Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mikail
"Latar Belakang: Penerapan teknik image enhancement pada radiografi digital saat ini dilakukan berdasarkan preferensi subjektif pengamat. Pengaturan peningkatan citra dilakukan untuk memperjelas citra radiografi, antara lain dengan mengubah kecerahan dan kontras, sehingga memudahkan interpretasi dalam penanganan kasus. Tujuan: Untuk mengetahui toleransi nilai kecerahan dan kontras pada radiografi digital kasus periodontitis apikal dan abses apikal dini yang gambaran radiografinya sulit dibedakan. Metode: Menyesuaikan pengaturan peningkatan gambar dengan menyesuaikan nilai kecerahan dan kontras pada nilai +10, +15, -10, -15 yang akan diamati, diproses, dan dianalisis menggunakan perangkat lunak analisis data. Hasil: Kisaran nilai yang dapat ditoleransi dalam pengaturan peningkatan dan penurunan kecerahan dan kontras pada kasus periodontitis apikal dan abses apikal dini adalah di bawah +10 dan di bawah -10. Kesimpulan: Mengatur kecerahan dan kontras ke nilai di atas 10 untuk peningkatan dan penurunan dapat mengubah informasi diagnostik secara signifikan.

Background: The application of image enhancement techniques in digital radiography is currently carried out based on the subjective preference of the observer. Image enhancement settings are made to clarify the radiographic image, among others by changing the brightness and contrast, so as to facilitate interpretation in case management. Objective: To determine the tolerance for brightness and contrast values ​​on digital radiography of cases of apical periodontitis and early apical abscess whose radiographic features are difficult to distinguish. Method: Adjust the image enhancement settings by adjusting the brightness and contrast values ​​at +10, +15, -10, -15 values ​​to be observed, processed, and analyzed using data analysis software. Results: The range of tolerable values ​​in the setting of increasing and decreasing brightness and contrast in cases of apical periodontitis and early apical abscess was below +10 and below -10. Conclusion: Setting the brightness and contrast to values ​​above 10 for increase and decrease can significantly change the diagnostic information."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Khusnia
"Citra dari suatu objek homogen (citra homogen) umumnya digunakan untuk mengetahui kinerja detektor melalui uji uniformitas, dengan memeriksa setiap elemennya apakah berfungsi dengan baik atau tidak mengandung artefak yang dapat mengganggu visibilitas citra. Citra homogen pada pesawat radiografi digital dapat dianalisis dengan metode uji uniformitas, karakterisasi noise menggunakan perhitungan SNR, dan karakterisasi noise menggunakan perhitungan varians (VAR) untuk dekomposisi noise. Analisis uji uniformitas secara kuantitatif terhadap citra radiografi digital dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode yang menggunakan 5 buah ROI berdasarkan IPEM Report No.91 dan Protokol Belgia untuk Kontrol Kualitas Tahunan Peralatan Sinar-X (RX-BHPA), serta metode yang menggunakan ROI half-overlapping yang diadopsi dari European Guidelines for Quality Assurance in Breast Cancer Screening and Diagnosis. Analisis citra radiografi digital ini dilakukan pada 2 pesawat AGFA DX-D100 Mobile dan 2 pesawat Siemens AXIOM Luminos dRF. Analisis uji uniformitas dilakukan terhadap citra radiografi digital untuk mengetahui nilai tipikal mean pixel value (MPV), varians (VAR), dan SNR terhadap nilai dosis atau faktor eksposinya. Selain itu, dapat diketahui juga nilai deviasi mean pixel value (MPV), varians, dan SNR. Pada penelitian ini, didapatkan batas nilai deviasi MPV˂5% di mana hal ini menjelaskan bahwa citra pada semua pesawat radiografi digital yang digunakan seragam. Didapatkan juga batas nilai deviasi varians sebesar ± 10% dan batas nilai deviasi SNR sebesar ± 5% yang dapat digunakan sebagai parameter uji uniformitas selanjutnya. Karakterisasi noise yang digunakan pada penelitian ini diadopsi dari European Guidelines for Quality Assurance in Breast Cancer Screening and Diagnosis. Analisis karakterisasi noise menggunakan perhitungan SNR dapat dilakukan terhadap citra radiografi digital dengan melihat hubungan linear dari grafik hubungan SNR2 dengan dosis. Selanjutnya, analisis karakterisasi noise menggunakan perhitungan varians (VAR) untuk dekomposisi noise dapat membedakan komponen noise pada citra menjadi quantum noise, electronic noise, dan structure noise. Quantum noise merupakan noise yang dominan dibandingkan electronic noise dan structure noise pada semua pesawat radiografi digital yang digunakan. Karakterisasi noise menggunakan perhitungan SNR dan dekomposisi noise ini diharapkan dapat menjadi parameter analisis kontrol kualitas untuk citra pesawat radiografi digital selanjutnya.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assya Aurellia Grimonia
"Latar Belakang: Radiografi digital intra oral telah banyak digunakan sejak satu decade terakhir. Photo-Stimulable Phosphor Plate Intra Oral Periapikal merupakan salah satu sensor radiografi digital yang memiliki sifat fisik menyerupai film radiografik konvensional. Bentuknya yang tipis, lentur, dan ketersediaannya dalam berbagai ukuran membuat PSP menjadi lebih popular sebagai sensor intra oral digital. Seperti halnya semua sensor pencitraan, PSP intraoral periapikal rentan terhadap berbagai artefak, yang dapat menurunkan kualitas gambaran radiografis dan akan berdampak pada interpretasi serta diagnosis yang akan dilakukan sehingga diperlukan data mengenai frekuensi berbagai artefak tersebut. Tujuan: Mengetahui frekuensi berbagai artefak pada PSP di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 392 buah radiograf periapikal digital yang menggunakan PSP di Unit Radiologi RSKGM FKG UI. Pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Sampel diambil mulai periode 4 Agustus--13 September 2022 yang selanjutnya dibagi menjadi tiga periode. Uji reliabilitas intraobserver dan interobserver menggunakan Kappa, dilakukan pada hasil identifikasi artefak. Hasil: Ditemukan 378 radiograf (96,43%) dengan artefak dari PSP yang telah digunakan selama 8 bulan. Urutan jenis artefak yang paling banyak ditemukan adalah partikel debu pada plate, pengelupasan tepi plate, bekas gigitan, goresan, artefak karena cahaya sekitar, kontaminasi adhesif, ridging, dan bagian gambar yang terpotong. Jika dilihat berdasarkan artefak kumulatif, periode ketiga memiliki jumlah artefak kumulatif yang paling banyak Kesimpulan: Frekuensi artefak ditemukan sangat tinggi pada radiograf periapikal yang menggunakan PSP. Antisipasi penurunan kualitas radiograf ini dapat dilakukan dengan menghindari berbagai penyebab artefak terutama kehati-hatian saat penggunaan plate dan selalu memperhatikan rekomendasi manual penggunaan plate yang benar.

Background: Intraoral digital radiography has been widely used over the past decade. The Intraoral Periapical Photo-Stimulable Phosphor (PSP) Plate is a type of digital radiographic sensor with physical properties similar to conventional radiographic film. Its thin, flexible form and availability in various sizes make PSP a popular choice as an intraoral digital sensor. However, like all imaging sensors, intraoral periapical PSP plates are susceptible to various artifacts that can degrade radiographic image quality, ultimately affecting interpretation and diagnosis. Therefore, data on the frequency of these artifacts is necessary. Objective: To determine the frequency of various artifacts in PSP plates at the Radiology Unit of the Dental Hospital, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI). Method: This study utilized secondary data consisting of 392 digital periapical radiographs taken using PSP plates in the Radiology Unit of RSKGM FKG UI. Sample selection was based on predetermined inclusion and exclusion criteria. The samples were collected from August 4 to September 13, 2022, and were subsequently divided into three periods. Intraobserver and interobserver reliability tests using the Kappa test were conducted on the artifact identification results. Results: A total of 378 radiographs (96.43%) contained artifacts from PSP plates that had been used for eight months. The most frequently observed artifacts were dust particles on the plate, plate edge peeling, bite marks, scratches, artifacts caused by ambient light, adhesive contamination, ridging, and cropped image sections. Based on cumulative artifacts, the third period exhibited the highest number of cumulative artifacts. Conclusion: A high frequency of artifacts was found in periapical radiographs using PSP plates. To prevent a decline in radiographic quality, precautions should be taken to avoid artifact formation, particularly by handling the plates carefully and adhering to the recommended usage guidelines."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ade Riski Setiadi
"Mendapatkan citra kualitas tinggi dengan dosis pasien yang rendah merupakan suatu tujuan sekaligus tantangan dalam pemeriksaan radiologi diagnostik. Penelitian ini dilakukan menggunakan fantom in house yang dibuat dan didesain berdasarkan pengukuran ketebalan 116 pasien anak usia 0-15 tahun sebagai acuan ketebalan toraks, abdomen dan kepala. Citra fantom diambil dari berbagai faktor ekposi dalam rentang 45-60 kVp dan 4-12.5 mAs untuk toraks, 50-81 kVp dan 8-25 mAs untuk abdomen, serta 44-60 kVp dan 7.1-16 mAs untuk kepala. Optimasi ditentukan dengan menggunakan parameter figure of merit FOM yang merupakan rasio antara kuadrat dari signal-to-noise rasio SNR dengan dosis permukaan kulit ESD.
Hasilnya diperoleh kondisi eksposi optimum pada fantom toraks sebesar 45-56 kVp dengan 4-5 mAs untuk anak usia 0-5 tahun, 45-60 kVp dengan 5-6.3 mAs untuk anak usia 5-10 tahun dan 45-60 kVp dengan 6.3-8 mAs untuk usia 10-15 tahun. Untuk fantom abdomen diperoleh kondisi optimum sebesar 50-53 kVp dengan 8 mAs untuk 0-3 tahun, 60-66 kVp dengan 12.5-16 mAs untuk usia 3-5 tahun, dan 63-70 kVp dengan 12.5-16 mAs untuk usia 5-15 tahun. Hasil optimasi untuk fantom kepala diperoleh 47-50 kVp dengan 8 mAs untuk usia 0-5 tahun, 50-56 kVp dengan 8 mAs untuk usia 5-15 tahun. Disamping itu diperoleh juga nilai Backscatter Factor BSF untuk fantom toraks sebesar 1.274-1.435 pada rentang 45-60 kVp, abdomen sebesar 1.274-1.395 pada rentang 50-81 kVp, dan kepala sebesar 1.110-1.586 pada rentang 44-60 kVp.

Obtaining high image quality with low dose i.e. optimization remains a challenge in the practice of diagnostic radiology procedures, especially in pediatric cases. This research was carried out as an attempt to address the issue using an in house phantom designed based on the geometry in terms of thoracic, abdomen and cranial thickness of 116 pediatric patients 0 to 15 years . Images of the phantom were obtained from varied factors of tube potentials ranging from 45 60 kVp with 4 12.5 mAs for thoracic, 50 81 kVp with 8 25 mAs for abdomen, and 44 60 kVp with 7.1 16 mAs for cranial. Figure of Merit FOM was employed as optimization parameter, being a ratio of squared signal to noise ratio SNR and entrance surface dose ESD calculated and measured, respectively, for each exposure.
The result demonstrated that the optimum exposure parameter on thoracic phantom ranged from 45 56 kVp with 4 5 mAs 0 5 years, 45 60 kVp with 5 6.3 mAs 5 10 years, and 45 60 kVp with 6.3 8 mAs 10 15 years. For abdomen examination with grid, optimized parameters were at the ranges of 50 53 kVp with 8 mAs 0 3 years, 60 66 kVp with 12.5 16 mAs 3 5 years , and 63 70 kVp with 12.5 16 mAs 5 15 years. For cranial examinations, the optimum parameter combination was obtained at the ranges of 47 50 kVp with 8 mAs 0 5 years , and 63 70 kVp with 12.5 16 mAs 5 15 years. This work also obtained that the backscatter factors for thoracic phantom were 1.274 1.435 at 45 60 kVp, 1.274 1.395 at 50 81 kVp for abdomen phantom, and 1.110 1.586 at 44 60 kVp for cranial phantom.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Zalsabella
"Evaluasi kualitas citra radiografi digital merupakan aspek krusial dalam menjamin keandalan sistem pencitraan medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Aplikasi QC Radiografi yang mampu melakukan evaluasi kualitas citra secara otomatis menggunakan citra fantom KUCING 2.0 dengan menghitung dua parameter utama, yaitu Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) sebagai indikator kontras dan Modulation Transfer Function (MTF) sebagai indikator ketajaman spasial. Fitur aplikasi mencakup rotasi manual, pemilihan ROI interaktif, serta ekstraksi numerik SDNR dan MTF dari elemen uji kontras dan slanted-edge fantom. Validasi hasil perhitungan SDNR dari enam citra menunjukkan selisih relatif yang sangat kecil terhadap ImageJ, yaitu dalam rentang 0,560% hingga 2,852%. Sementara itu, hasil perhitungan MTF juga menunjukkan kesesuaian tinggi, dengan selisih relatif MTF10, MTF20, dan MTF50 terhadap ImageJ masing-masing sebesar 1,337%, 1,848%, 23,291%. Aplikasi ini menunjukkan kestabilan antar pengulangan dan keakuratan dalam menampilkan kurva MTF yang valid secara visual dan numerik. Analisis tambahan terhadap variasi parameter teknik paparan (kVp dan mAs) menunjukkan bahwa SDNR meningkat secara signifikan seiring kenaikan kVp dan mAs, sedangkan nilai MTF tidak mengalami perubahan berarti. Hal ini mengindikasikan bahwa aplikasi mampu menjaga kestabilan performa meskipun terdapat variasi kondisi eksposi. Dengan demikian, aplikasi QC Radiografi yang dikembangkan terbukti dapat digunakan sebagai alat bantu evaluasi kualitas citra yang efisien, akurat, dan dapat digunakan secara luas dalam skema kendali mutu radiografi digital.

Digital radiographic image quality evaluation is a crucial aspect in ensuring the reliability of medical imaging systems. This study aims to develop the QC Radiography Application capable of automatically evaluating image quality using the KUCING 2.0 phantom image by calculating two key parameters: Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) as a contrast indicator and Modulation Transfer Function (MTF) as an indicator of spatial resolution. The application features include manual image rotation, interactive ROI selection, and numerical extraction of SDNR and MTF from contrast test elements and slanted-edge regions of the phantom. Validation results for SDNR measurements from six images showed a minimal relative difference compared to ImageJ, ranging from 0.560% to 2.852%. Similarly, MTF results demonstrated high agreement, with relative difference in MTF10, MTF20, and MTF50 values of 1.337%, 1.848%, and 23.291%, respectively, relative to ImageJ. The application exhibited consistency across repetitions and accuracy in presenting MTF curves that are valid both visually and numerically. Additional analysis of exposure technique variations (kVp and mAs) indicated that SDNR increased significantly with higher kVp and mAs values, whereas MTF remained relatively unaffected. These findings suggest that the application maintains stable performance under varying exposure conditions. Therefore, the developed QC Radiography Application is proven to be an efficient, accurate, and widely applicable tool for quality assessment in digital radiographic quality control schemes. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library