Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Lisa
Abstrak :
Karbamazepin merupakan obat yang termasuk ke dalam Biopharmaceutical Classification System kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi, sehingga disolusi menjadi lambat yang akan mempengaruhi absorpsi obat. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju disolusi karbamazepin melalui pembentukan dispersi padat menggunakan polivinil pirolidon (PVP) dan kemudian dispersi padat diaplikasikan untuk pembuatan tablet cepat hancur. Dispersi padat dibuat dengan 3 perbandingan 1:2, 1:1, 2:1. Hasil karakterisasi dispersi padat dengan FTIR menunjukkan adanya interaksi berupa ikatan hidrogen antara karbamazepin dan PVP, dan hasil uji dengan DSC serta XRD menunjukkan terjadi perubahan bentuk kristal menjadi amorf. Peningkatan laju disolusi masingmasing dispersi padat 1:2 sebesar 5,87 kali, 1:1 sebesar 5,21 kali dan 2:1 sebesar 2,73 kali dari karbamazepin standar. Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula 1, 2 dan 3 yang mengandung dispersi padat dengan konsentrasi crospovidone 10,15, dan 20 mg masing –masing memiliki kekerasan 6,67 kP; 6,69 kP; 6,44 kP, keregasan 0,37 %; 0,54%; 0,96%, waktu hancur 923,5; 792; 610,5 detik, dan waktu pembasahan 827,67; 735; 544,33 detik. Dan formulasi yang menggunakan metode dispersi padat belum memenuhi persyaratan waktu hancur dan pembasahan tablet cepat hancur. ...... Carbamazepine is a drug that belongs to the Biopharmaceutical Classification System class II with low solubility and high permeability, so that to decrease the dissolution which effects drug absorption. This research is intended to improve dissolution rate of carbamazepine by forming solid dispersion with polyvinyl pyrolidone (PVP) and then solid dispersion to be applied in creating fast disintegrating tablet (FDT). Solid dispersion were made with 3 ratio are 1:2, 1:1, 2:1. The characterization result of solid dispersion using FTIR showed hydrogen bonding interaction between carbamazepine and PVP, and the test result using DSC and XRD showed that there is a deformation of crystal to amorphous state. The enhancement dissolution rate each of solid dispersion 1:2 as bing as 5,87 times, 1:1 as bing as 5.21 times and 2:1 as bing as 2.73 times from carbamazepine standard. The FDT’s evaluation showed that formula 1, 2, 3 contains solid dispersion with crospovidone concentrations 10, 15, 20 mg each has 6.67kP; 6.69kP; 6.44kP of rigidity, 0.37%; 0.54%; 0.96% of friability, 923.5; 792; 610.5 seconds of in vitro disintegration time and 827.67; 735; 544.33 seconds of wetting time. And formulation that uses solid dispersion technique does not meet requirements of disintegration time and wetting time of FDT yet.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The aim of this research is to estimate dioxin/furan emission and concentration that can be used to present an altermative policy for emission reduction....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The research to accelerate furosemide dissolution rate has been done through physical property modification by solid dispersion forming polyvinylpyrolidone (PVP) carrier with solvent method. Pure furosemide posses property of being practically insoluble in water and has low bioavailability. In current research, six weight ratio of furosemide to PVP being used are 1:1; 1:3; 1:5; 1:9 and 1:15. Physical mixtures are made in equivalent weight ratio. The dissolution rate was examined by paddle method in phosphat buffer pH 5,8. Solid dispersion caracterised with in vitro dissolution study, X-ray diffraction, infra red spectrophotometer and differential scanning calorimetric. The result shows that solid dispersion of furosemide with PVP carrier is higher compare to physical mixture dissolution rate and pure furosemide. The ratio furosemide to PVP who has the highest dissolution rate is 1:15. The analyzing shows the existing of altering crystalline to amorphous state.
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Juwita
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam tujuh tahun terakhir, jaringan fiber optik koheren telah memungkinkan berkembangnya generasi komunikasi optik digital berkecepatan tinggi. Teknologi transmisi koheren meningkatkan kapasitas dan jangkauan sistem transmisi fiber optik jarak jauh. Dengan didukung oleh teknologi laser koheren linewidth sempit, sistem modulasi multilevel, dan sistem deteksi koheren, transmisi optik digital koheren dapat mencapai bit rate hingga 100 Gbit/s. Jaringan fiber optik koheren dengan kapasitas tinggi dapat memenuhi permintaan bandwidth yang tumbuh dengan cepat di industri telekomunikasi dan merupakan solusi paling efisien untuk mentransmisikan data berkecepatan tinggi pada jarak jauh (long haul). Fiber optik menyediakan bandwidth besar dengan latency yang rendah. Perkembangan layangan dengan konsumsi bandwidth besar memerlukan jaringan transmisi long haul yang dapat membawa data berkecepatan 40Gbps -100 Gbps, dan diharapkan mencapai 400 Gbps - 1 Tbps di masa datang. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) akan membangun sistem kabel laut optik koheren dengan sistem DWDM berkapasitas 80x100Gbps dan jarak terpanjang sejauh 3.672 km, menghubungkan Dumai sampai ke Menado, dengan nama Indonesia Global Gateway (IGG). Kabel laut ini menjadi jalur kontingensi layanan PT Telkom ke arah global yang selama ini hanya melalui Singapura, dengan memberikan jalur alternatif melalui Menado. Dalam pelaksanaannya, diperlukan evaluasi dan verifikasi terhadap desain yang telah dibuat oleh tim pembangunan IGG untuk menentukan optimal tidaknya sistem yang akan dibangun. Dalam tesis ini, dilakukan evaluasi terhadap desain sistem IGG, dengan pemodelan menggunakan aplikasi simulasi jaringan optik Optisystem. Pemodelan dilakukan dengan mempergunakan spesifikasi teknis perangkat pembentuk sistem jaringan IGG, dan diverifikasi dengan memperhatikan pengaruh dispersi terhadap sistem dengan kecepatan tinggi (100 Gbps) long haul, pemilihan jenis modulasi, pemilihan jenis fiber optik, penggunaan sistem deteksi koheren, penyempitan linewidth dan pemodelan sistem DWDM. Parameter yang menjadi acuan evaluasi adalah bentuk konstelasi sinyal terima di penerima dan BER
ABSTRACT
In the last seven years, the fiber optic network has enabled the development of nextgeneration coherent optical high-speed digital communications. Coherent transmission technology increases the capacity and coverage of fiber optic long haul transmission systems. Supported by a coherent narrow line width laser technology, along with the system of multilevel modulation and coherent detection systems, the digital coherent optical transmission bit rate can reach up to 100 Gbit / s. Coherent optical fiber network with high capacity can meet the demand for bandwidth and it is growing rapidly in the telecommunications industry since it is the most efficient solution for transmitting high speed data. Fiber optics provides a large bandwidth with low latency. The development of services with a large bandwidth consumption require transmission long haul networks that can carry data speed 40Gbps -100 Gbps, and is expected to reach 400 Gbps- 1 Tbps in the future. PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) is intentionally going to build a coherent optical submarine cable system with a capacity of 80x100 Gbps DWDM systems and the longest distance as far as 3,672 km, connecting Dumai to Manado, under the name Indonesia Global Gateway (IGG). This sea cable into contingency lines PT Telkom towards global service, during which in the past only through Singapore, by providing an alternative route via Manado. In the implementation, evaluation and verification of the design that has been created by the IGG development team are needed, in order to determine whether or not the optimum system to be built. In this thesis, evaluation of the IGG system design, modeling simulation of optical network using the application Opti-system. Modeling done by using technical specifications of devices forming the IGG network system, and verified by observing the effect of dispersion of the system at high speed (100 Gbps) long haul, the selection of modulation type, the choice of optical fiber, the use of the system coherent detection, narrowing the line width and modeling DWDM system. As parameter, the researcher uses the reference signal constellation form which is received in the receiver and BER.
2016
T45402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyanti Mayasari
Abstrak :
Dalam proses perencanaan suatu sistem tenaga listrik, aspek lingkungan jarang dilibatkan sebagai salah satu komponen dalam investasi. Sehingga yang terjadi kemudian adalah munculnya biaya tambahan akibat aktifitas pembangkit yang merugikan lingkungan, berupa dampak terhadap kesehatan manusia. Eksternalitas atau Biaya Eksternal merupakan biaya tambahan yang seharusnya dikeluarkan suatu pihak karena suatu kegiatan yang mempengaruhi pihak lain, namun tidak diperhitungkan oleh pihak tersebut. Metode Impact Pathway Approach (IPA) adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk perhitungan Eksternalitas Pembangkit Tenaga Listrik, yang menggunakan konsep pemodelan Dispersi Atmosfir dalam menganalisis dan mencari besarnya Dampak Kesehatan serta Biaya Eksternal. Model Robust Uniform World Model (RUWM)#2 merupakan salah satu model IPA yang digunakan untuk perhitungan Eksternalitas, penggunaannya didasari oleh ketersediaan data statistik, perhitungan yang akurat dan dapat dilakukan secara manual. Contoh kasus yang digunakan di sini adalah PLTU Paiton, dengan menggunakan pemodelan RUWM#2 secara manual, diperoleh besar Biaya Eksternal sebesar 0,468 cent USD per kWh dan dilakukan validasi terhadap hasil penggunaan Modul AIRPACTS dalam Software SIMPACTS yang sebelumnya telah memperoleh Eksternalitas PLTU Paiton sebesar 0,46 cent USD/kWh, maka besarnya %deviasi kedua hasil tersebut adalah 1,8 %. ......In designing electrical power system, environmental aspect is seldom to be involved as a component of investment. Therefore, there will be an additional cost arose due to activity of power generator, such as human health impacts. Externality or External Cost is an additional cost that should be paid by particular party but they did not consider it. Impacts Pathway Approach Method is an approach to estimate the externality. The method is using the Atmospheric Dispersion concept to assest and to determine the health impact and the external cost. Robust Uniform World Model (RUWM) #2 is a model used to assest the externality because of availability of statistical data, the accuracy and can be used manually. Study case of this research is PLTU Paiton, using RUWM#2 modelling with manual calculation. Externality of PLTU Paiton is 0,468 cent USD per kWh and validation of both result, manual assestment and the result of AIRPACTS modul in SIMPACTS Software on the previous reseach is 0,46 cent USD per kWh. Therefore the deviation is 1,8%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30352
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Heryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Tembaga pengerasan terdispersl' dengan alumina sebagai fase terdispersinya merupakan salah sam paduan yang rnenliliki sffat kestabilan yang rukup bail' pada temperalur ringgi. disampiug kelvectan, konrhdrlivitos listril: dan panasrrya yang cukup baik Paduan ini banyak digrmalcan svbqgai electrode gnu! welding, penyangga kumparan pada lampu pyar, serta beberapa a_p!iJ:asi lain ya»:_g beroperasi pada temperalur tinggi.

Pedal paneffzfan ini diterapiun prases mefaiurgi ser-buf dan akan diiihat szberapa jauh pengaruh dan kampaksi vakum dan relfarz-pancs-filo! pressing) terhadap berat jenfs, kekerasan dan kanfiulslivitas panas dari paduan lembaga pengerasan terdispersi.

Dari peneiirian diperoleh has# bahwa dengan adanya kondisi vabun pada pruses l:ompa1:si didapa! bakalan dengan berat jenis yang lebih tfnggi darf proses kompalsi biaso. Peningkatan Iekanan yang diberikan pada proses lrompalcsi dan prases tekar: panes menyefsabkan frfqadinya has!! optimum dari sxjbt-sifal bahan_ Dari bahan serelah prases tekan panas didapat bchwa bera! jenis oplimum, kekerasan opmnum dan lcandufdivitas panas optimum diperoleh afengan tekanan falcon-panes I0 kN
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S41215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dispersi cair-cair sering ditemui dalam berbagai teknologi proses yang melibatkan kontak antara dua fasa cair seperti membran cair emulsi. Dalam operasi tersebut dispersi harus dijaga pada suatu tipe tertentu, yaitu tipe minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fraksi volume pelarut organik, kecepatan pengadukan, dan ketinggian impeler terhadap kestabilan dan tipe dispersi yang terbentuk pada sistem toluena-air dengan ekstraktan 0.3 M versaric-6 acid. Selain itu ingin diketahui pula pengaruh penambahan surfaktan span 80 pada sistem tersebut.

Pengadukan dilakukan terhadap sistem. Tipe dispersi yang terbentuk diperoleh dari pengamatan perilaku sedimentasi dan koalesensi, untuk data kestabilan diperoleh dari pencatatan waktu koalesensi. Perubahan parameter meliputi fraksi volume pelarut organik (φ0) 0.4-0.6, kecepatan pengadukan (N) 275-1000 rpm, dan ketinggian impeler (h) -1-1.25 cm. Penambahan surfaktan dilakukan pada φ0 = 0.4 sebesar 0.14~2.83 % berat span 80.

Penelitian menunjukkan ketiga parameter yang divariasikan di atas mempengaruhi tipe dispersi yang terbentuk secara simultan. Pada h < 0 cm selalu dihasilkan dispersi o/w, kecuali pada φ0 = 0.6 dan h = 0 cm dapat terbentuk pula dispersi w/0. Pada h > 0 cm dapat diperoleh baik dispersi o/w maupun w/o. Terdapat kecenderungan karakteristik dispersi yang sama pada φ0 = 0.5 dan 0.6 untuk h > 0.5 cm. Dispersi o/w yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan dengan dispersi w/o, sedangkan untuk sistem yang mengandung span 80 berlaku sebaliknya. Surfaktan dapat meningkatkan stabilitas emulsi. Pada h = 1 cm, penambahan surfaktan dari 1.42 % menjadi 2.83 % berat span 80, dapat meningkatkan stabilitas emulsi sekitar 60 kali, dari sekitar 6 menit menjadi 6 jam.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>