Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutianingsih
"Gempa bumi merupakan bencana yang dapat berdampak pada berbagai aspek, salah satunya aspek psikologis, dimana lansia merupakan salah satu kelompok yang paling rentan mengalami dampak ini. Kesiapsiagaan psikologis merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikologis yang diakibatkan oleh gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan psikologis dan kecemasan pada lansia di daerah rawan bencana gempa bumi. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel sebanyak 355 dan kriteria inklusi yaitu berusia 60-83 tahun, tidak mengalami gangguan kognitif, pernah mendapatkan penyuluhan gempa bumi, bisa membaca dan menulis, dan bersedia menjadi responden. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan nilai nilai Cronbach Alpha untuk kuesioner Sense of Community Index yaitu 0,88; kuesioner Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) yaitu 0,87; dan kuesioner Geriatric Anxiety Inventory 0,89. Penelitian ini juga telah dinyatakan lolos uji etik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara kesiapsiagaan psikologis dengan kecemasan (p value = 0.041). Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan (p value = 0.001), pengalaman (p value = 0.008) dan sense of community (p value =0.000) dengan kesiapsiagaan psikologis lansia. Faktor yang paling memengaruhi kesiapsiagaan psikologis adalah sense of community (OR = 2.620). Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk membentuk kelompok swabantu dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan psikologis dan sense of community pada lansia di daerah rawan bencana gempa bumi.

Earthquake is disasters can have an impact on various aspects, one of them is psychological aspect, where the elderly are one of the groups most vulnerable to this impact. Psychological preparedness is one effort that can be done to reduce the psychological impact caused by earthquakes. This study aims to determine the factors that influence psychological preparedness and anxiety in the elderly in earthquake-prone areas. The study design used cross sectional with a sample of 355 people. and the inclusion criteria were 60-83 years old, had no cognitive impairment, had received earthquake counseling, could read and write, and were willing to become respondents. The questionnaire used in this study has tested the validity and reliability with the value of Cronbach Alpha for the Sense of Community Index questionnaire which is 0.88; the Psychological Preparedness for Disaster Threat Scale (PPDTS) questionnaire, which is 0.87; and the Geriatric Anxiety Inventory questionnaire 0.89. This research has also passed the ethical test. The results showed a significant relationship between psychological preparedness with anxiety (p value = 0.041). Besides that, it was also found that there was a significant relationship between education (p value = 0.001), experience (p value = 0.008) and sense of community (p value = 0.000) with the psychological preparedness of the elderly. The factor that most influence psychological preparedness is the sense of community (OR = 2,620). The results of this study can be used as a basis for forming self-help groups in an effort to improve psychological preparedness and sense of community in the elderly in earthquake-prone areas."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Olivia
"

Bencana alam yang menunjukkan korban meninggal paling banyak ditimbulkan oleh gempa bumi disebabkan karena kurangnya kesiapsiagaan. Kelompok paling rentan dalam situasi ini adalah perempuan, terutama remaja akhir perempuan dengan usia 18-21 tahun yang menjadikan psychological well being sebagai hal penting dalam perkembangannya. Penelitian ini membahas mengenai hubungan psychological well being dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada mahasiswi FIK UI. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan teknik purposive sampling dan jumlah responden sebanyak 198 mahasiswi dengan kriteria inklusi mahasiswi aktif FIK UI 2015-2017 dengan usia 17-21 tahun dan pernah mengalami bencana gempa bumi, kuesioner yang digunakan yaitu data demografi, kuesioner Ryff Psychological Well Being  (validitas 0,266-0,703, reliabilitas 0,727 dan kuesioner kesiapsiagaan bencana gempa bumi (validitas 0,361, reliabilitas 0,948). Analisis data meliputi univariat dan bivariat (cqi square). Penelitian ini telah dinyatakan lolos uji etik (No.86/UN2.F12.D/HKP.02.04/2019). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata mahasiswi FIK UI memiliki positive relations with other, autonomy, enviromental mastery, personal growth, self acceptance, purpse of life dan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada tingkat optimal atau tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara psychological well being dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi (p = 0,015) dengan hasil nilai OR 4,517 artinya psychological well being tinggi akan meningkatkan 4,5 kali kesiapsiagaan bencana gempa bumi tinggi dibandingkan psychological well being rendah. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dalam pengembangan program promosi kesehatan jiwa mahasiswi dalam mempertahankan dan meningkatkan psychological well being dan kesiapsiagaan bencana gempa bumi.


Natural disasters that show the most fatalities caused by earthquakes are caused by lack of preparedness. The most vulnerable groups in this situation are women, especially the late adolescents of women aged 18-21 years who make psychological well being as important in its development. This study discusses the relationship of psychological well being with earthquake disaster preparedness to Nursing students Universitas Indonesia.  The design of this study used descriptive correlative with purposive sampling technique and the number of respondents was 198 female students with the inclusion criteria female student faculty of nursing Universitas Indonesia from 2015-2017 with ages 17-21 years and had experienced an earthquake, the questionnaire used was demographic data, questionnaire Ryff Psychological Well Being (validity 0.266-0.703, reliability 0.727 and earthquake disaster preparedness questionnaire (validity 0.361, reliability 0.948). Data analysis includes univariate and bivariate (chi square). This study has passed the ethical test (No.86/UN2.F12.D/HKP.02.04/2019). The results showed an average students have positive relations with other, autonomy, environmental mastery, personal growth, self-acceptance, purpose of life and earthquake disaster preparedness at optimal or high levels. The results of statistical tests show that there is a significant relationship between psychological well being with bro, earthquake disaster preparedness (p = 0.015) with the results of OR 4.517 means that high psychological well being will increase 4.5 times earthquake disaster preparedness higher than low psychological well being. This research is expected to be the basis for the development of female mental health promotion programs in maintaining and improving psychological well being and earthquake disaster preparedness.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Lazuardi Pradivta Komara
"ABSTRAK
Indonesia menurut Geografi, geologi, hidrologi dan demografi merupakan negara yang rawan bencana baik dari bencana alam, non alam hingga faktor manusia. Salah satupermasalahan akibat bencana adalah pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit. Masalahutama dari rumah sakit ketika terjadi bencana yaitu keberadaan kesiapan structural, nonstrukturalhingga kapasitas fungsional banyak yang tak berfungsi. Pan American HealthOrganization PAHO dan World Health Organization WHO telah mengembangkanHospital Safety Index HSI yang merupakan tools internasional dimana telah divalidasiuntuk penilaian standar dan perbandingan keselamatan rumah sakit . Tujuan penelitianini adalah mengetahui kesiapan siagaan rumah sakit di wilayah kota/kabupaten Cirebon kabupaten Indramayu dalam menghadapi bencana. Penelitian ini menggunakan desaindeskriptif dengan metode semi kuantitatif. Populasi yang diambil adalah 5 RSUD dikota/kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Data yang digunakan adalah dataprimer yang berasal dari tools HSI dengan metode wawancara, observasi serta checklistdan data sekunder berupa penelaahan dokumen serta arsip serta data lainnya dari internet.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa RSUD A mendapat skor 0,57, RSUD Bskor 0,76, RSUD C skor 0,70, RSUD D skor 0,79 dan RSUD E skor 0,41. Hasil yangdiperoleh tersebut menyatakan bahwa sebanyak 3 rumah sakit yakni RSUD B, C dan Dmasuk kategori siap siaga ketika keadaan darurat sementara 2 rumah sakit lainnya yaituRSUD A dan E perlu untuk perbaikan dalam jangka pendek agar kondisinya sama.

ABSTRACT
Indonesia according to Geography, geology, hydrology and demography is a disaster pronecountry both from natural disasters, non natural and human factors. One of theproblems caused by disasters is health services including hospitals. The main problem ofhospitals in the event of a disaster is the existence of structural, non structural readinessto functional capacities that do not work. The Pan American Health Organization PAHO and the World Health Organization WHO have developed the Hospital Safety Index HSI which is an international tool that has been validated for standard assessment andhospital safety comparison. The purpose of this research is to know the preparedness ofhospital in Cirebon Indramayu district in the face of disaster. This research usesdescriptive design with semi quantitative method. Population taken is 5 RSUD in town regency of Cirebon and Regency of Indramayu. The data used are primary data derivedfrom HSI tools with the method of interviewing, observation and checklist and secondarydata in the form of review documents and archives and other data from the internet. Basedon the results obtained that RSUD A got a score of 0.57, RSUD B score 0.76, RSUD Cscore of 0.70, RSUD D score 0.79 and RSUD E score of 0.41. The result obtained statesthat as many as 3 hospitals, RSUD B, C and D are categorized as standby whenemergency while 2 other hospitals that are RSUD A and E need for improvement in theshort term so that the condition is same."
2018
T49912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sri Novita
"Erupsi gunung berapi berdampak pada kualitas hidup kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah bencana, khususnya remaja. Modal sosial merupakan sumber daya potensial dalam meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan modal sosial dengan kualitas hidup kesehatan pada remaja yang terdampak bencana erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan embedded sequential design dimana penelitian kualitatif (tahap 1) memberikan peran pendukung sekunder dalam penelitian utama kuantitatif (tahap 2) yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif (tahap 3) untuk menjelaskan temuan-temuan pada penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Kualitas hidup kesehatan diukur menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) versi 4.0 pada 318 responden berusia 10-18 tahun dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Regresi Cox. Penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure (RAP). Pengumpulan data kualitatif dengan observasi, diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam. Hasil penelitian diperoleh proporsi kualitas hidup kesehatan yang buruk sebesar 45,4%. Proporsi remaja dengan modal sosial individu yang rendah sebesar 69,4% dan modal sosial komunitas yang rendah sebesar 47,4%. Modal sosial individu berhubungan dengan kualitas hidup kesehatan (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), sedangkan modal sosial komunitas bukan faktor risiko terhadap kualitas hidup kesehatan (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). Temuan kuantitatif ini didukung oleh temuan kualitatif bahwa modal sosial pada level individu yang berperan pada kualitas hidup kesehatan yang buruk pada remaja meliputi belum terpenuhinya rasa aman dari erupsi Gunung Sinabung pada remaja yang tidak di relokasi dan remaja membutuhkan rasa aman dari tindak kejahatan; pengalaman yang kurang menyenangkan selama tinggal di pengungsian sementara; kurang akrabnya hubungan sesama anggota masyarakat semenjak tinggal di relokasi; partisipasi remaja rendah dalam organisasi karena rendahnya aksesibilitas transportasi; dan kewajiban yang menjadi beban bagi remaja terutama remaja yang tidak di relokasi. Meskipun modal sosial komunitas bukan faktor risiko kualitas hidup kesehatan remaja, namun secara kualitatif memiliki peran bagi kualitas hidup kesehatan remaja seperti orang tua memanfaatkan keanggotaan dalam organisasi ekonomi untuk biaya pendidikan remaja dan pemanfaatan ruang publik seperti lapangan olahraga dan jambur oleh remaja di relokasi pemerintah yang memberikan kesempatan kepada remaja untuk berinteraksi sosial dengan teman sebayanya dan masyarakat sekitar. Berdasarkan temuan penelitian ini, hendaknya pemerintah daerah dapat memanfaatkan dan melakukan penguatan modal sosial baik pada level individu dan komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja yang terdampak bencana dengan mempertimbangkan jenis relokasi dan kelompok umur.

Volcanic eruptions impact the health and quality of life of people living in disaster areas, especially adolescents. Social capital is a potential resource for improving adolescents’s health-related quality of life. This study aimed to determine the relationship between social capital and health-related quality of life among adolescents affected by the eruption of Mount Sinabung, Karo Regency, North Sumatra Province. This study is a mixed-methods study with an embedded sequential design. A qualitative study (phase 1) provides a secondary supporting role in the main quantitative study (phase 2), which is then followed by a qualitative study (phase 3) to explain the findings in the main quantitative research. Quantitative research using a cross-sectional design. Health-related quality of life was measured using the Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) version 4.0 questionnaire on 318 respondents aged 10-18 years using a simple random sampling technique. Quantitative data were analyzed using Cox Regression. Qualitative approach using a Rapid Assessment Procedure (RAP) design. Qualitative data were collected through observation, focus group discussions (FGDs), and in-depth interviews. The results showed that the proportion of poor health-related quality of life was 45.4%. The proportion of adolescents with low individual social capital was 69.4% and low community social capital was 47.4%. Individual social capital was associated with health-related quality of life (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), while community social capital was not a risk factor for adolescents' health-related quality of life (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). This quantitative finding is supported by the qualitative finding that individual-level social capital that contributes to poor quality of life in adolescents includes the unfulfilled sense of security from the eruption of Mount Sinabung in adolescents who are not relocated and adolescents need a sense of protection from crime; unpleasant experiences while living in temporary refugee camps; lack of familiarity with fellow community members since living in relocation; low participation of adolescents in organizations due to low transportation accessibility; and obligations that become a burden for adolescents, especially adolescents who are not relocated. Although community social capital is not a risk factor for adolescents' health quality of life, it qualitatively plays a role in adolescents' health quality of life, such as adolescents' parents utilizing membership in economic organizations for adolescents' education expenses and the use of public spaces such as sports fields and jambur by adolescents in government relocations that provide opportunities for adolescents to interact socially with their peers and the surrounding community. Based on this study's findings, local governments should be able to utilize and strengthen social capital at both the individual and community levels to improve the quality of life of disaster-affected adolescent health by considering the type of relocation and age group."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library