Ditemukan 101 dokumen yang sesuai dengan query
Amalia Utami
"RSUI merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang menyelenggarakan standar pelayanan kefarmasian. Penyimpanan obat dilakukan untuk memelihara mutu dari sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan. Gap analysis dilakukan untuk melihat kesenjangan pelaksanaan teknik penyimpanan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan depo farmasi IGD RSUI dibandingkan dengan butir-butir Peraturan BPOM No. 24 Tahun 2021. Analisis dilakukan dengan cara mengobservasi dan menghitung jumlah kesenjangan. Hasil observasi menunjukkan masih terdapat kesenjangan pada sistem penyimpanan obat di Unit Farmasi RSUI. Persentase kesesuaian terhadap gap analysis yang ditemukan untuk sistem penyimpanan obat, dan bahan obat adalah 86,27%, sementara untuk sistem penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di depo farmasi rawat jalan dan IGD adalah 89,36%.
RSUI is a type B hospital that organizes pharmaceutical service standards. Drug storage is carried out to maintain the quality of pharmaceutical preparations, avoid irresponsible use, maintain availability, and facilitate search and control. A gap analysis was carried out to see the gaps in the implementation of drug storage techniques, medicinal ingredients, narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy unit and emergency unit at RSUI compared to the points of BPOM Regulation No. 24 of 2021. The analysis was carried out by observing and calculating the number of gaps. The observation results show that there are still gaps in the drug storage system at the RSUI Pharmacy Unit. The percentage of compliance with the gap analysis found for storage systems for drugs and drug ingredients was 86.27%, while for storage systems for narcotics, psychotropics, and pharmaceutical precursors at outpatient pharmacy depots and emergency departments was 89.36%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fatiya Nur Afida
"Pelayanan kefarmasian di apotek berperan dalam menjamin kualitas, manfaat, keamanan, dan khasiat dari obat agar dapat melindungi pasien dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien. Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yaitu penyimpanan obat. Ketidaksesuaian pada tahap penyimpanan dapat menimbulkan potensi terjadinya medication error yang berisiko membahayakan pasien. Pengkajian tugas khusus ini dilakukan secara observasional dengan pendekatan secara deskriptif-evaluatif untuk menganalisis kesesuaian penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 003. Observasi dan wawancara yang telah dilakukan kemudian dibandingkan dengan standar penyimpanan obat berdasarkan literatur kemudian dihitung persentase kesesuaian penyimpanan terhadap standar. Berdasarkan hasil penelitian, persentase kesesuaian hasil observasi penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 003 terhadap standar sebesar 80,77%. Secara keseluruhan, penyimpanan obat sudah tergolong kategori “Baik”.
Pharmaceutical services in pharmacies play a role in ensuring the quality, benefits, safety and efficacy of drugs in order to protect patients in order to improve patient safety. One of the pharmaceutical service activities is drug storage. Incompatibility at the storage stage can give rise to the potential for medication errors which risk endangering patient safety. This special task assessment was carried out observationally with a descriptive-evaluative approach to analyze the suitability of drug storage at Kimia Farma 003 Pharmacy. The observations and interviews that were carried out were then compared with drug storage standards based on the literature and then the percentage of storage conformity to the standards was calculated. Based on the research results, the percentage of conformity of the results of observations of drug storage at Kimia Farma 003 Pharmacy to standards was 80.77%. Overall, drug storage is classified as "Good"."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra
"Laporan ini bertujuan untuk memetakan obat di gudang obat Puskesmas Ciracas sebagai bagian dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyimpanan obat di gudang, terutama setelah dilakukan penggabungan beberapa gudang. Pemetaan obat meliputi penyusunan obat secara alfabetis, pemisahan obat berdasarkan tanggal kedaluwarsa, pemberian jarak terhadap obat yang memiliki risiko kesalahan pengambilan (LASA), pemberian kode pada setiap obat, serta pembuatan daftar obat dan denah gudang. Hasil dari kegiatan ini adalah terciptanya sistem penyimpanan yang terstruktur dan mudah diakses, yang diharapkan dapat memudahkan petugas dalam mengambil dan mendistribusikan obat. Laporan ini juga merekomendasikan untuk mempertahankan metode penyimpanan yang digunakan, serta memberikan saran untuk meningkatkan petunjuk pengambilan obat.
This report aims to map medications in the pharmacy warehouse of Ciracas Health Center as part of the Pharmacist Professional Practice (PKPA) activities. This activity was conducted to improve the efficiency and effectiveness of medication storage in the warehouse, especially after the consolidation of several warehouses. The medication mapping process includes arranging medications alphabetically, separating medications based on expiration dates, providing space for high-risk medications (LASA), assigning codes to each medication, and creating a medication list and warehouse layout. The result of this activity is the establishment of a well-organized and easily accessible storage system, which is expected to assist staff in retrieving and distributing medications efficiently. The report also recommends maintaining the current storage method and suggests adding more detailed instructions to further facilitate medication retrieval. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Abrarriani Euis Kartika
"Suatu produk farmasi, baik sediaan obat maupun alat kesehatan dan BMHP lainnya, membutuhkan kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan untuk menjaga khasiat, mutu, dan efikasi produk. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang harus dikendalikan dengan baik seperti tertera pada panduan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) tahun 2020. Laaporan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui persebaran suhu ruangan lantai 1 dan cold room, memastikan suhu penyimpanan telah sesuai dengan CDOB, serta menentukan lokasi peletakan termometer untuk pemantauan suhu rutin. Tugas khusus ini dilakukan dengan meletakkan thermo data-logger pada titik-titik yang telah ditentukan selama 3 hari, kemudian menganalisis data yang diperoleh. Berdasarkam data dan analisis yang telah dilakukan, persebaran suhu di ruangan lantai 1 memiliki rata-rata suhu sebesar 24,7 OC dan 25,3OC, sedangkan pada cold room memiliki rata-rata suhu sebesar 5,7OC. Seluruh data suhu yang diperoleh tersebut telah sesuai dengan pedoman CDOB. Berdasarkan pemetaan suhu yang telah dilakukan, lokasi peletakan termometer untuk monitoring suhu penyimpanan produk dapat ditempatkan di area terluar dan di area terdalam ruangan.
A pharmaceutical product, both drug preparations and other medical devices and BMHP, requires environmental conditions that need to be considered to maintain the efficacy, quality, and efficacy of the product. Temperature is one of the environmental factors that must be controlled properly as stated in the 2020 Good Drug Distribution (CDOB) guidelines. The purpose of this special task is to determine the distribution of room temperature on the 1st floor and cold room, ensure that the storage temperature is in accordance with CDOB, and determine the location of the thermometer for routine temperature monitoring. This special task is carried out by placing the thermo data-logger at predetermined points for 3 days, then analyzing the data obtained. Based on the data and analysis that has been carried out, the temperature distribution in the 1st floor room has an average temperature of 24.7OC and 25.3OC, while the cold room has an average temperature of 5.7OC. All temperature data obtained is in accordance with CDOB guidelines. Based on the temperature mapping that has been carried out, the location of the thermometer to monitor the temperature of product storage can be placed in the outermost area and in the innermost area of the room."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dilfa Safnia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk memetakan suhu pada gudang penyimpanan produk (cool room) di PT. Enseval Putera Megatrading Pulo Lentut dengan mengidentifikasi titik suhu tertinggi (hot spot) dan terendah (cold spot) guna memastikan kestabilan suhu dalam rentang 15–25°C sesuai standar penyimpanan. Metode yang digunakan adalah kualifikasi pemetaan suhu menggunakan Termometer Data Logger 174-T. Proses pemetaan melibatkan pembuatan layout grid titik pengukuran, penempatan termometer data logger, perekaman data selama tujuh hari dengan interval 10 menit, serta analisis data menggunakan aplikasi Testo Comfort Software Basic 5.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gudang cool room tidak memenuhi persyaratan suhu stabil 15–25°C. Suhu tertinggi tercatat sebesar 28,9°C (hot spot) pada titik 46, sedangkan suhu terendah tercatat sebesar 21°C (cold spot) pada titik 3. Dengan demikian, titik 46 dan titik 3 dapat dijadikan acuan dalam pemantauan suhu rutin untuk mengidentifikasi penyimpangan suhu yang berpotensi memengaruhi kualitas produk. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan evaluasi rutin terhadap sistem penyimpanan guna memastikan kepatuhan terhadap standar suhu yang ditetapkan, sehingga kualitas produk tetap terjaga.
This study aims to map the temperature of the product storage warehouse (cool room) at PT. Enseval Putera Megatrading Pulo Lentut by identifying the highest temperature point (hot spot) and the lowest temperature point (cold spot) to ensure temperature stability within the 15–25°C range according to storage standards. The method used is a qualification of temperature mapping utilizing the 174-T Thermometer Data Logger. The mapping process involves creating a grid layout of measurement points, placing data loggers, recording data for seven days at 10-minute intervals, and analyzing the data using the Testo Comfort Software Basic 5.0 application. The results indicate that the cool room does not meet the stable temperature requirement of 15–25°C. The highest temperature was recorded at 28.9°C (hot spot) at point 46, while the lowest temperature was recorded at 21°C (cold spot) at point 3. Therefore, points 46 and 3 can serve as references for routine temperature monitoring to identify deviations that may affect product quality. This study emphasizes the importance of routine monitoring and evaluation of storage systems to ensure compliance with temperature standards and maintain product quality. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Mishbahus Surur
"Pemetaan suhu ruang penyimpanan merupakan langkah penting dalam menjaga mutu, khasiat, dan keamanan obat sesuai pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Penelitian ini dilakukan di ruang penyimpanan obat narkotika PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Jakarta 1 untuk mengevaluasi kesesuaian suhu penyimpanan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan thermo data-logger RC-5 yang dipasang di area terpilih berdasarkan tingkat fluktuasi suhu. Data suhu dicatat setiap 30 menit selama 3 hari berturut-turut, kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Elitech Log V7.2.1 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata suhu ruang penyimpanan pada area yang tidak langsung terpapar pendingin udara (thermo data-logger A) adalah 25,1°C, dengan suhu maksimum 25,4°C dan suhu minimum 25,0°C. Fluktuasi suhu sebesar 0,4°C mencerminkan kestabilan lingkungan penyimpanan. Namun, data pada area yang langsung terpapar pendingin udara (thermo data-logger B) tidak tersedia karena kendala teknis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa suhu ruang penyimpanan narkotika di area yang dianalisis masih sesuai dengan standar CDOB. Namun, diperlukan pemetaan tambahan dengan jumlah data logger yang lebih banyak untuk memastikan kesesuaian di seluruh area penyimpanan. Evaluasi rutin perlu dilakukan untuk menjaga kualitas penyimpanan, terutama pada area dengan risiko fluktuasi suhu tinggi.
Temperature mapping of storage rooms is essential for maintaining the quality, efficacy, and safety of medications in accordance with Good Distribution Practices (GDP). This study was conducted in the narcotics storage room of PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta Branch 1 to evaluate storage temperature compliance. Data collection was performed using an RC-5 thermo data-logger installed in selected areas based on temperature fluctuation levels. Temperature readings were recorded every 30 minutes over 3 consecutive days and analyzed using Elitech Log V7.2.1 software and Microsoft Excel. The results showed that the average temperature in the storage area not directly exposed to air conditioning (thermo data-logger A) was 25.1°C, with a maximum temperature of 25.4°C and a minimum of 25.0°C. The temperature fluctuation of 0.4°C reflects stability in the storage environment. However, data from the area directly exposed to air conditioning (thermo data-logger B) was unavailable due to technical issues. This study concludes that the storage room temperature for narcotics in the analyzed area complies with GDP standards. However, additional mapping with more data loggers is required to ensure compliance across the entire storage area. Routine evaluations are recommended to maintain storage quality, especially in areas with high-temperature fluctuation risks."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sisilia
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian di Apotek berperan penting dalam menjamin mutu, manfaat, keamanan dan khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan. Kegiatan yang secara langsung mendukung pemeliharaan mutu serta melancarkan proses pelayanan di apotek adalah penyimpanan. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian sistem penyimpanan obat dan memperbaiki penyimpanan yang belum tepat di Apotek Kimia Farma Yusuf Depok. Hasil menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat di apotek Kimia Farma Yusuf Depok sangat sesuai berdasarkan parameter umum hingga 100%. Namun, belum sangat sesuai dengan sistem penyimpanan obat dalam parameter khusus yang ditunjukkan dari penyusunan obat secara alfabetis yang hanya 47,7% (cukup sesuai), pelabelan obat dengan golongan high alert 0% (sangat tidak sesuai), pelabelan obat dengan label LASA 54,5% (cukup sesuai) dan posisi obat LASA 10% (sangat tidak sesuai).
Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists practice pharmacy. Pharmaceutical services in pharmacies play an important role in ensuring the quality, benefits, safety and efficacy of pharmaceutical preparations and medical devices. Activities that directly support quality maintenance and facilitate the service process in pharmacies are storage. The purpose of this task is to evaluate the suitability of the drug storage system and improve inappropriate storage at Kimia Farma Yusuf Depok Pharmacy. The results show that the drug storage system at Kimia Farma Yusuf Depok Pharmacy is very appropriate based on general parameters up to 100%. However, it is not very appropriate with the drug storage system in specific parameters as indicated by the alphabetical arrangement of drugs which is only 47.7% (quite appropriate), drug labeling with high alert groups 0% (very inappropriate), drug labeling with LASA labels 54.5% (quite appropriate) and LASA drug positions 10% (very inappropriate). "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nanda Nurhayati
"Pelayanan kefarmasian di instalasi rumah sakit dilakukan sesuai standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan sebagai pedoman apoteker dalam menjalankan profesinya. Salah satunya terkait pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan tujuan menganalisis kesesuaian tempat penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi terhadap standar penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dan ditemukan hasil bahwa penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang telah tepat diharapkan membantu pelayanan obat dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna.
Pharmaceutical services in hospital installations are carried out in accordance with pharmaceutical service standards that have been set as guidelines for pharmacists in carrying out their profession. One of them is related to the management of pharmaceutical preparations and consumable medical materials with the aim of analyzing the suitability of storage places for pharmaceutical preparations and consumable medical materials. The analysis was carried out by comparing the observation results against the storage standards of medicine and consumable medical materials and found that the storage of medicine and consumable medical materials was in accordance with the standards that had been set. The right storage system for pharmaceutical preparations and consumable medical materials is expected to help medicine services be carried out appropriately and effectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aqqilla Rinanda Arenta Putri
"Suhu penyimpanan adalah salah satu faktor terpenting dalam mengendalikan sifat fisikokimia produk yang mudah rusak dalam rantai distribusi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan dan penentuan titik kritis dari suhu penyimpanan obat sehingga mutu obat tetap terjaga selama proses penyimpanan. Kegiatan pemantauan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan suhu untuk mengetahui rentang suhu pada ruangan gudang penyimpanan obat, serta mengetahui keberagaman suhu pada masingmasing titik di ruangan gudang penyimpanan obat. Pemetaan atau mapping suhu gudang penyimpanan merupakan salah satu kegiatan yang dipersyaratkan untuk dilakukan oleh setiap fasilitas distribusi sesuai tercantum dalam Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Pemetaan suhu bertujuan untuk memastikan distribusi suhu penyimpanan produk di Coolroom (15°C -25°C) pada kondisi aktivitas normal memenuhi persyaratan dan mengidentifikasi titik terpanas pada Coolroom (15°C-25°C) yang akan digunakan sebagai acuan titik pemantauan suhu Gudang. Pemetaan suhu merupakan identifikasi penyebaran temperature/suhu dalam suatu area tertentu sehingga bisa diketahui lokasi mana yang mengalami fluktuasi suhu tinggi atau rendah. Pemetaan suhu dapat mengidentifikasi kemungkinan titik dingin (atau titik panas) dan membantu menentukan apakah tindakan perbaikan diperlukan atau tidak. Melalui pemetaan suhu, dapat dilakukan validasi terhadap area tersebut untuk memastikan produk yang sensitif terhadap suhu seperti makanan yang mudah rusak dan barang farmasi disimpan dengan baik dalam suhu idealnya.
Storage temperature is one of the most important factors in controlling the physicochemical properties of perishable products in the distribution chain. Therefore, it is necessary to monitor and determine the critical point of drug storage temperature so that the quality of the drug is maintained during the storage process. Monitoring activities that can be carried out are by carrying out temperature mapping to determine the temperature range in the medicine storage room, as well as knowing the temperature diversity at each point in the medicine storage room. Mapping or temperature mapping of storage warehouses is one of the activities required to be carried out by each distribution facility as stated in the Guidelines for Good Medicine Distribution Methods (CDOB). Temperature mapping aims to ensure that the product storage temperature distribution in the Coolroom (15°C -25°C) under normal activity conditions meets the requirements and identifies the hottest point in the Coolroom (15°C-25°C) which will be used as a reference point for Warehouse temperature monitoring . Temperature mapping is the identification of the temperature distribution in a certain area so that it can be seen which locations experience high or low temperature fluctuations. Temperature mapping can identify possible cold spots (or hot spots) and help determine whether or not remedial action is necessary. Through temperature mapping, validation of these areas can be carried out to ensure that temperature-sensitive products such as perishable food and pharmaceutical goods are stored properly at their ideal temperature."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Safa Vindya Aurellia
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Sistem mutu perlu dilakukan untuk memastikan obat yang dikirim tidak tercemar selama penyimpanan dan/atau pengiriman. Kondisi penyimpanan harus diatur untuk menjaga mutu dan mencegah kerusakan atau kontaminasi dengan obat lain. Terdapat obat tertentu yang memiliki persyaratan khusus karena obat tersebut mudah terpengaruh oleh suhu, baik pada saat penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman yang disebut dengan cold chain product (CCP). Penyimpanan CCP harus dalam suhu terjaga, yaitu pada cold room/chiller dengan suhu 2–8°C dan pada freezer room dengan suhu (-25)–(-15)°C. Tugas khusus ini bertujuan untuk merancang perubahan prosedur operasional baku (POB) terkait penanganan CCP sesuai dengan kendala yang pernah terjadi dan mengaplikasikan perubahan tersebut dalam proses penyimpanan cadangan CCP di PT SamMarie Tramedifa. Pengambilan data diperoleh dari observasi terhadap alat yang digunakan untuk penyimpanan cadangan CCP dan POB yang sedang berlaku terkait penanganan CCP serta wawancara dilakukan dengan Koordinator Gudang terkait kendala yang pernah terjadi yang berhubungan dengan penyimpanan CCP. Data yang diperoleh dianalisis dan disusun menjadi Rancangan Modifikasi POB Penanganan Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa POB terkait penanganan CCP harus selalu diperbarui sesuai dengan kendala yang pernah terjadi sebagai acuan apabila terjadi kendala serupa di masa depan serta POB yang dirancang dapat diaplikasikan secara langsung saat terjadi kendala dalam proses penanganan penyimpanan CCP.
Pharmaceutical Trading Company are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities. A quality system needs to be put in place to ensure the drugs that are sent are not contaminated during storage and/or delivery. Storage conditions must be managed to maintain quality and prevent spoilage or contamination with other drugs. There are certain drugs that have special requirements because these drugs are easily affected by temperature during reception, storage, and delivery, which are called cold chain products (CCP). CCP must be stored at a maintained temperature, namely in a cold room/chiller with a temperature of 2–8°C and in a freezer room with a temperature of (-25)–(-15)°C. This special task aims to design changes to standard operating procedures (SOP) related to handling CCP in accordance with the constraints that have occurred and to apply these changes in the process of storing CCP reserves at PT SamMarie Tramedifa. Data collection was obtained by observing the tools used for storing CCP and SOP reserves that were currently in effect regarding the handling of CCP and interviews were conducted with the Warehouse Coordinator regarding problems that had occurred related to CCP storage. The data obtained was analyzed and compiled into an SOP Modification Design for Cold Chain Product Handling. Based on the results of observations and interviews, it can be concluded that SOP related to handling CCP must always be updated according to problems that have occurred as a reference if similar problems occur in the future and SOP that is designed to be applied directly when problems occur in the process of handling CCP storage."
2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library