Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Paolini, Christopher
Abstrak :
Eragon, anak laki-laki berusia 15 tahun, tinggal bersama paman dan sepupunya di desa bernama Carvahall. Suatu hari ketika sedang berburu ia menemukan batu berwarna biru yang indah di hutan. Karena mengira benda itu berharga dan bisa dijual mahal, ia membawa pulang batu itu. Ternyata batu itu telur naga! Eragon diam-diam memelihara naga itu karena ia tahu pamannya tidak akan setuju. Dari pendongeng tua bernama Brom, Eragon belajar mengenai naga dan sejarah mereka. Brom ternyata bukan pendongeng biasa. Saat Eragon terbang bersama naganya yang dinamainya Saphira, pamannya dibunuh makhluk-makhluk Ra'zac. Eragon bertekad memburu para Ra'zac yang membunuh pamannya dan Brom berkeras ikut. Di perjalanan Brom mengajarkan cara bertarung dengan pedang dan ilmu sihir. Brom berkata Eragon adalah penerus klan para Penunggang Naga. Dahulu Penunggang Naga adalah semacam penjaga keamanan di negara Alagaesia, tempat Eragon tinggal. Seseorang yang menyaksikan telur naga menetas terpilih menjadi Penunggang. Naga di kisah ini adalah makhluk yang memiliki kekuatan supranatural dan dapat berkomunikasi dengan para Penunggang. Klan Penunggang Naga punah karena salah seorang berkhianat dan membujuk Penunggang-Penunggang lain mengikuti jejaknya. Sang pengkhianat bernama Galbatorix, yang sekarang menjadi raja Alagaesia. Ia memerintah dengan kejam, sehingga beberapa orang yang setia pada klan Penunggang memberontak dan membentuk kelompok Varden. Galbatorix memiliki 3 butir telur naga, yang ia tunggu bertahun-tahun untuk menetas di bawah kekuasaannya, sehingga 3 orang Penunggang baru akan menjadi anak buahnya. Sayangnya, salah satu telur berhasil dicuri para Varden (Brom!) dan ditemukan Eragon: Saphira. Selain ceritanya yang seru, di bagian belakang buku ini juga ada semacam Kamus Bahasa Kuno yang dipakai para Penunggang untuk mengucapkan mantra-mantra mereka. Bahasa itu merupakan dasar semua kekuatan. Bahasa Kuno menjabarkan sifat sejati benda-benda, bukan aspek buatan yang dilihat semua orang. Misalnya, api disebut brisingr. Itu bukan saja nama untuk api, tapi itulah nama api. Kalau penggunanya cukup kuat, ia bisa menggunakan brisingr untuk mengarahkan api ke wujud apa pun yang diinginkannya.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2019
813.6 PAO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yang, William Win
Abstrak :
ni adalah buku tentang memahami cara kerja sistem kapitalisme modern, yang puncaknya digunakan untuk memprediksi trading. Baik itu saham, crypto, forex, index, ataupun commodity. Prediksi dengan akurasi nyaris 100% sebagaimana yang dilakukan pemain besar berskala dunia, seperti George Soros dan para spekulan dunia lainnya. Mereka tidak memelototi chart sebagai panduan utama mereka. Mereka tidak melakukan diversifikasi saat melakukan serangan besar mereka. Mereka mempertaruhkan seluruh kekayaan mereka dalam serangan satu pukulan. Mereka bahkan berutang untuk itu. Karena jika kemungkinan menang sudah nyaris 100%, untuk apa kita diversifikasi? Karena jika kemungkinan menang sudah nyaris 100%, alangkah bodohnya jika tidak menggunakan semua resourcesyang ada, kalau perlu berutang. Lebih dari itu, buku ini juga bercerita tentang bagaimana mengamankan diri saat krisis, bagaimana mengakumulasi kekayaan saat masa kemakmuran, dan memanennya saat krisis, juga apa yang sebaiknya kita lakukan saat kita sudah terlanjur terjerumus dalam krisis. "Success means vety patient, but aggressive when it's time."
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2021
338.910 WIN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Panjaitan, Meilda Bernadetha
Abstrak :

ABSTRAK
Tarian Naga dan Tarian Singa di Semarang. Tarian naga dan tarian singa merupakan bentuk kesenian tradisional Cina yang masih ada hingga saat ini di Semarang. Di kota ini setiap tahun digelar pertunjukan tarian naga dan singa untuk memeriahkan perayaan HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Sam Po yang oleh masyarakat Cina di Semarang dianggap sebagai dewa pelindung mereka begitu dihormati sehingga perayaan HUT kedatangannya ke Semarang dirayakan dengan sangat meriah.

Awal mula munculnya kedua tarian ini di Semarang tidak dapat diketahui secara pasti. Namun dengan munculnya perkumpulan Kong Gie Siang pada tahun 1900 yang merupakan perkumpulan pertama di Semarang yang mengembangkan kedua tarian ini menunjukkan bahwa usia kedua tarian ini hingga tahun 1996 telah tua.

Penelitian mengenai kedua tarian ini di Semarang dilakukan di dua buah perkumpulan yaitu Hoo Hap dan Dharma Asih, selain itu juga diadakan penelitian di kelenteng Sam Pao Kong Gedung Batu, Semarang yang merupakan tempat diadakannya perayaan memperingati HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keadaan dan perkembangan kedua tarian itu di Semarang.

Dalam perkembangannya ternyata kedua tarian itu bukan hanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Indonesia tapi ternyata juga telah memberi pengaruh pada kebudayaan Indonesia.
1997
S12963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library