Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Adhitya Pratama
Abstrak :
Dalam proses produksi suatu obat, sangat penting untuk menjaga konsistensi kualitasnya agar hak konsumen dalam mendapatkan produk yang baik dapat terjamin. Pemastian mutu merupakan salah satu cara yang tercantum dalam CPOB untuk menjaga konsistensi kualitas suatu obat. Salah satu cakupan pemastian mutu adalah pengendalian mutu produk dan salah satu contoh pengendalian mutu produk adalah mengendalikan temperatur, kelembaban, dan tekanan udara pada ruangan produksi obat. Dalam proses produksi obat, ini merupakan hal yang patut diperhatikan sebab akan mempengaruhi kualitas obat yang dihasilkan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui alasan dilakukannya kajian monitoring temperatur, kelembaban, dan tekanan udara pada ruang produksi obat sekaligus melihatnya apakah sudah sesuai yang dipersyaratkan atau tidak, dan jika tidak sesuai maka mengetahui kemungkinan penyebab dan tindakan perbaikan termasuk pengaruh yang akan terjadi pada produk yang sedang diproses. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa kajian monitoring dilakukan untuk memastikan agar kualitas obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan serta untuk melihat kembali apakah keadaan ruangan produksi selama 1 tahun kebelakang tetap sesuai yang dipersyaratkan. Secara umum temperatur, kelembaban, dan tekanan udara di area produksi PT. Sydna Farma memenuhi persyaratan internal yang ditetapkan. Salah satu tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah menyiapkan temperatur, kelembaban, dan tekanan udara sesuai persyaratan sebelum digunakan untuk proses produksi dan salah satu penyebab ruangan produksi tidak memenuhi persyaratan adalah ruangan tersebut baru selesai dibersihkan. ......In the process of drug production, it's especially important to maintain consistency of quality so that consumers' rights to obtain a good product can be guaranteed. Quality assurance is one of the ways listed in GMP to maintain the quality of a drug. Part of quality assurance is product quality control, and the example of product quality control is controlling temperature (T), relative humidity (RH), and air pressure (P) in drug production rooms. This should be considered because it will affect the quality of the drug produced. This study aims to find out the reason for carrying out a study of monitoring T, RH, and P in the drug production room as well as to see whether it's exactly like the requirements or not, and if it's not same then find out the potential causes and corrective actions including the effects that will occur on the drug being processed. From the observations, it's known that monitoring studies are carried out to ensure the quality of the drugs produced meets the requirements and to review whether the condition of the production room for the past 1 year has remained as required. In general, T, RH, and P in the production area are like the specified internal requirements. One of the corrective actions that can be taken is to prepare the T, RH, and P correctly like requirements before being used and one of the causes of the production room not meeting the requirements is because the room has just been cleaned.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Adhitya Pratama
Abstrak :
Isu medication error sendiri telah menjadi perhatian dunia kesehatan semenjak November 1999 setelah Institute of Medicine (IOM) memberikan laporan yang menyatakan bahwa sekitar 44.000 – 98.000 pasien meninggal dalam tiap tahunnya di rumah sakit Amerika karena medication error yang sebetulnya dapat dicegah. Salah satu contoh kasus medication error, yaitu terjadi di proses peresepan (prescribing) karena ketidaklengkapan data resep yang diperlukan. Untuk mengendalikan terjadinya kasus medication error pada proses peresepan, salah satu upayanya adalah dengan melakukan telaah resep. Studi ini bertujuan untuk mengetahui aspek yang harus ditelaah atau dikaji dari suatu resep, menerapkan telaah resep pada saat praktik dan mencegah terjadinya medication error. Dari hasil telaah resep obat disuria di Apotek Atrika diketahui bahwa pada aspek administratif, dalam resep yang ditelaah masih terdapat informasi yang tidak lengkap, yaitu SIP dokter, umur pasien, berat badan pasien, tinggi badan pasien dan alamat pasien. Kemudian pada aspek farmasetik, terdapat obat yang dalam resep tidak ditulis kekuatan dan bentuk sediaannya sehingga dapat menimbulkan ambigu atau ketidakjelasan, dan terakhir pada aspek klinis, ditemukan masalah dalam hal duplikasi (resep 1), yang dimana obatnya berbeda namun manfaat dari masing – masing sediaan obat sejenis. ......The issue of medication errors itself has become a concern of the health world since November 1999 after the Institute of Medicine (IOM) provided a report stating that around 44,000 – 98,000 patients die each year in American hospitals due to medication errors that are actually preventable. One example of a medication error case, which occurs in the prescribing process was due to the incomplete prescription data required. To control the occurrence of medication error cases in the prescribing process, one of the efforts is to review the prescription. This study aims to find out aspects that must be reviewed or studied from a prescription, apply for prescription review during practice and prevent medication errors. From the review of prescriptions for dysuria drugs at the Atrika Pharmacy, it was found that on the administrative aspect, the reviewed prescriptions contained incomplete information, namely the doctor's SIP, patient's age, patient's weight, patient's height, and patient's address. Then in the pharmaceutical aspect, there are drugs whose strength and dosage form are not written in the prescription which can lead to ambiguity, and finally, in the clinical aspect, problems are found in terms of duplication (recipe 1), where the drugs are different, but the benefits of each drug were same.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rahmansyah Putra Pratama
Abstrak :
Sebagai sebuah produk, obat memiliki sifat yang rentan dengan pengaruh lingkungan sekitarnya seperti suhu, kelembapan, cahaya, kontaminasi mikroba, dan udara. Hal ini akan berpengaruh terhadap stabilitas obat. Untuk menjaga stabilitas obat, dibutuhkan suatu metode perlindungan. Metode perlindungan obat yang paling krusial adalah pengemasan. Selain melindungi obat, pengemasan juga bertujuan untuk memberikan identifikasi, informasi, dan kenyamanan pada pasien. Laporan ini mengkaji sebuah mesin pengemasan primer pada departemen produksi solid di PT. SOHO Industri Pharmasi, yaitu mesin blistering Wonder eB 350. Pengkajian yang dilakukan berupa observasi kecepatan mesin dan permasalahan yang terjadi pada mesin tersebut, menentukan kecepatan mesin yang optimal dengan melakukan pengujian, serta memberikan usulan / rekomendasi perbaikan pada mesin tersebut. Dari pengkajian yang dilakukan, ditemukan bahwa kecepatan mesin sebesar 165 dan 167 bpm merupakan kecepatan yang optimal dimana memiliki nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang relatif tinggi, unplanned stoppage yang relatif rendah, waktu produksi satu batch yang dapat dicapai dalam waktu 11-12 jam, serta proses kemas dapat berjalan secara seimbang antara kemas primer dan sekunder. Selain itu, ditemukan tiga permasalahan yang berpengaruh cukup signifikan terhadap proses produksi, yaitu berhentinya mesin akibat eyemark AHP yang melenceng, membersihkan feeding set yang kotor, dan terdapat kapsul yang tersangkut pada feeding set. Maka, disarankan untuk melakukan validasi berupa perulangan pengujian terhadap kecepatan 165-167 bpm secara konsisten untuk menghasilkan data yang lebih akurat serta melakukan pengujian dan implementasi terhadap rekomendasi yang diberikan dalam rangka menyelesaikan permasalahan mesin yang timbul. ......As a product, drugs are vulnerable to environmental influences such as temperature, humidity, light, microbial contamination, and air. This will affect the stability of the drug. To maintain drug stability, a protective method is needed. The most crucial method of drug protection is packaging. In addition to protecting the drug, packaging also aims to provide identification, information, and convenience to patients. This report examines a primary packaging machine in the solid production department at PT. SOHO Industri Pharmasi, namely the Wonder eB 350 blistering machine by observing the machine's speed, finding the machine's problems, and also by giving recommendations for improvements to the machine. From the studies conducted, it was found that machine speeds of 165 and 167 bpm are optimal speeds which have relatively high Overall Equipment Effectiveness (OEE) values, relatively low unplanned stoppage, one batch production time that can be achieved within 11-12 hours, and the packaging process can be running in a balance between primary and secondary packaging. In addition, three problems were found that had a significant effect on the production process, namely machine stopping due to the AHP's eyemark being off, cleaning the dirty feeding set, and having capsules stuck in the feeding set. So, it is recommended to carry out validation in the form of repeated tests on speeds of 165-167 bpm consistently to produce more accurate data as well as to carry out tests and implementation of the recommendations given to solve engine problems that arise.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rahmansyah Putra Pratama
Abstrak :
Menurut BPOM (2015), produk rantai dingin atau cold chain product merupakan produk yang sensitif terhadap temperatur sehingga diperlukan pengendalian temperatur yang ketat. Contoh dari produk rantai dingin yaitu antiserum, vaksin, reagen diagnostik, dan lainnya. Pengendalian temperatur dalam penyimpanan dan pengiriman produk rantai dingin yang baik harus dilakukan untuk menghindari penurunan efikasi dan masalah keamanan yang dapat berakibat fatal. Laporan ini mengkaji produk rantai dingin yang terdapat pada PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3. Pengkajian yang dilakukan dikhususkan terhadap prosedur penyimpanan serta penyaluran produk rantai dingin yang dilakukan oleh KFTD Jakarta 3. Pengkajian dilakukan dengan metode observasi. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, maka prosedur penyimpanan maupun penyaluran produk rantai dingin yang dilakukan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari KFTD dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). ......According to BPOM (2015), cold chain products are products that are sensitive to temperature so strict temperature control is required. Examples of cold chain products are antiserum, vaccines, diagnostic reagents, and others. Good temperature control in the storage and delivery of cold chain products must be carried out to avoid a decrease in efficacy and safety problems that can be fatal. This report examines the cold chain products found in PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3. The assessment was carried out specifically on the procedures for storing and distributing cold chain products carried out by KFTD Jakarta 3. The assessment was carried out using the observation method. Based on the assessment that carried out, the cold chain product storage and distribution procedures are in accordance with the Standard Operating Procedure (SOP) from KFTD and Good Distribution Practices (CDOB).
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library