Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: John Wiley & Sons, 1984
745.401 8 DEV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
"Tahap desain adalah tahapan penting untuk proses pembangunan sebuah proyek konstruksi. Salah satu dasar penentuan apakah sebuah rencana pembangunan proyek dapat berjalan atau tidaknya dapat dinilai berdasarkan nilai ekonomis bangunan. Dalam tahap desain, diperlukan sebuah rupa untuk metode atau alternatif agar desain sebuah proyek konstruksi dapat menjadi seefektif mungkin tanpa mengurangi kekuatan sebuah bangunan secara struktur sehingga dapat menghasilkan nilai harga proyek yang paling ekonomis. Pada penelitian ini studi kasus yang digunakan adalah bangunan showroom karena dianggap mampu mewakili bangunan low rise dengan komponen struktur atas tipikal yaitu kolom, balok, dan pelat menggunakan material beton konvensional. Salah satu cara untuk mendapatkan biaya yang ekonomis adalah dengan melakukan efisiensi balok anak dan/atau memodifikasi ketebalan pelat sehingga dapat menurunkan biaya proyek. Penelitian ini dilakukan melalui pemodelan ETABS untuk struktur dan desain bangunan. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan biaya konstruksi struktur bangunan.

Designing process is a crucial step in order to plan a construction project. One determining basic to help whether a construction plan is going to work according to plan or not can be judged by it’s economical value of the building project. For designing process, a model is needed to become a method of finding alternative so a project design can be as effective as possible without decreasing the building’s structural strength and so it can offer a cheaper cost or in other word is more economical. In this research, a showroom office is used as it is considered representative of low rise buildings with typical structural components which are columns, beams, and slab using conventional reinforced concrete material. One way to achieve economical project cost is to make secondary beam/joist uses reduced or in other words, more efficiently, and/or with modifying sab thickness so that it woud reduce project cost. This research used ETABS modelling software to observe the building’s structural and design aspects. Subsequently it’s structural components will be calculated in order to obtain project cost

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Firmansyah
"Bangunan adalah kebutuhan mutlak manusia untuk dapat melakukan berbagai macam kegiatannya. Perkembangan zaman menuntut dilaksanakannya berbagai macam pembangunan termasuk hadirnya beragam jenis bangunan sesuai dengan peruntukannya. Seiring dengan hal tersebut, lahan kota semakin terbatas, lahan hijau semakin sulit untuk ditemui, dan kepadatan terjadi dimana-mana, hal ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah, termasuk kepada bangunan-bangunan yang telah terbangun. Sudah saatnya para perancang untuk memikirkan faktor keselamatan pada bangunan untuk mengurangi berbagai masalah yang muncul di perkotaan.
Kebutuhan rasa aman pengguna bangunan diwujudkan sebagai faktor keselamatan dalam bangunan. Intensitas kebakaran secara umum dipengaruhi oleh jumlah, sifat dan distribusi bahan yang mudah terbakar. Persyaratan keselamatan bangunan gedung salah satunya meliputi ketahanan bangunan terhadap bahaya kebakaran. Selain hal ketahanan struktur dan material bangunannya, juga perlu diperhatikan juga ketanggapan pengguna bangunan dalam hal evakuasi ke luar bangunan melalui jalur sirkulasi yang telah dirancang, terutama pada bangunan publik yang berskala besar.
Salah satu bangunan publik berskala besar yang paling banyak jenis kegiatan dan pengunjungnya adalah bangunan pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan rasa aman sangat dibutuhkan pada sebuah bangunan besar. Perlu ditekankan bahwa bangunan di perkotaan semakin padat, gejala darurat seperti kebakaran sering terjadi belakangan ini. Dinas pemadam kebakaran membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai lokasi bangunan yang sedang mengalami kebarakan akibat terjadi kemacetan dimana-mana. Oleh karena itu, desain sebuah bangunan pusat perbelanjaan harus tanggap terhadap bahaya kebakaran, terutama bagaimana koridor berfungsi sebagai jalur evakuasi pertama sebelum mencapai tangga darurat dan pintu menuju keluar bangunan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Amalia
"Berawal dari teknik bongkar pasang, sistem sambungan praktis yang sederhana dan cara membangun yang semakin mudah, kini prafabrikasi mulai banyak diterapkan dalam ber-arsitektur. Prafabrikasi yang berorientasi pada efektivitas dan efisiensi dan jumlah tenaga kerja pembangun minimum ini memiliki banyak isu yang terkait dengan kehadirannya. Isu yang dibahas dalam tulisan ini adalah prafabrikasi melalui teknologi, arsitektur dan aspek sosial ekonomi dalam upaya menjawab pertanyaan mengenai bagaimana dan bilamana prafabrikasi dapat diterapkan.
Melalui referensi teori, data, observasi dan wawancara, serta pengamatan terhadap desain prafabrikasi yang telah ada, saya mencoba menjabarkan mengenai apa yang disebut prafabrikasi, bukan hanya sebagai teknologi praktis dalam membangun tetapi juga sebagai suatu alat, sistem, pendekatan desain dan metode yang berpengaruh positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Analisis bersifat deskriptif dan berupaya memberi gambaran ragam prafabrikasi serta perkembangannya, khususnya hubungan antara prafabrikasi dengan arsitektur, teknologi dan sosial ekonomi Sehingga akhirnya diperoleh suatu pola pemikiran yang runut dan jelas dalam menerapkan prafabrikasi sebagai solusi ber-arsitektur yang responsif terhadap keadaan, kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Temuan dari tulisan ini mengungkap bahwa ada beberapa hal yang menjadi indikasi keberhasilan prafabrikasi dan prasyarat kondisi yang mendukung pelaksanaannya antara lain kesesuaian konteks, kecermatan desain terhadap kemampuan produksi dan potensi yang tersedia, dan kreativitas dalam mengadaptasikan desain terhadap selera dan budaya masyarakat.

Starting with knock down, simple practical joining system and easier construction, prefabrication begins its fame in architecture. Having orientation in its effectiveness, efficiency and low-number of workers, prefabrication has a lot of issues related with its existence. The issues that brought into this discussion are prefabrication through technology, architecture and its social economy aspect due to an effort figuring how prefabrication could be accomplished within architecture and construction.
By references of theories, data, observation, interview and some analysis of prefabricated building, i try to explain about what prefabrication is. Not merely as a practical technology but also as a tool, system, approach and method which affect positively to social and economy life of society. Descriptive analysis came as an effort to give explanation about kinds of prefabrication and its development, especially relationships between prefabrication and architecture, technology and social economy. So that it finally construct a systematic and clear thoughts pattern to use prefabrication as a solution in architecture that responsively react to conditions, needs and wishes from society.
This writing reveals several things that indicate promising results of prefabrication and requirements supporting its accomplishment, some of them are contextually fit in, smart design deal with potential and production availability, and creativity to adapt design to taste and culture of the society.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48415
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Charisa
"Bangunan memiliki potensi untuk berubah. Namun, tidak semua bangunan dapat mengakomodir perubahan guna. Bangunan ruko adalah contoh bangunan yang dianggap fleksibel terhadap perubahan guna. Fenomena maraknya pembangunan ruko dipicu oleh anggapan bahwa ruko dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan. Ruko yang semula digunakan sebagai rumah dan toko, kini didesain agar dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan.
Tiap bangunan dengan kegunaan yang berbeda tentunya memiliki kriteria bangunan yang berbeda pula, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkanpun berbeda. Namun, dalam bangunan ruko, keberagaman guna bangunan diupayakan agar dapat diakomodir dalam bentuk bangunan yang serupa. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah keberagaman guna yang ditawarkan ruko dapat benar mengakomodir kebutuhan-kebutuhan penghuni yang berbeda. Skripsi ini akan membahas sejauh mana tingkat fleksibilitas bangunan dapat mengakomodir perubahan guna pada bangunan.
Fenomena berkembangnya ruko dengan berbagai kegunaan ini mengantarkan pada tindakan-tindakan penghuni ruko untuk menyesuaikan ruko sesuai dengan kebutuhannya. Perubahan-perubahan terhadap bangunan dilakukan sebagai upaya menyelaraskan hubungan antara bentuk bangunan dengan kegunaan yang harus diakomodirnya.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan terhadap kompleks ruko di wilayah Cinere dapat disimpulkan bahwa tidak mudah untuk menemukan bentuk bangunan yang benar-benar fleksibel. Untuk mencapai bangunan yang fleksibel, maka diperlukan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan kegunaan bangunan yang dipilih. Tingkat fleksibilitas suatu bangunan dapat diamati melalui struktur, tampak luar bangunan, area servis, layout ruang, dan interior bangunannya. Semakin banyak perubahan yang terjadi maka menandakan tingkat fleksibilitasnya semakin kurang.

Building has the potentials to change. However, not all buildings could accommodate the change of building uses. Shophouse is an example of buildings that are regarded as flexible towards the change of building use. The rapid development of shophouses was triggered by the view that shophouses could accommodate various sorts of building uses. Shophouse that was originally used just as a house and a shop has recently been designed in order to accommodate all various sorts of building use.
With the different uses of each building there is also a different building criteria for each, so is the fo rm of the building that was produced. In the case of shophouses the various sorts of uses was striven so that could be provided in the form of the similar building. This matter raised the question whether the various uses that are offered by shophouses could truly accommodate the occupants? different requirements. This writing will discuss the extent to which building flexibility could accommodate the change in building uses.
The expansion of shophouses with various uses generates occupants? actions to adapt shophouses in accordance with their requirements. These changes were carried out as the efforts in balancing the relations between the form of building and its uses.
Based on the case study that was carried out towards the complex of shophouse in Cinere, it could be concluded that it is not easy to find the form of building that is really flexible. In order to reach flexible building, changes are needed to adapt the building to the chosen uses. The level of flexibility of a building could be observed through the structure, skin of the building, the area of the services, layout spaces, and the interior of the building. The more the changes that happened indicated the less amount in flexibility level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48398
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Diah Kurniati
"Kebijakan ruang terbuka hijau (RTH) dilatarbelakangi oleh berbagai hal di antaranya dorongan kebutuhan ruang publik dan terjaganya ekosistem lingkungan perkotaan. RTH juga merupakan fasilitas umum yang mengandung banyak fungsi kehidupan masyarakat kota yang dapat mengakomodasi kebutuhan tempat interaksi sosial, sarana olah raga, dan ruang rekreasi, khususnya di Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau diperankan oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dalam implementasinya, banyak faktor yang secara teoritik mempengaruhi keberhasilan pelakasanaan suatu kebijakan, antara lain sumber daya manusia, komunikasi, anggaran, struktur organisasi, dan peran elit. Terkait dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dan mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yang berusaha untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara melibatkan informan kunci, tertutama para pegawai pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dan para praktisi yang sering dilibatkan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta sampai saat ini belum maksimal, karena tidak ada peningkatan yang berarti luas RTH. Sampai saat ini, luas RTH Provinsi DKI Jakarta sekitar 9%, dan masih jauh dari rencana pencapaian kebutuhan RTH yang ditargetkan dalam RTRW 2010, yaitu 13,94%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan belum sepenuhnya mendukung. Kondisi sumber daya manusia yang ada masih minim baik secara kualitas maupun kuantitas. Koordinasi yang terjalin masih bersifat formalitas dan belum ada tindak lanjut kebijakan hingga tataran kegiatan nyata yang terpadu antar stakeholder. Anggaran juga masih terbatas peran elit masih menunjukkan arogansinya, sehingga lebih berpihak untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Untuk masalah struktur organisasi secara umum sudah mendukung, antara lain ditunjukkan dengan adanya prosedur operasional yang standar. Sementara itu, faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta antara lain keterbatasan peralatan operasional lapangan, pembibitan, lambatnya pengembangan ruang terbuka hijau, menurunnya kualitas lingkungan, alih fungsi taman, menurunnya kedisiplinan masyarakat, kebutuhan ruang gerak sosial masyarakat, peran serta masyarakat, dan peraturan perundangan substansial. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap hal-hal yang tidak mendukung pelaksanan kebijakan. Mengenai masalah sumber daya manusia, mulai sekarang harus sudah direncanakan rekrutmen yang disertai dengan perencanaan yang matang dan mengintensifkan program pendidikan dan pelatihan. Koordinasi antar stakelholder harus lebih diintensifkan sehingga dapat terbangun sinergi dan komitmen yang kuat untuk secara bersama-sama mewujudkan Ruang Terbuka Hijau dan harus ditindaklanjuti dengan program-program nyata. Anggaran yang masih terbatas harus diusahakan secara proaktif melalui penggalangan dukungan dan partisipasi masyarakat. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus tegas dan konsisten dalam menjalankan kebijakan Ruang Terbuka Hijau, sehingga tidak memberikan peluang kepada para elit untuk mempengaruhi pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan.

The implementation skills of open space greenery (RTH) backed by several situations, one of which is to encourage the needs of open public spaces and protection of the city surroundings. Open space greenery is also a general facilitator which consists of many functions of the living environment that could accommodates the needs of social interactions. Sports and recreational activities. Especially for DKI JKT Province, enhancing of open space greenery (RTH) has been the role play of City of Park Department Provincei DKI Jakarta. Implementing various methods in theory has influenced and results in skills, human resource, communications, estimation, organizational structures and elite role play. Concerning to the matter, our main aim is to evaluate skills of open space greenery by DPP DKI Jakarta, and to study the obstacle factors. Examining and cautious has resulted in describing problems. And collecting of data has been made through interviews and documentation studies. Interviews has involved key informants, exclusively the staff of Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta and others.
Results has shown that with implementing skills by City of Park Department Province DKI Jakarta to date hasn't shown great improvement, due to lack of enhancement in upgrading of open space greenery. And to date, the largeness of open space greenery DKI Jakarta is about 9%, and there's a long way to accomplish OSG(RTH) targets in RTRW 2010,that is 13.94%. Influencing factors to implementing skills has not shown encouragement. The quality and quantity of human resource is still the main factor and at a minimal stage. The conditions of establishing is the main factor and does not motivate among stakeholders. Estimation is still limited, due to the arrogant elites, till there are those who are only concern to certain groups. As for organizational structure, in general has supported having operational standard procedures. While other factors that has been an obstacle to implementing skills to OSG (RTH) by Cyti of Park province DKI JKT among which, the limitation of operational field equipments, nusery, delays, less quality control, undisciplined, people's role play and lastly law and standing orders. Based on routine checks and investigations, has to be carried out. On human resource, it has to be carried out right away in recruiting with intensive programmes in educating and training. Stakeholders should be more intensified so as to enhanced synergy and strong commitments with togetherness to build up OSG and actions has to be taken immediately. Limited estimations should be workout proactively through support and people's participation. With that the provincial government DKI Jakarta has to be firm and consistent in managing skills OSG till it gives opportunity to the elites in implementing and influencing skills that have been fixed."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanol Chadry
"Sepeda lipat merupakan sarana transportasi alternatife yang mudah dibawa-bawa dan disimpan dengan volume ruang yang kecil. Dengan kondisi tersebut diperlukan penelitian dalam pengembangan sepeda lipat guna mendapatkan sepeda lipat yang handal, kuat, ringan dan efisien. Pengembangan dan penelitian yang dilakukan meliputi analisa perhitungan kekuatan sepeda lipat dengan mempertimbangkan kondisi dinamis yang ekstrem pada saat bersepeda.
Perhitungan kekuatan terhadap sepeda lipat dengan melakukan pemodelan matematis pada jalan berlubang akan menghasilkan efek gaya maksimum terhadap konstruksi sepeda lipat.
Pengujian pada awal desain menggunakan software MSC. Visual Nastran dengan pemodelan sepeda lipat yang bergerak pada kondisi jalan jumping dan bergelombang. Pengujian menghasilkan grafik perubahan tegangan, regangan dan defleksi selama pergerakan sepeda lipat pada kedua kondisi pemodelan tersebut.
Berdasarkan grafik yang dihasilkan dengan menggunakan bahan AISI 1020 pada bahan konstruksi rangka sepeda, tegangan maksimum ( s) yang terjadi adalah 18.6 N/mm² dan faktor redaman ( x ) adalah 0.15915.
Dengan pertimbangan analisa kekuatan dan pengujian dinamis pada konsep awal desain, diharapkan ketika mengimplementasikan pada sepeda lipat yang sebenarnya akan disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan yaitu kuat dan ringan.

Folding Bike is represent the alternative transportation in easy to portable and easy to kept with the small room volume. With the condition needed by new research design in folding bike development to utilize to get the folding bike reliable, strong, efficient and light. Development and research conducted cover the analysis calculation strength of folding bike by considering dynamic condition which exstrem at the time of cycling.
The strength calculation to folding bike by modelling mathematical at holey road street will yield the maximum style effect to construction folding bike.
Examination in the early design to use the software MSC. Visual Nastran by modelling is folding bike which is the move at condition of street are jumping and surging. Examination yield the graph of tension change, strain and deflection of during folding bike movement fold at both the condition modelling. Pursuant to result are graph yield by using materials AISI 1020 at construction materials the folding bike, maximum tension (s) that happened is 18.6 N / mm² and damping factor ( x ) is 0.15915.
With the consideration analyses strength and the dynamic examination at concept of early design, expected when implementation at folding bike which in fact will be adapted by a target expected that is strength and light."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindner, C.C.
London: CRC Pres, 2009
511.6 LIN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raktoe, B.L.
New York: John Wiley & Sons, 1981
519 RAK f (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanul Arifin
"Lapangan Lima yang merupakan bagian dari Laut Jawa berupaya untuk terus mempertahankan produksi minyak salah satunya dengan cara memperbaiki fasilitas pipa penyalur. Pipa penyalur yang saat ini terpasang kondisinya sudah pernah bocor dan telah dipasang clamp untuk menutup sementara titik yang bocor. Sebagai solusi permanen akan dipasang pipa penyalur baru yang menghubungkan anjungan LLB menuju anjungan LPRO (Lima Process). Ada beberapa pilihan jalur yang bisa dipilih untuk memasang pipa penyalur.
Naskah tesis ini membahas analisis pemilihan jalur pipa penyalur dengan pertimbangan hidrolik, efek penurunan permukaan, dan keekonomian. Parameter yang digunakan adalah nilai tekanan pengiriman, total penurunan, laju penurunan, IRR, NPV, dan payback period. Dari hasil penelitian, pipa penyalur dengan jalur LLB-LPRO mempunyai tekanan pengiriman paling rendah sebesar 51 psig, dengan parameter ekonomi yang memenuhi kelayakan yaitu NPV 72,67, IRR 115,7%, dan payback period 2,55 tahun. Dari total penurunan dan laju penurunan untuk anjungan LPRO juga masih masih aman untuk dilewati pipeline baru, karena total penurunan saat ini sampai dengan 10 tahun ke depan belum mencapai 56,48%.

Lima field as part of Offshore North West Java strives to continue to maintain oil production by improving pipeline facilities. Pipeline that is currently installed has been leaked and has been being installed clamp to cover the temporary leak point. As a permanent solution will be installed a new pipeline connecting the LLB platform to LPRO (Lima Process). There are several choices of route to choose from to install the pipeline.
This thesis discusses the proposed analysis of pipeline route selection with hydraulic considerations, subsidence effect, and economic analysis. The parameter used is the value of back pressure, subsidence value, subsidence rate, IRR, NPV, and payback period. The riset shown that pipeline with route LLB-LPRO have the lowest back pressure, with economic parameters that meet the feasibility : NPV 72.67, IRR 115.7%, dan payback period 2.55 years. Subsidence value and subsidence rate of LPRO platform shown that this platform still safe to be passed new pipeline, because the current subsidence up to the next 10 years has not reached 56.48%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>