Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syadza Alifa
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai peran kelompok rentan yang menjadi Satuan Tugas dalam kegiatan penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana di Desa Gunung Geulis, Kabupaten Bogor. Penelitian ini meneliti proses pembentukan Satgas, peran kelompok rentan yang menjadi Satgas, dan faktor pendukung serta faktor penghambat kelompok rentan menjadi Satgas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif.

Metode yang digunakan yaitu observasi, in-depth interview, dan studi literatur.

Hasil menunjukkan bahwa keterlibatan kelompok rentan sebagai Satgas sesuai dengan peraturan, Satgas kelompok rentan berperan aktif dalam penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana, dan faktor pendukung keterlibatan kelompok rentan lebih banyak selama kebutuhan mereka diakomodasi dan tugas disesuaikan sesuai kapasitas.
This thesis discusses about the role of vulnerable groups who are being Task Force in disaster management and disaster risk reduction efforts in Gunung Geulis Village, Bogor Region. This study examine the process of formation of the Task Force, the role of vulnerable groups into the Task Force, and the supporting factors and inhibiting factors of the vulnerable groups into the Task Force. This study is a descriptive study with qualitative methods.

The methods used are observation, in-depth interviews, and the study of literature.

The end results show that the involvement of vulnerable groups as Task Force has been suitable with the regulation, the Task Force from vulnerable groups are active in disaster management and disaster risk reduction efforts, and supporting factors are likely more as long as their needs are accommodated and customize the tasks according to their capacity.;
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Firlie Pratiwi
Abstrak :
ABSTRACT
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan. Indonesia termasuk dalam daerah dengan potensi bencana yang tinggi, sehingga perlu dilakukan proses penanggulangan bencana. Proses penanggulangan bencana terdiri dari tiga fase yakni fase pra bencana, fase tanggap darurat, dan fase pasca bencana. Pada penerapannya, terdapat fase tambahan atau fase transisi yang berada diantara fase tanggap darurat dan fase pasca bencana. Pada fase transisi inilah pemerintah dan Non-Government Organization NGO memberikan hunian sementara berupa transitional shelter. Transitional shelter adalah tempat penampungan yang layak huni, tertutup dan aman serta menggunakan material yang dapat digunakan kembali. Transitional shelter memiliki beberapa aspek yakni faktor yang mempengaruhi bentuk, prinsip, karakteristik pasca penggunaan, dan konstruksi. Pada penerapannya, transitional shelter pada bencana Gunung Merapi hanya menggunakan beberapa faktor pembentuk rumah dan hanya menggunakan tiga karakteristik pasca penggunaan. Meskipun demikian, konstruksi yang digunakan adalah tipe disassemble design dengan dua teknik lashings. Bila dipelajari lebih lanjut, transitional shelter dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat terdampak jika potensinya digunakan secara maksimal. Oleh karena itu diharapkan potensi yang dimiliki transitional shelter dapat dimaksimalkan dan penggunaannya tidak hanya terbatas pada bencana erupsi Gunung Merapi melainkan untuk bencana yang lain mengingat Indonesia memiliki potensi bencana yang tinggi.
ABSTRACT
Disaster is an event that occurs suddenly and produces harm to society and the environment. Indonesia is included in areas with high potential for disaster, so that disaster management needs to be done. The disaster management process consists of three phases pre disaster phase, emergency response phase, and post disaster phase. In its application, there is an additional phase or transition phase that lies between the emergency response phase and the post disaster phase. In this transition phase, the government and Non Government Organization NGO provide transitional shelters. Transitional shelters are shelter that is liveable, closed and safe and uses reusable materials. Transitional shelter has several aspects that is factors that affect form, principle, post use characteristics and construction. In its application, the transitional shelter at Mount Merapi disaster only uses several factors of house 39 s building formers and uses only three characteristics post use. However, the construction used is a disassemble design type with two lashings techniques. When studied further, transitional shelters can provide benefits to affected communities if its potential can maximally utilized. Therefore, it is expected that the potential of transitional shelters can be maximized and the transitional shelters uses is not limited to the eruption of Mount Merapi disaster but to other disasters since Indonesia has high potential for disaster.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Syalli Adha
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat kesiapan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam menghadapi bencana. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif berdesain cross sectional dengan sampel sebanyak 417 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sudah siap terhadap bencana diantaranya dalam hal validitas sumber edukasi bencana, pengetahuan tentang langkah respon tanggap darurat, pengetahuan tentang adanya klinik di sekitar kampus, kesadaran terhadap potensi bencana di kampus, kesadaran persiapan bencana, dan kepemilikan asuransi bencana. Namun dibutuhkan peningkatan terhadap beberapa hal seperti pengetahuan sistem peringatan dini di lingkungan kampus, keikutsertaan dalam pelatihan dan simulasi bencana, langkah persiapan menghadapi bencana, dan persepsi tentang tingkat kesiapan bencana.
ABSTRACT
This study discusses the readiness level of Public Health Faculty of University of Indonesia students in facing disasters. The design of this study uses a descriptive quantitative method with a cross sectional approach and a total sample of 417 respondents. The results of this study concludes that generally, Public Health Faculty of Indonesia students are prepared in facing disasters, specifically in terms of the validity of disaster education source, knowledge of disaster response, knowledge of health clinics around the campus area, awareness of the potential of disasters on campus, awareness of disaster preparation, and owning disaster insurance. However there are also several factors, such as preparation for disasters, knowledge towards early warning systems, involvement in training or simulations for disasters, readiness in facing disasters, and perception towards the level of readiness in facing disasters that needs to be improved.
2017
S67594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiori Amelia
Abstrak :
ABSTRAK
Universitas merupakan salah satu institusi yang memiliki kemungkinan terjadi bencana. Selama dua dekade, terdapat sejumlah bencana yang memberikan dampak negatif terhadap universitas. Ketangguhan adalah sebuah konsep penting yang telah dikembangkan dalam bidang manajemen bencana. Hal ini merupakan konsep yang menekankan untuk membangun kapasitas adaptif melalui pengembangan sosial, kompetensi komunitas, dan komunikasi yang kuat dan sistem informasi. Mahasiswa sebagai komunitas yang sering berada di kampus untuk melakukan aktivitas, baik kegiatan belajar, penelitian, maupun kegiatan organisasi memiliki risiko dan bahaya, dan merupakan hal penting bahwa mahasiswa seharusnya memiliki kesiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. sehingga mampu meningkatkan ketangguhan apabila terjadi bencana di universitas. mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu keperawatan, dan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dalam menghadapi bencana sebagai upaya peningkatan ketangguhan menghadapi bencana di universitas. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa sudah tangguh dalam menghadapi bencana di universitas. Namun perlu dilakukan perbaikan pada beberapa variabel, antara lain persiapan menghadapi bencana di kampus, pengetahuan sistem peringatan dini di lingkungan kampus, kepemilikan asuransi bencana, sumber informasi, dan keikutsertaan dalam pelatihan penanggulangan bencana.
ABSTRAK
The University is one of the institutions that have the possibility of disaster event. For two decades, there have been a number of disasters that negatively impacted the university. Resilience is an important concept that has been developed in disaster management. This is a concept that emphasizes building adaptive capacity through social capital development, community competences, and solid communication and information systems. Students as a community that is often on campus to conduct activities, both learning activities, research, and organizational activities have risks and dangers, and it is important that students should be prepared for the possibility of disaster event, as of to increase the resiliency of disaster at university. The purpose of this study is to explain the preparedness and awareness of the students from the Faculty of Medicine, Faculty of Dentistry, Faculty of Nursing, and Faculty of Pharmacy University of Indonesia in facing disaster as efforts to enhance the resilience of the university. The research design of this study using cross sectional study conducted with a quantitative approach. The results show that students are already resilient facing disaster at University. However, several variables needs to be improved, there are disaster preparedness, knowledge of disaster early warning system in university, disaster insurance ownership, resources of information, and participation in disaster management training.
2017
S68786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
Abstrak :
Bencana erupsi gunung berapi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan, gunung Merapi yang sampai saat ini masih pada siaga level 3 selalu dalam pemantauan dikarenakan secara tiba-tiba dapat mengalami erupsi dengan arah yang tidak bisa dipastikan sehingga diharapkan masyarakat sekitarnya untuk selalu waspada dan mengikuti informasi yang diberikan, hal ini memerlukan adanya kemampuan koping yang baik agar dapat membuat keputusan yang tepat pada saat adanya bencana sesuai dengan nilai-nilai budaya sehingga tetap mampu menjaga kesehatan mentalnya. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh model KOBERDAYA terhadap peningkatan kemampuan resiliensi keluarga di daerah rawan bencana gunung Merapi. Metode penelitiannya exploratory sequential mixed methods dalam 2 tahapan. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi, Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design dengan purposive sampling. Pengambilan data menggunakan instrument FRAS untuk mengukur resiliensi keluarga, instrument RSES untuk mengukur self esteem dan instrument GSES untuk mengukur self efficacy. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 7 tema sebagai bahan pengembangan model KOBERDAYA dengan perangkatnya adalah buku modul, buku kerja dan buku evaluasi dan hasil tahap 2 terdapat perubahan kemampuan resiliensi keluarga menjadi meningkat pada kelompok intervensi dan mengalami penurunan pada kelompok kontrol, juga dapat meningkatkan self esteem dan self efficacy keluarga. Model KOBERDAYA sebagai latihan dan pembudayaan perilaku koping di keluarga juga dapat menjadi referensi untuk penyempurnaan modul KATANA dari BNPB, menjadi bahan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan dan BPBD. Penelitian lanjutan dapat meneliti model penanganan bencana dengan pendekatan budaya setempat. ......Volcanic eruption disasters in Indonesia have recently increased, Mount Merapi, which is currently still at alert level 3, is always under monitoring because it can suddenly erupt in an uncertain direction so it is hoped that the surrounding community will always be alert and follow it. information provided, this requires good coping skills in order to be able to make the right decisions during a disaster in accordance with cultural values ​​so that they are still able to maintain their mental health. The aim of the research is to analyze the influence of the KOBERDAYA model on increasing family resilience capabilities in disaster-prone areas of Mount Merapi. The research method is exploratory sequential mixed methods in 2 stages. Stage 1 is qualitative research with a phenomenological design, Stage 2 is quantitative research with a quasi-experimental design, pre and post test control group design with purposive sampling. Data collection used the FRAS instrument to measure family resilience, the RSES instrument to measure self-esteem and the GSES instrument to measure self-efficacy. The results of stage 1 research showed that there were 7 themes as material for developing the KOBERDAYA model with the tools being module books, workbooks and evaluation books and the results of stage 2 showed changes in family resilience abilities, increasing in the intervention group and decreasing in the control group, also increasing self-esteem and family self-efficacy. The KOBERDAYA model as training and cultivating coping behavior in the family can also be a reference for improving the KATANA module from BNPB, as educational and training material for the community by the Health Service and BPBD. Further research can examine disaster management models with a local cultural approach..
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Signature, exchange of instruments or ratification will be binding if the text provides that these actions are to have that effect. A treaty which merely needs signatures from the parties, it will be legally binding to the parties by signing the treaty. However, for a treaty which needs ratification, signatures of the parties will not have a legal effect to the parties. The parties who have signed the treaty is only bound morally. Thus, the treaty will be legally binding to the parties, if the parties have ratified it.
JHUII 12:29 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dominelli, Lena
Cambridge: Polity Press, 2012
363.32 DOM g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library