Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Cindy Natalia Wijaya
Abstrak :
Anak sulung seringkali dipandang sebagai individu yang stabil, tidak emosional, dan selalu berperforma baik dalam segala hal. Kondisi ini tentu berperan terhadap intensinya untuk mencari bantuan profesional ketika mengalami masalah mental. Terlebih apabila pengalamannya bersama orang tua membentuk tipe adult attachment yang turut berperan terhadap intensinya mencari bantuan profesional. Penelitian ini ingin menguji ada/tidaknya perbedaan intensi yang signifikan pada diri anak sulung dalam mencari bantuan kesehatan mental profesional, berdasarkan tipe attachment yang dimiliki. Intensi diukur menggunakan alat ukur Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) dan attachment individu dewasa diukur menggunakan Experiences in Close Relationship Scale – Short Form. Sebanyak 247 anak sulung laki-laki dan perempuan berusia 18-25 tahun menjadi partisipan dalam penelitian ini. Menggunakan metode analisis ANOVA, dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional yang signifikan, dengan tipe attachment fearful yang memiliki intensi paling tinggi.
......The oldest child is often seen as a stable individual, unfeeling, and always performs well in everything. This condition certainly plays a role in his intention to seek professional help when experiencing mental problems. This is especially true if his experiences with parents form a type of adult attachment which contributes to his intention to seek professional help. The study wanted to test whether or not there were significant differences in the eldest son's intentions in seeking professional mental health assistance, based on the type of attachment he had. The intention was measured using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) and adult individual attachment was measured using the Experiences in Close Relationship Scale - Short Form. A total of 247 firstborn boys and girls aged 18-25 years participated in this study. Using the ANOVA analysis method, it can be proven that there are significant differences in the intention to seek professional mental health assistance, with the fearful attachment type having the highest intention.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kurnia Fattah
Abstrak :
ABSTRAK
Maraknya perilaku hubungan seks pranikah pada periode dewasa awal 18-25 tahun , berkontribusi terhadap meningkatnya Penyakit Menular Seksual, dan dampak psikis yang buruk. Faktor keluarga dianggap menjadi salah satu prediktor utama tingginya perilaku tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah. Dimana, persepsi diyakini sangat erat kaitannya terhadap perilaku. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 110 orang dewasa awal berusia 18-25 tahun yang belum pernah menikah. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah p=0,005 . Semakin baik dukungan keluarga yang dirasakan maka kecenderungan dewasa awal untuk memiliki persepsi yang negatif juga lebih besar. Dengan begitu diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan yang optimal demi mendorong kesuksesan perkembangan dewasa awal, serta optimalisasi peran keperawatan komunitas dan keluarga untuk menyokong kesehatan keluarga secara bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
ABSTRACT
The occurrence of premarital sex behaviour among emerging adulthood 18 25 years old through these years, have contributed to an increase in sexually transmitted diseases, and negative psychological impacts. Family was considered to be main predictors that high related to individual rsquo s behaviour. This research aimed to explore the relationship between family social support and sexual perception among emerging adults, specifically to premarital sex activities. However, perception is believed closely related to individual rsquo s behaviour. This quantitative research involves 110 unmarried emerging adults at 18 25 years old in Kelurahan Manggarai, South Jakarta. The results of the study shows there are significant relationship between family social support and perception of premarital sex in emerging adulthood p 0,005 . The better family social support has perceived the greater tendency of having negative perception in premarital sex activities. Family is important and be able to provide optimal social support for successful development of emerging adulthood.
2017
S69315
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library