang terdapat di CPOB. Penyusunan laporan tugas khusus PTAP produk X Fe Tablet Salut Gula ini mengacu pada SOP terkait yang berlaku di PT Harsen Laboratories. Hasil seluruh pengkajian produk X Fe Tablet Salut Gula Tahun 2020 telah memenuhi persyaratan spesifikasi mutu produk jadi yang telah ditetapkan PT. Harsen Laboratories. ......Drugs that are circulating in the market must have a quality guarantee, therefore the pharmaceutical industry needs to carry out a periodic Product Quality Assessments (PQA) for all registered drugs with the aim of proving process consistency, compliance with specifications for base materials, packaging materials and finished products, to see trends and identify necessary improvements of products and processes which will be summarized as an Annual Product Quality Review (APQR) report. The purpose of the report is to understand how to make a APQR report at PT. Harsen Laboratories in accordance with the standard procedures and requirements contained in GMP. The preparation of APQR report on product X Fe Sugar Coated Tablets refers to the relevant SOP at PT Harsen Laboratories. The results of all product reviews of X Fe Sugar Coated Tablets for 2020 have met the requirements for finished product quality specifications set by PT. Harrison Laboratories.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
Abstrak :
Diazepam, yang merupakan golongan benzodiazepin, merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Obat ini juga termasuk salah satu obat yang banyak digunakan di rumah sakit. Meskipun demikian, diazepam masih merupakan obat dengan potensi gangguan penggunaan yang tinggi, terkait dengan efek sampingnya. Selain itu, obat ini bersifat sangat adiktif dan dapat menimbulkan efek penarikan (withdrawal syndrome) dengan penggunaan yang teratur, sehingga ketergantungan dan penyalahgunaan adalah suatu tantangan yang mengakibatkan otoritas kesehatan memberlakukan peraturan khusus terkait dengan peresepan benzodiazepin, termasuk di antaranya diazepam. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, termasuk farmasis, harus dapat mengidentifikasi indikasi yang tepat untuk peresepan diazepam. Dalam rangka untuk mengidentifikasi indikasi yang tepat dalam peresepan diazepam, rumah sakit dapat melakukan pemantauan terapi obat (PTO), atau dapat melakukan penilaian kesesuaian indikasi obat. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penilaian kesesuaian indikasi penggunaan diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui indikasi pemberian diazepam pada pasien berdasarkan literatur, serta melakukan penilaian kesesuaian indikasi diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 1 Januari – 23 Februari 2023. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, melakukan pengumpulan data penggunaan diazepam di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui website Afya, dan melakukan penyusunan laporan. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa pada periode 1 Januari – 23 Februari 2023, terdapat 10 pasien rawat inap yang menerima diazepam, di mana terdapat 1 pasien rawat inap penerima diazepam yang diagnosis atau indikasinya belum dapat disimpulkan kesesuaiannya dengan indikasi pemberian diazepam karena membutuhkan data lebih lanjut. ......Diazepam, which belongs to the benzodiazepine drug group, is one of the drugs that is widely used in hospitals. Despite this, this drug is highly addictive and can cause withdrawal syndrome with regular use, so dependence and abuse are challenges that have resulted in health authorities enforcing special regulations regarding the prescription of benzodiazepines, including diazepam. Therefore, health workers, including pharmacists, must be able to identify the appropriate indications for prescribing diazepam. In order to identify appropriate indications for prescribing drugs, hospitals can carry out drug therapy monitoring or assess the conformity of drug indications. Therefore, it is necessary to carry out monitoring in the form of assessing the conformity of indications for the use of diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. The aim of writing this special assignment report is to determine the indications for administering diazepam to patients based on the literature, as well as assess the suitability of the indications for diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. This writing was carried out by conducting a literature study, collecting data on the use of diazepam at the University of Indonesia Hospital via the Afya website, and preparing reports. Based on observations, it was concluded that in the period January 1st –February 23rd 2023, there were 10 inpatients receiving diazepam, of which there was 1 inpatient receiving diazepam whose diagnosis or indication could not be concluded as to its conformity for the indication for giving diazepam because further data was needed.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>