Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
Trianti Kartikasari Kusuma
"Penjaminan mutu obat dalam proses distribusi dilakukan dengan menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) merupakan salah satu Pedagang Besar Farmasi di Indonesia yang telah menerapkan CDOB dan Cara Distribusi alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) untuk menyalurkan produknya. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada PT. APL dalam proses pendistribusian obat yaitu atau pengambilan barang. Dalam proses pengambilan barang di APL cabang Bogor sering memakan waktu karena gudang yang sedang direnovasi dan menyimpan barang terlalu banyak. Dari latar belakang masalah yang terjadi, dilakukan inovasi perencanaan pembuatan metode vision pick dengan teknologi Artificial Intelligence untuk meningkatkan efektivitas proses picking order.
Tugas khusus dilaksanakan secara daring. Dilakukan analisa masalah yang terdapat pada PT. APL cabang Bogor dengan melakukan diskusi dan tanya jawab dengan pihak PT. APL cabang Bogor. Dari masalah yang ditemukan kemudian dilakukan inovasi perancangan metode untuk menangani masalah yang terjadi.
Perencanaan inovasi metode vision pick dengan teknologi artificial intelligence telah dibuat dengan kerjasama pihak pengelola gudang yaitu apoteker penanggung jawab dengan divisi teknologi perusahaan. SAP harus diintegrasikan dengan teknologi kecerdasan buatan untuk meningkatkan kecepatan pengambilan barang sehingga proses distribusi di PT. APL lebih efisien.
Drug quality assurance in the distribution process is carried out by applying the Good Drug Distribution Method (CDOB). PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) is one of the pharmaceutical wholesalers in Indonesia that has implemented CDOB and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) to distribute their products. One of the activities carried out at PT. APL is in the process of distributing drugs or taking goods. The process of picking up goods at the APL Bogor branch often takes time because the warehouse is being renovated and stores too many items. From the background of the problems, an innovation in planning the making of the vision pick method with Artificial Intelligence technology was carried out to increase the effectiveness of the order picking process. Specific tasks are carried out online. Analysis of the problems in PT. APL Bogor branch by conducting discussions and questions and answers with PT. APL Bogor branch. From the problems found, an innovative design method was carried out to deal with the problems that occurred. The vision pick method innovation plan with artificial intelligence technology has been made in collaboration with the warehouse manager, namely the pharmacist in charge with the company's technology division. SAP must be integrated with artificial intelligence technology to increase the speed of picking up goods so that the distribution process at PT. APL is more efficient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alifatha Amartya Naufal
"Sediaan farmasi yang didistribusi oleh PBF tidak hanya sebatas sediaan solid, semi solid atau liquid. Sediaan CCP (Cold Chain Product) dan obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-Obat Tertentu juga didistribusi oleh PBF, terutama oleh PBF KFTD. Selama proses distribusi dari sediaan CCP, terdapat titik kritis yang harus selalu diawasi agar tidak terjadi kerusakan sediaan selama proses pengantaran barang. Untuk obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu juga selama pendistribusian harus diawasi secara ketat karena rawan terjadi penyalahgunaan. Pengamatan dilakukan di KFTD Bogor bagian Logistik dari pukul 08.00 – 16.00 dengan mengamati dan membantu proses penyiapan dan pendistribusian Cold Chain Product dan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu. Tidak terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Cold Chain Product dengan CDOB 2020 dan terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Narkotika dengan CDOB 2020. Perbedaan tersebut adalah hasil investigasi internal yang tidak dilampirkan pada laporan kehilangan barang narkotika ke Badan POM sedangkan pada CDOB dalam laporan kehilangan dilengkapi hasil investigasi internal.
Pharmaceutical preparations distributed by PBF are not only limited to solid, semi-solid, or liquid preparations. CCP (Cold Chain Product) preparations and drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs are also distributed by PBF, especially by PBF KFTD. During the distribution process of CCP preparations, there are critical points that must always be monitored so that inventory damage does not occur during the goods delivery process. Drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs during distribution, must be closely monitored because they are prone to abuse. Observations were made at KFTD Bogor in the Logistics section from 08.00 – 16.00 by observing and assisting in the process of preparing and distributing Cold Chain Products and Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs. There is no difference between the SOP for Cold Chain Product Delivery and CDOB 2020 and there is a difference between the SOP for Narcotics Delivery and CDOB 2020. The difference is the result of an internal investigation which is not attached to the report on the loss of narcotics to the POM while the CDOB in the loss report is accompanied by the results of the internal investigation. It is necessary to add the results of internal investigations to the attachment to the report on the loss of narcotic goods in the SOP so that they can comply with the 2020 CDOB."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Imadera Intan Jatu Pangestika
"PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) adalah salah satu anak perusahaan dari PT Kimia Farma Tbk. yang bergerak di bidang usaha distribusi dan perdagangan, antara lain produk-produk Farmasi, Alat Kesehatan, Kosmetik, Cold Chain Product, dan produk lainnya. KFTD Surabaya memiliki dua gudang yaitu gudang operasional yang terletak di Jemursari dan gudang tambahan/gudang buffer yang terletak di Waru. Gudang tambahan yang terdapat di Waru belum memiliki sistem inventory yang baik dan masih dilakukan secara konvensional. Hal ini menjadi kendala dalam sistem inventory karena sistem inventory yang dilakukan tidak terkendali dan tidak adanya pengawasan yang benar serta metode yang dapat dijalankan dengan baik. Implementasi WMS dapat dilakukan dengan adanya pengembangan digitalisasi inventory di Gudang Tambahan PT Kimia Farma Trading & Distribution Surabaya. Laporan ini bertujuan untuk mendapatkan sistem inventory yang dapat memonitoring stok dengan valid, terciptanya efektivitas operasional pada Gudang Tambahan PT Kimia Farma Trading & Distribution Surabaya dan pekerjaan dapat menjadi lebih tersistem. Metode pembuatan sistem inventory dilakukan dengan basis aplikasi menggunakan Visual Basic for Applications (VBA) Ms. Excel. pembuatan dilakukan mulai dari penyusunan konsep/ide, pembuatan database aplikasi menggunakan Ms. Excel, pembuatan desain form, pembuatan sistem coding dan menautkan form dengan sistem coding. Aplikasi ini dapat diterapkan di Gudang Tambahan KFTD Surabaya sebagai sistem inventory yang dapat memonitoring stok dengan valid serta dapat menjadikan pekerjaan lebih tersistem serta menciptakan efektivitas operasional.
PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) is a subsidiary of PT Kimia Farma Tbk. engaged in the distribution and trading business, including Pharmaceutical Products, Medical Devices, Cosmetics, Cold Chain Products, and other products. KFTD Surabaya has two warehouses: an operational warehouse in Jemursari and an additional warehouse/buffer warehouse in Waru. Additional warehouses in Waru do not yet have a good inventory system and are still carried out conventionally. This is an obstacle in the inventory system because the inventory system is carried out out of control and there is no proper supervision and methods that can be carried out properly. WMS implementation can be done with the development of inventory digitization in the Additional Warehouse of PT Kimia Farma Trading & Distribution Surabaya. This report aims to obtain an inventory system that can monitor valid stock, create operational effectiveness at PT Kimia Farma Trading & Distribution Surabaya's Additional Warehouse, and work can become more systemized. The method for creating an inventory system is done on an application basis using Visual Basic for Applications (VBA) Ms. Excel. The manufacture is carried out starting from the preparation of concepts/ideas, making application databases using Ms. Excel, creating form designs, creating coding systems, and linking forms with coding systems. This application can be applied at the Surabaya KFTD Additional Warehouse as an inventory system that monitors valid stock, makes work more systematic, and creates operational effectiveness."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nur Mulzimatus Syarifah
"Fasilitas distribusi merupakan sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan sediaan farmasi yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Standar kefarmasian pada sarana distribusi sediaan farmasi adalah Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB merupakan suatu kegiatan atau cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan. Di dalam CDOB tahun 2020, terdapat 12 Bab yang mengatur terkait prinsip-prinsip CDOB. Observasi dan wawancara terkait kegiatan implementasi CDOB dilakukan di PT. Anugrah Argon Medica (AAM) Cabang Jakarta 2. Berdasarkan hasil observasi langsung terhadap kondisi gudang dan dokumentasi serta wawancara kepada QS dan tim, AAM Cabang Jakarta 2 telah melakukan implementasi aspek-aspek yang diatur dalam Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) baik untuk obat lainnya dan CCP.
Distribution facilities are facilities used to distribute or distribute pharmaceutical preparations consisting of Pharmaceutical Wholesalers and Pharmaceutical Dosage Installations. Pharmaceutical Wholesaler (PBF) is a company in the form of a legal entity that has a license for the procurement, storage, distribution of drugs and/or drug ingredients in large quantities in accordance with the provisions of laws and regulations. Pharmaceutical standards in pharmaceutical preparation distribution facilities are Good Distribution Practice (CDOB). CDOB is an activity or method of distribution/distribution of drugs and/or medicinal materials that aims to ensure quality along the distribution/distribution channel according to the requirements and purpose of use. In the CDOB in 2020, there are 12 Chapters that regulate the principles of CDOB. Observations and interviews related to CDOB implementation activities were conducted at PT. Anugrah Argon Medica (AAM) Jakarta Branch 2. Based on direct observations of warehouse conditions and documentation and interviews with QS and the team, AAM Jakarta Branch 2 has implemented aspects regulated in the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) for both other drugs and CCP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sisi Praista
"Stress merupakan kondisi yang terjadi pada semua kalangan, baik dewasa maupun anak-anak. Stress dapat terjadi akibat adanya perubahan perilaku di lingkungan keluarga, kerja, sekolah, atau dimanapun. Stress dapat diatasi dengan terapi farmakologi golongan nartkotika, psikotropika, atau obat-obatan tertentu (OOT) dalam dosis yang sesuai. Obat-obatan tertentu (OOT) sering disalahgunakan karena memiliki efek tenang dan kesenangan berlebih. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan OOT, dalam penyerahan OOT dari distributor kepada konsumen harus memerhatikan nilai kewajaran dan frekuensi pembelian sebelumnya. Tujuan dilakukan pembuatan laporan ini adalah menganalisis penjualan dan penyalahgunaan tramadol dari KFTD kepada RS. X periode Oktober 2021 – September 2022 berdasarkan nilai koefisien variasi (KV) yang diperoleh. Metode yang digunakan adaah dengan melakukan studi literature, kajian pustaka, wawancara, dan pengambilan data sekunder. Kesimpulan yang diperoleh adalah penjualan tramadol dari KFTD cabang Bekasi kepada RS.X terdistribusi secara heterogen dan memiliki risiko penyalahgunaan tinggi karena nilai koefisien variasi (KV) yang diperoleh sebesar 248,63%.
Stress is a condition that occurs in all groups, both adults and children. Stress can occur due to changes in behavior in the family, work, school, or anywhere. Stress can be overcome with pharmacological therapy including narcotics, psychotropics, or certain drugs (OOT) in appropriate doses. Certain drugs (OOT) are often abused because they have a calming effect and excessive pleasure. Therefore, to avoid misuse of OOT, when handing over OOT from distributors to consumers, they must pay attention to the fairness value and frequency of previous purchases. The purpose of making this report is to analyze the sale and abuse of tramadol from KFTD to hospitals. X period October 2021 – September 2022 based on the coefficient of variation (KV) value obtained. The method used is by conducting literature studies, literature reviews, interviews, and collecting secondary data. The conclusion obtained is that sales of tramadol from KFTD Bekasi branch to hospitals are distributed heterogeneously and have a high risk of abuse because the coefficient of variation (CV) value obtained is 248.63%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nadya Firdausi
"Obat dengan indikasi gangguan gastrointestinal termasuk dalam 10 besar obat yang paling banyak diresepkan. Seringkali, pasien dengan keluhan gangguan gastrointestinal diresepkan beberapa obat secara bersamaan. Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit gastrointestinal perlu diperhatikan, karena dapat mengubah fisiologi saluran gastrointestinal yang mempengaruhi farmakokinetik obat. Maka dari itu dilakukan pengkajian resep yang juga termasuk bagian dari pelayanan farmasi klinik di apotek yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian resep untuk penyakit gastrointestinal berdasarkan kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Resep yang dikaji pada laporan ini diambil dari Apotek Roxy Biak bulan April 2023. Sebanyak tiga resep kasus diambil untuk laporan ini, berisi obat-obat untuk gangguan gastrointestinal yang diinstruksikan dokter untuk diracik. Hasil pengkajian resep menunjukkan, pada aspek administratif data pasien masih terdapat ketidaklengkapan, Pada aspek farmasetik, ada beberapa obat yang harus diperhatikan stabilitasnya jika diracik, terutama sediaan obat bersalut. Pada aspek klinis, diketahui terdapat resep yang memiliki masalah terkait dosis yang kurang tepat dan interaksi obat. Obat untuk gangguan gastrointestinal yang menyebabkan interaksi dengan obat oral secara farmakokinetik, sebaiknya tidak diracik menjadi satu sediaan, melainkan diberi instruksi waktu pemakaian obat.
Drugs for gastrointestinal disorders indications are among the top 10 most commonly prescribed medications. Often, patients with complaints of gastrointestinal disorders are prescribed several drugs simultaneously. Drugs used to treat gastrointestinal diseases need to be considered because they can change gastrointestinal tract physiology, which affects drug pharmacokinetics. Therefore, a prescription screening is carried out, which is also part of the clinical pharmacy service at the pharmacy and aims to determine the suitability of prescriptions for gastrointestinal diseases based on administrative studies, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. The prescriptions studied in this report were taken from Roxy Biak Pharmacy in April 2023. A total of three case prescriptions were taken for this report, containing drugs for gastrointestinal disorders that the doctor instructed to be compounded. The results of the prescription screening show that in the administrative aspect, patient data is still incomplete. In the pharmaceutical aspect, there are several drugs whose stability must be considered when formulated, especially coated drug preparations. In the clinical aspect, there are prescriptions that have problems related to inappropriate dosage and drug interactions. Drugs for gastrointestinal disorders that cause interactions with oral drugs pharmacokinetically should not be mixed into one preparation, but should be given instructions on when to use the drug."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nadya Firdausi
"Industri farmasi memainkan peran penting dalam kesehatan nasional dengan memproduksi obat yang aman dan berkualitas. Untuk memastikan kualitas tersebut, industri farmasi harus mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang salah satu aspeknya adalah pengawasan mutu. Departemen pengawasan mutu di industri farmasi memainkan peran penting dalam memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. PT Sterling Products Indonesia (Haleon) merupakan sebuah perusahaan di bidang consumer health yang beroperasi di Indonesia, telah memperoleh sertifikat CPOB untuk produk-produknya. Namun, dalam implementasi CPOB dan pengawasan mutu, sering kali terjadi kesenjangan antara harapan dan hasil aktualnya. Oleh karena itu, dilakukan gap analysis untuk menguji kesenjangan tersebut dan mengembangkan strategi untuk menghindarinya. Dalam hal pengawasan mutu, dokumentasi laboratorium seperti catatan laboratorium sangat penting dan harus disimpan dengan baik. Namun, proses pengisian, pengolahan, dan pengulasan data tersebut dapat memunculkan risiko human error. Oleh karena itu, dilakukan simplifikasi templat catatan laboratorium untuk mengurangi risiko tersebut. Pada laporan ini dilakukan pengujian kesenjangan antara pedoman CPOB dan implementasinya di Haleon secara deskriptif dengan observasi dan wawancara, serta membahas keunggulan simplifikasi templat catatan laboratorium. Berdasarkan hasil gap analysis, diketahui Haleon telah mentaati pedoman CPOB dan tidak terdapat kesenjangan dalam implementasinya. Simplifikasi templat catatan laboratorium telah memberikan keunggulan dalam hal continuous improvement. Dampak positif dari simplifikasi tersebut antara lain mengurangi beban kerja, mempercepat proses dokumentasi, mengurangi risiko kesalahan data, lebih ramah lingkungan, dan lebih hemat biaya. Action plan untuk implementasi simplifikasi tersebut telah didiskusikan dengan departemen terkait untuk memastikan tidak ada dampak negatif terhadap mutu dan aturan regulator.
The pharmaceutical industry plays an important role in national health by producing safe and and high-quality medicines. To ensure this quality, the pharmaceutical industry must follow Good Manufacturing Practices (GMP) guidelines, which includes quality control aspect. Quality control departments in the pharmaceutical industry play an important role in ensuring that products are produced in accordance with set standards. PT Sterling Products Indonesia (Haleon), a consumer health company in Indonesia, has obtained a GMP certificate for its products. However, in implementing GMP and quality control, discrepancies often occur between expectations and actual results. Therefore, a gap analysis is carried out to test these weaknesses and develop strategies for improvement. In terms of quality control, laboratory documentation, such as laboratory reports, is very important and must be stored properly. However, the process of filling in, processing, and reviewing this data can pose a risk of human error. Therefore, laboratory report templates were simplified to reduce this risk. In this report, gap analysis assessment of the GMP guidelines and their implementation at Haleon was carried out descriptively using observations and interviews, as well as discussing the advantages of simplifying the laboratory report template. Based on the results of the gap analysis, it is known that Haleon has complied with the GMP guidelines and there are no irregularities in implementation. The simplification of the laboratory report template has provided an edge in terms of continuous improvement. The positive impacts of this simplification include reducing workload, speeding up the recording process, reducing the risk of data errors, being more environmentally friendly, and being more cost-effective. Action plans for the implementation of these simplifications have been discussed with relevant departments to ensure there is no negative impact on quality and regulatory rules."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hutabarat, Rismauli Ruth Natasari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dengan izin hukum dan undang-undang yang berlaku sehingga berperan sebagai penggerak rantai pasok sediaan farmasi hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu analisis pengendalian persediaan yang umum digunakan adalah analisis fast, slow, dan non-moving (FSN). Analisis ini mengklasifikasikan barang berdasarkan seberapa sering suatu barang keluar dan masuk menjadi tiga kategori, yaitu fast, slow, dan non-moving. Perlu pengendalian persediaan sediaan farmasi pada PT. SamMarie Tramedifa guna mencapai ketersediaan obat yang optimal dengan biaya minimal dan alokasi biaya yang juga optimal sebagai topik laporan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di PBF. Tujuan pelaksanaan laporan pada praktik kerja profesi apoteker di PT. SamMarie Tramedifa adalah untuk mengetahui perbedaan analisis terhadap persediaan sediaan farmasi menggunakan Fast-Slow-Non-moving (FSN) dengan membandingkan metode Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC), dan frekuensi konsumsi untuk dijadikan referensi pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan PT. SamMarie Tramedifa. Berdasarkan analisis FSN menggunakan tiga metode, yaitu TOR, AMC, dan FK, diketahui terdapat perbedaan jumlah barang dan nilai persediaan sediaan farmasi dari ketiga hasil analisis tersebut dengan perbedaan yang sangat variatif antara kategori F, S, dan N. Pemilihan metode yang digunakan untuk analisis FSN bergantung kepada preferensi masing-masing perusahaan. Namun, metode yang paling merepresentasikan analisis FSN dengan dasar kriteria yang dapat diterima adalah metode Average Monthly Consumption
Pharmaceutical distributor (PBF) are companies that procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients with legal permits and applicable laws so that they act as drivers of the supply chain for pharmaceutical preparations until they reach the hands of consumers. One of the commonly used inventory management is FSN analysis. This analysis classifies goods based on how often an item comes in and out into three categories, namely fast, slow and non-moving. It is necessary to control the inventory of pharmaceutical preparations at PT SamMarie Tramedifa in order to achieve optimal drug availability optimal cost allocation as the topic of the pharmacist professional work practice report (PKPA) at PBF. The aim of implementing the pharmacist internship report at PT SamMarie Tramedifa is to find out the differences in analysis of pharmaceutical supplies using Fast-Slow-Non-moving (FSN) by comparing the Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC) and consumption frequency methods to be used as a reference for choosing a method that suits their needs. Based on FSN analysis using three methods, namely TOR, AMC, and FK, it is known that there are differences in the number of goods and inventory values ââof pharmaceutical preparations from the three analysis results with very varied differences between categories F, S, and N. Selection of methods used for analysis FSN depends on the preferences of each company. However, the method that best represents FSN analysis based on acceptable criteria is the Average Monthly Consumption (AMC) method."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Afifah Dhima Khalishah
"
ABSTRAKPendahuluan : Medication Errors (ME) merupakan masalah universal yang terjadi di banyak negara dan menjadi salah satu jenis medical errors yang paling umum terjadi. Setiap tahunnya ME dapat menyebabkan kejadian serius termasuk kecacatan hingga kematian. Kesalahan ini berpeluang terjadi pada setiap tahapan pengobatan termasuk tahapan yang paling sensitif yaitu dispensing. Sistem distribusi obat yang tepat dapat menjadi salah satu upaya Rumah Sakit dalam menurunkan kejadian medication errors. Salah satu sistem yang sudah digunakan oleh negara-negara di Amerika Serikat dan Eropa dalam menurunkan kejadian medication errors khususnya tahap dispensing yaitu Automated Dose Dispensing (ADD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran proses dan dampak implementasi Automated Dose Dispensing di Rumah Sakit. Metode : Literature Review atau studi telaah pustaka yang diambil dari online database yaitu Pubmed dan ScienceDirect dengan kata kunci Automated Dose Dispensing, impact, medication errors, workload, time efficiency, cost , rentang waktu studi yang diambil adalah 10 tahun terakhir (2010-2020). Hasil dan Diskusi : Ditemukan 19 penelitian yang menunjukkan gambaran proses dan dampak dari implementasi Automated Dose Dispensing yang terdiri dari penurunan medication errors, efisiensi waktu perawat, efisiensi biaya, beban kerja perawat yang menurun akibat berkurangannya pekerjaan terkait pengobatan, penurunan penggunaan obat yang tidak tepat, dan kepuasan user.
ABSTRACTBackground: Medication Errors (ME) are universal problem that occurs in many countries and one of the most common types of medical errors. Every year ME can cause serious events including disability to death. This error has the opportunity to occur at every stage of treatment, including the most sensitive stage, namely dispensing. The right drug distribution system can be one of the efforts of the hospital in reducing the incidence of medication errors. One system that has been used by countries in the United States and Europe in reducing the incidence of medication errors especially the dispensing stage is Automated Dose Dispensing (ADD). The purpose of this study is to get an overview of the process and impact of implementing Automated Dose Dispensing in Hospitals. Method: Literature Review or study of literature taken from online databases namely Pubmed and ScienceDirect with the keywords Automated Dose Dispensing, impact, medication errors, workload, time efficiency, cost, the time span of study taken is the last 10 years (2010- 2020). Results and Discussion: 19 studies were found that show a description of the process and impact of the implementation of Automated Dose Dispensing consisting of decreased medication errors, nurse time efficiency, cost efficiency, decreased nurse workload due to reduced work related to medication, decreased use of inappropriate drugs, and user satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nariyah Azzahra
"Distribusi obat harus memenuhi aspek yang tercantum pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agat obat dapat ditangani dengan baik untuk menghindari kerusakan atau penyalahgunaan obat. Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat Tertentu (OOT) merupakan produk obat yang dapat menyebabkan kecanduan sehingga berpotensi tinggi untuk disalahgunakan diluar tujuan medis. Diperlukan juga adanya dokumentasi, pencatatan dan pelaporan yang berfungsi untuk memonitor transaksi sediaan farmasi yang keluar dan masuk di PBF. Adanya dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan dapat memudahkan dalam melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu sediaan dan harus ditarik dari peredaran. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan membahas tentang Implentasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 dengan metode observasi dan wawancara kepada Apoteker Penanggung Jawab dan Petugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Medicine distribution must fulfill the aspects listed in Good Medicine Distribution Practices (CDOB) so that medicines can be handled properly to avoid damage or misuse of medicines. Narcotics, Psychotropics, Precursors and Certain Drugs (OOT) are medicinal products that can cause addiction so they have a high potential for abuse for other than medical purposes. There is also a need for documentation, recording and reporting which functions to monitor transactions of pharmaceutical preparations coming in and out of the PBF. The existence of documentation, recording and reporting can make it easier to carry out investigations if there is a problem with the quality of the preparation and it must be withdrawn from circulation. Based on the explanation above, the author will discuss the implementation of Standard Operating Procedures (SOP) for documentation, recording and reporting of narcotic drugs, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 using observation and interview methods with Responsible Pharmacists and Officers. . Based on the results of observations and analysis of the implementation of Standard Operating Procedures (SOP), documentation, recording and reporting of narcotics, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Drug Distribution Methods (CDOB) and has carried out in accordance with applicable Standard Operating Procedures (SOP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library