Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Triyanto
"Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Karena perkembangan penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dibutuhkan suatu perangkat hukum yang keras guna mengantisipasi meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Namun keadaan ini tetap tidak mampu menghentikan orang-orang yang sudah terlebih dahulu berkecimpung dengan bisnis haram tersebut. Baik pengguna maupun pengedamya tidak henti-hentinya mencari cara dan upaya untuk dapat tetap melakukan perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Dengan demikian perlu untuk dibicarakan, mengapa para pelakunya masih mengulangi perbuatannya. Dalam hal ini tentu ada berbagai proses yang mendorong pelaku untuk melakukan perbuatan tersebut.
Penelitian ini berupaya untuk mencari bagaimana proses seseorang sehingga terdorong untuk menjadi penyalahguna narkoba sehingga terjadi perbuatan melanggar hukum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh-pengaruh dari Iingkungan yang mendorong melakukan penyimpangan. Di Iingkungan tempat tinggal informan diketahui memberi pengaruh kepada perbuatan penyimpangan. Kemudian di Iingkungan penjara juga terdapat budaya kriminal yang bisa menjadikan orang yang masuk ke dalamnya menjadi lebih Jabal, karena bergaul dengan penjahat tangguh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bari Ahmad Adhyasta
"Pendahuluan
Berbagai studi menunjukkan obat off-label banyak diberikan pada pasien anak. Pemberian obat off-label dapat menimngkatkan risiko efek samping obat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peresepan obat off-label pada pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (IGD-RSCM) yang selama ini belum pernah diteliti.
Metode
Desain penelitian ini potong lintnag. Sampel peresepan, diambil dari rekam medis pasien anak di IGD-RSCM secara consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah peresepan untuk pasien anak usia 0-18 tahun di IGD RSCM pada periode Januari- Desember 2018. Kriteria eksklusi berupa data tidak terbaca atau tidak lengkap, peresepan elektrolit, suplemen, vitamin, dan obat luar. Data jenis kelamin, usia, dan jenis kelompok obat berdasarkan klasifikasi The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dicatat. Status peresepan off-label ditentukan berdasarkan usia pasien saat obat diresepkan. Proporsi peresepan off-label pada kelompok gender dan usia anak dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil
Dari 446 sampel peresepan yang diuji, 24,7% sampel merupakan peresepan off- label berdasarkan kategori usia.Berdasarkan kelompok ATC, kelompok obat yang paling sering diresepkan adalah obat sistem saraf dengan proposi off-label paling tinggi ditemukan pada kelompok agen antineoplastik dan imunomodulasi (88,2%). Tidak ada perbedaan proporsi peroff-label yang signifikan antara pasien anak laki- laki (21,9%) dan perempuan (27,4%) (p = 0,169, PR= 0,662 IK= 0,593 – 1,005). Tidak ada hubungan signfikan antara kelompok usia (bayi, anak, dan remaja) terhadap proporsi peresepan off-label (p = 0,086).
Kesimpulan
Proporsi peresepan obat off-label pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSCM adalah 24,7%. Jenis kelamin dan perbedaan kelompok usia antara bayi, anak, dan remaja tidak berhubungan dengan besar proporsi peresepan off-label.

Introduction
Various studies showed that pediatric patients often received off-label drugs. Off- label drug administration can increase the risk of adverse drug reactions. This study aims to evaluate the off-label prescriptions in pediatric patients at the Emergency Department of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (IGD-RSCM) which has never been studied.
Methods
This is a cross sectional study. Prescription samples were taken from the medical records at IGD-RSCM by consecutive sampling. The inclusion criteria were prescriptions for children aged 0-18 years treated at IGD-RSCM during January- December 2018. The exclusion criteria were unreadable, incomplete prescribing data, electrolytes, supplements, vitamins, and external medications. Data of gender, age, and drug class based on The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) classification were recorded. Off-label prescribing status was determined based on the patient's age at the time of prescription. Proportions of Off-label prescriptions in each gender and pediatric age groups were analyzed using the Chi-Square test. Results
Of the 446 prescriptions analyzed , 24.7% were prescribed off-labelly by age category. Based on the ATC, nervous system drugs was the most frequently prescribed medication. The highest proportion of off-label drugs prescription was the antineoplastic and immunomodulating agent (88.2%). There was no significant difference in the off-label prescription proportion between boys (21.9%) and girls (27.4%) (p=0.169, PR=0.662 CI=0.593-1.005). There was no significant association between age groups (infants, children and adolescents) and the proportion of off-label prescriptions (p= 0.086).
Conclusion
The proportion of pediatric off-label prescription at the IGD-RSCM was 24.7%. Gender and pediatric age group differences were not associated with the level of off-label prescriptions proportions.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Jacinda Yasmin Purnama Putri
"Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi salah satu tantangan bagi negara berkembang karena tingginya jumlah kasus yang terjadi jika dibandingkan negara maju. Hal ini dapat berdampak negatif pada aspek ekonomi maupun kesehatan bagi masyarakat. WHO telah merancang indikator pelayanan pasien untuk mengidentifikasi resep dan pelayanan oleh tenaga kesehatan melalui pengadaan nilai optimum sebagai upaya untuk menjaga kerasionalan penggunaan obat. Evaluasi pelayanan obat menggunakan indikator pelayanan pasien masih jarang dilakukan di rumah sakit wilayah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan obat menggunakan indikator pelayanan pasien di Klinik Umum Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan metode observasi untuk waktu konsultasi medis dan penyiapan obat, pelabelan dan kesesuaian penyerahan obat serta melakukan wawancara untuk mengetahui pengetahuan pasien. Sampel diambil secara consecutive sampling yaitu 100 untuk waktu konsultasi medis dan 99 untuk aspek lainnya. Analisis data univariat menunjukkan hasil waktu konsultasi medis 12,44 ± 8,1 menit; waktu penyiapan obat 2738,79 ± 1729,3 detik;  kesesuaian penyerahan obat (96,25%); pelabelan obat memadai (100%); dan pengetahuan pasien (78,78%). Kemudian, dilakukan analisis bivariat terhadap pengetahuan pasien. Uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai p=0,111, r=0,161 (usia); uji Mann-whitney U test nilai p=0,014 (tingkat pendidikan), nilai p=0,075 (jenis kelamin). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa tidak semua aspek indikator memenuhi nilai optimum dan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan pasien, maka dari itu pelayanan pasien di Rumah Sakit Universitas Indonesia masih perlu ditingkatkan.

Irrational use of drugs is one of the challenges in developing countries because of the high number of cases that occur when compared to developed countries. It can have a negative impact on economic and public health aspects. WHO has designed patient care indicators to identify prescriptions and services by health workers through the provision of optimum values in an effort to maintain rational drug use. Evaluation of drug services using patient care indicators is slightly done in Indonesia, especially in hospitals. This research was conducted to evaluate drug services using patient care indicators in the general outpatient at The University of Indonesia Hospital. It was conducted prospectively with observation for consultation and dispensing time, adequately labeled, and drugs actually dispensed also using the interview to determine patient's knowledge. Samples were taken consecutively with 100 samples for consultation time and 99 samples for other aspects. The univariate data analysis shows results for consultation time is 12,44 ± 8,1 minutes; drugs dispensing time is 2738,79 ± 1729,3 seconds; drugs actually dispensed is (96,25%); adequately labeled (100%); and patient's knowledge is (78,78%). Then, conducted bivariate analysis of patient’s knowledge. Spearman Correlation test analysis showed p=0,111, r=0,161 (age); Mann-whitney U Test showed p=0,014 (educational), p=0,075 (gender). Based on the results, it is concluded that not all aspects of indicators meet the optimum values and there was a relationship between educational level with patient's knowledge, therefore patient care at The University of Indonesia Hospital still needs to be improved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Saphira Wulandari
"Latar belakang: Glaukoma membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk mencegah perburukan dari saraf optik mata sehingga tingkat kepatuhan pasien menjadi faktor yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Tujuan: RSCM Kirana sebagai pusat rujukan penyakit mata di Indonesia belum memiliki data mengenai tingkat kepatuhan pada pasien glaukoma, sehingga penelitian ini ditujukan untuk menyediakan informasi mengenai tingkat kepatuhan pasien serta pengaruh antara lama pemakaian dan frekuensi pemakaian terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Metode: Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang dan digunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) sebagai instrumen yang disebarkan kepada pasien glaukoma pada RSCM Kirana dengan pengisian kuesioner dilakukan dengan mewawancarai pasien khususnya pasien glaukoma primer sudut terbuka. Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah subjek sebanyak 96 pasien.
Hasil: Didapatkan sebesar 50% pasien tergolong memiliki tingkat kepatuhan rendah, 32.29% pasien memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan 17.70% lainnya tergolong memiliki tingkat kepatuhan tinggi. Lama pengobatan terbanyak berada pada rentang 1 – 5 tahun yaitu sebesar 42.71% sedangkan untuk frekuensi pemakaian terbanyak berada pada kelompok dengan frekuensi pemakaian 1–3 kali yaitu sebanyak 56.25% pasien. Pengaruh antara lama pemakaian terhadap tingkat kepatuhan pasien cenderung tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan secara statistik yaitu nilai p = 0.355. Pada pengaruh antara frekuensi pemakaian terhadap tingkat kepatuhan juga cenderung tidak menunjukkan adanya makna yang signifikan secara statistik yaitu nilai p= 0.537.
Simpulan: Korelasi antara lama pemakaian dan frekuensi pemakaian terhadap tingkat kepatuhan cenderung tidak memiliki pengaruh (p= >0.05), sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pada pasien.

Background: Glaucoma needs a lifelong time of medication to prevent optic nerve damage, hence patient adherence is crucial to ensure treatment success.
Purpose: RSCM Kirana as a National Central General Hospital for eye disease has not been able to provide the data regarding medical adherence among glaucoma patients, therefore this study was aim to assess level of adherence among primary angle glaucoma patients and to analyze the relationship between length of use and frequency of use against medical adherence among glaucoma patients in RSCM Kirana.
Methods: This study was a cross sectional study. A consecutive sampling was used to select 96 participants. The participants were interviewed and adherence was rated using a Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) questionnaire.
Results: 50% of patients have low level of adherence to medical prescription, 32.29% have moderate level of adherence, and 17.70% other have high level of adherence to medical prescription. Most patients have been using glaucoma medication for 1 – 5 years which is 42.71% while 56.25% of patients were using 1 – 3 times of eye drops daily. There were no association between length of use and frequency of use with medical adherence (p= >0.05).
Conclusions: Medical adherence were not correlated with the length of use and frequency of use of medication. Therefore, we suggested to do a further research to identify other factors that may affect medical adherence among glaucoma patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isbandi Rukminto Adi
"ABSTRAK
Peningkatan angka penyalahguna zat dari tahun ke tahun menunjukkan gambaran yang oukup 'memprihatinkan' bagi para pembuat kebijakan. Oleh karena itu, Presiden Soeharto dalam perterauannya dengan Menko Polkam menyatakan keprihatinannya terhadap peredaran obat-obatan dan minuman keras di kalangan anak muda. Apalagi Indonesia saat ini bukan lagi menjadi transit perdagangan narkotika Internasional, tetapi sudah menjadi kawasan yang dituju oleh pedagang narkotika itu. Oleh karena itu, Presiden juga menginstruksikan agar j ajar an Polkaio segera melakukan tindakan pencegahan(Republika 1994:1). Adanya kecenderungan peningkatan angka penyalahguna 2at di Indonesia, serta semakin meningkatnya tindak kriminal yang secara tida-k langsung terkait dengan penyalahgunaan zat dewasa ini, maka dalam tesis ini dicoba dikaji variabel-variabel yang terkait dengan terbentuknya perilaku individu dalam menggunak*n zat. Variabel-variabel yang menjadi independen Variabel dalam hubungan antara faktor yang memungkinkan munculnya suatu perilaku dengan munculnya suatu perilaku tertentu adalah: niat individu untuk menggunakan zat; konsep diri; dukungan teman sepermainan; kepaduan dalam keluarga; serta keterjangkauan cara dan inforraasi untuk menggunakan zat dalam kaitan dengan tingkat keterlibatan individu sebagai pengguna zat.
Berdasarkan temuan di lapangan, ada hal yang cukup mengkhawatirkan bagi para guru ataupun mereka yang terlibat dalam upaya menanggulangi penggunaan zat di kalangan remaja yaitu mudahnya para remaja tersebut mendapatkan obat dan narkotika .(termasuk didalamnya minuman keras). Dari hasil lapangan juga tampak bahwa dukungan teman sepermainan untuk menggunakan zat menjadi variabel yang amat penting untuk dipertimbangkan dalam rangka membangun strategi untuk menanggulangi penyalahgunaan zat di kalangan remaja, terutama remaja-remaja di kota-kota besar. Hal ini perlu dipertimbangkan karena lebih dari 68% sumber para remaja mendapatkan obat dan narkotika "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Maolana
"This thesis is about the strategy to prevent dugs abuse in Rutan ?X?, as mentioned openly by news paper and media that even the prisoners is confined in the prison with maximum security, they can be done something attack the rules in prison like drugs abuse.
Research method used in this thesis is Qualitative Descriptive based on routine activity theory proposed by Shaw and McKay, that perspective routine activity has a theory in preventive crime namely the situational preventive crime.
From the research we can know that dmgs abuse in Rutan ?X? happen because the security is weak be a smugly drugs and narcotic. The scope of the strategy to prevent drugs and narcotic abuse focused onto reduce possibility that national prison become the target of drugs smuggling (to reduce supply) by conducting the situational approach."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Yanti
"Prevalensi penyalahguna NAPZA meningkat setiap tahun dimana rentang usia penyalahguna NAPZA tertinggi yaitu 20-29 tahun. Dampak penyalahgunaan NAPZA dapat mempengaruhi individu usia dewasa muda dalam pencapaian intimasi. Keluarga dengan anggota keluarga penyalahguna NAPZA mengalami sejumlah masalah yaitu kekerasan, terganggunya kebiasaan keluarga, perpisahan, perceraian, panutan yang tidak baik dan kesulitan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali makna pendampingan yang dilakukan keluarga terhadap penyalahguna NAPZA usia dewasa muda dalam pencapaian intimasi. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi yang melibatkan sebelas partisipan. Data dikumpulkan dengan indepth interview dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi dengan penambahan satu langkah yaitu mengembalikan hasil analisa kepada partisipan untuk dikonfirmasi. Hasil penelitian didapatkan empat tema yaitu tugas perkembangan dewasa muda yang universal, faktor internal dan eksternal yang menghambat tugas perkembangan dewasa muda penyalahguna NAPZA, keluarga adalah pendamping utama dewasa muda penyalahguna NAPZA, beban keluarga penyalahguna NAPZA yang kompleks. Hasil penelitian merekomendasikan pentingnya terapi psikoedukasi keluarga oleh perawat dalam mendampingi keluarga yang memiliki anggota keluarga penyalahguna NAPZA usia dewasa muda.

The prevalence of drug abuse increases every year where the highest drug use age range is young adults aged 20 29 years. The impact of drug abuse can affect young adults in the achievement of intimacy. Families with drug users often experience problems such as violence, separation, divorce and economic difficulties. The purpose of this study is to explore the meaning of family accompaniment against young adult drug abuser in the achievement of the task of development of intimacy. The research design was qualitative with descriptive phenomenology approach involving eleven participants. Data were collected through indepth interview and analyzed using Colaizzi approach method. The result of the research is got four themes that is the universal of young adult development task, internal and external factors that inhibit the development task of young adult drug abuser, the family is the main companion of young adult drug abuser and burden of drug abuser family is complex. The results of the study recommend the importance of family psychoeducation therapy by nurses in accompanying families who have family members of young adult drug abusers."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Carolina Tonggo Marisi
"ABSTRAK
NPS belakangan mulai banyak muncul di pasar gelap narkoba di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. NPS umumnya disintesis dengan memanipulasi struktur kimia dari suatu senyawa psikoaktif sehingga menghasilkan produk dengan struktur yang serupa namun tidak identik dengan senyawa psikoaktif ilegal. Pada tahun 2016, para-metoksimetamfetamina PMMA , metamfetamina dengan substituen metoksi merupakan NPS yang paling banyak ditemui pada sampel yang dikirim ke Balai Laboratorium Narkoba BNN oleh penyidik. Keterbatasan bahan pembanding PMMA menjadi hambatan dalam mengidentifikasi sampel narkotika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis PMMA dari metamfetamina sabu melalui 4 tahap reaksi : nitrasi, reduksi, hidrolisis garam diazonium, dan metilasi. Identifikasi dan karakterisasi senyawa menggunakan KLT, UV, dan GC-MS. Purifikasi senyawa PMMA menggunakan KLT preparatif Silica Gel RP18 F254S dengan komposisi eluen etil asetat: metanol: ammonia 85: 10: 5 yang ditunjukkan dengan bercak pada Rf 0.3. PMMA hasil sintesis dengan kemurnian 99,3790 telah digunakan sebagai bahan pembanding untuk analisis sampel. Tablet mengandung PMMA dan sampel spike dianalisis menggunakan metode GC-MS dengan kolom kapiler HP-5MS 30 m x 0.25 mm i.d dan waktu analisis kurang dari 30 menit. Kromatogram menunjukkan puncak pada 8,504 menit dengan pola fragmentasi 58, 91, 121, 149 and 179 m/z.

ABSTRACT
Recently, New Psychoactive Substances NPS have rapidly emerged on the illicit drug market in many countries around the world including Indonesia. NPS commonly are created by manipulating chemical structures of other psychoactive drugs so that the resulting products are structurally similar but not identical to illegal psychoactive. In 2016, Para methoxymethamphetamine PMMA , a methoxy substituted methamphetamine was the most common NPS sample submitted to Drug Testing Laboratory National Narcotics Board of Indonesia by investigators. Lack of reference standard of PMMA became an obstacle to identify this compound in narcotic samples. The aim of this study was to synthesize PMMA from methamphetamine sabu through 4 stages of reactions nitration, reduction, hydrolysis of diazonium salts, and methylation. Identification and characterization of the compounds were performed by employing TLC, UV, and GC MS. Purification of PMMA was carried out using preparative TLC Silica Gel RP18 F254S with eluent composition ethyl acetate methanol ammonia 85 10 5 showed PMMA spots at Rf 0.3. The synthesized PMMA with purity 99,3790 was used as reference standard for analyzing samples. Tablet samples containing PMMA and spiked samples were investigated by using GC MS method with capillary column HP 5MS 30 m x 0.25 mm i.d and run time less than 30 minutes. The chromatogram showed at 8.504 minutes with fragmentation pattern 58, 91, 121, 149 and 179 m z. "
2017
T47847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Latifah Novianti
"Menurut data WHO (2015) jumlah perempuan yang terinfeksi HIV adalah sebanyak 16,0 juta jiwa dan 3,2 juta jiwa merupakan anak-anak (<15 tahun) dari total 36,7 juta orang yang terinfeksi HIV. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak merupakan upaya pengendalian HIV/AIDS karena membantu menurunkan jumlah orang terkena HIV. Dari tahun 2000 sampai dengan 2015 penurunan jumlah orang yang tertular HIV sampai dengan 35 % dari program pencegahan HIV. Salah satu pencegahannya adalah pemeriksaan tes HIV kepada Ibu hamil. Provinsi Jawa barat termasuk dalam 3 provinsi terbanyak kasus HIV, Puskesmas Cicalengka dan Puskesmas Rancaekek merupakan Puskesmas yang tersedia layanan pemeriksaan tes HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku test HIV pada ibu hamil. Design cross sectional dengan menggunakan instrument kuesioner. Hasil regresi logistic dalam penelitian didapatkan persepsi manfaat (P value = 0,021; OR = 0,299), informasi (P value = 0,004; OR = 6,67) dan dukungan petugas kesehatan (P value = 0,011; OR = 3,704) merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku tes HIV pada ibu hamil, dengan faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor informasi. Disarankan untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan upaya promosi tentang pencegahan HIV melalui media elektronik untuk memudahkan akses informasi oleh masyarakat.

The number of women who is infected by HIV is 16.0 million. Moreover, 3.2 million from 36.7 million number who infected by HIV are children (<15 years old) (WHO, 2015). Prevention of mother-child transmission is one of HIV-infected. From 2000 until 2015 the decreased number of people who are infected by HIV down to 35% resulting from HIV prevention. One of the gold standards in prevention programs is HIV examination for pregnant women. West Java Province included in three largest provinces of HIV cases, primary health care center in Cicalengka and Rancaekek are providing HIV test service. The aims of this study are related to HIV test behavior in pregnant women. A cross-sectional design with questionnaire measurement was used in this study. The result of regretion logistic shows that benefit perception (P = 0.021, OR = 0.299), information (P = 0.021, OR = 0.299), and health care provider support (P = 0.021, OR = 0.299) are factors determinant in this study. Information factor resulting as most influencing factors in this study. Recommended to the department of health and public health center is to improve the promotion of HIV using electronic media to help the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apituley, Patricia Febrianne
"

Penyalahgunaan narkotika pada anak jalanan merupakan suatu fenomena kesehatan masyarakat di Indonesia yang salah satu upaya penanganannya adalah dengan rehabilitasi. Dukungan sosial merupakan komponen penting dalam pemulihan, namun anak jalanan memiliki dukungan sosial yang rendah untuk pulih sehingga layanan rehabilitasi bagi kelompok ini merupakan tantangan tersendiri. Sejak tahun 2016, Yayasan Balarenik sebagai lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh elemen masyarakat telah melayani anak jalanan yang sebagian besar termasuk kategori children on the street. Yayasan mampu menjangkau dan mendampingi anak menyelesaikan program rehabilitasi narkotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk dukungan sosial bagi penyelesaian program rehabilitasi narkotika anak jalanan di Yayasan Balarenik tahun 2016-2018. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Teknik yang digunakan adalah wawancara dengan konselor & petugas penjangkau, ketua yayasan & perwakilan keluarga. Penelitian dilakukan pada bulan Maret s.d. Mei 2019 di Yayasan Balarenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang paling dominan diberikan di yayasan adalah dukungan instrumental serta pendampingan. Dukungan sosial yang diberikan mampu membuat anak menyelesaikan program rehabilitasinya, namun kurang menunjang pencegahan relapse karena dipengaruhi faktor ekonomi, keluarga, dan peer group negatif. Beberapa jenis dukungan justru bersifat kontraproduktif karena menimbulkan permasalahan baru, salah satunya eksploitasi anak oleh orang tua demi memperoleh dukungan instrumental.


Drug abuse among street children is Indonesia`s public health phenomenon that need rehabilitation program. Social support plays huge part in recovery, but street children have low social support to recover, that makes therapy for this group is a huge challenge. Since 2016, Yayasan Balarenik as a community-managed rehabilitation centre provide services for street children, most of whom are in children on the street category. Balarenik is able to reach and assist those children to complete their program. The purpose of this study is to identify and analyze the forms of social support given to street children`s rehabilitation program completion at Yayasan Balarenik on 2016-2018. This study use a qualitative approach with case study design, by interviewing counselors and outreach officers, Yayasan Balarenik`s Chief, and family representatives. The study was conducted in March to May 2019 at Yayasan Balarenik. Results of this study show that the most dominant social support given is instrumental and companionship. Social support given is able to assist street children to complete their rehabilitation program, but not enough to prevent relapse due to economic, family, and negative peer group factors. Some form of social support is counterproductive as it creates new problems, one of which is children exploitation by parents to obtain instrumental support.

"
2019
T53690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>