Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yin, Robert K.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996
001.432 YIN ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Putri Nadhifa
"Latar Belakang: Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah metode pembelajaran baru yang digunakan saat ini, dimana pembelajaran mengenai gigi tiruan cekat (GTC) juga dipelajari dengan metode ini pada tahap akademik. Mahasiswa yang saat tahap akademik memiliki hasil pembelajaran yang baik, tidak menjamin akan memiliki performa yang baik pula pada tahap profesi. Penyebab akan hal tersebut berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Meski pada banyak studi, metode PBM terbukti memiliki dampak yang baik bagi peserta didik, namun efektivitas PBM juga masih diperdebatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian terhadap efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC oleh mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) Metode: Studi deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian merupakan mahasiswa profesi FKG UI yang telah menyelesaikan ketiga perawatan GTC hingga salah satu perawatan tersebut mencapai tahap kontrol. Pengambilan data dilakukan melalui Google Form, dengan pilihan jawaban pada kuesioner menggunakan skala Likert. Hasil: Distribusi frekuensi efektivitas pembelajaran untuk komponen pertanyaan sebesar 76%, komponen kedua sebesar 74%, dan komponen ketiga sebesar 75.3%. Kesimpulan: Dari data yang didapat menunjukkan bahwa efektivitas PBM mengenai perawatan GTC cukup efektif. Persentase efektivitas pembelajaran tertinggi terdapat pada komponen pertanyaan pertama, yaitu mengenai diagnosis dan rencana perawatan GTC; sedangkan komponen dengan persentase terendah terdapat pada komponen kedua, yaitu mengenai penatalaksanaan perawatan GTC.

Background: Problem-based learning (PBL) is a recent learning method, which fixed dental prosthesis (FDP) is also learned using that methods in preclinical program. Students who perform well in preclinical program does not guarantee will perform well in clinical program too. It is related to the type of learning methods in the dental school. Although PBL methods have proven to give good impacts on dental students, but in some studies the effectivity of that methods is still debated. Therefore, it is necessary to assess the effectiveness of PBL methods in FDP learning. Objective: The aim of this study was to find out the frequency distribution of the effectivity of PBL methods in FDP learning process among the clinical students in FKG UI. Methods: A descriptive study with cross-sectional design. The samples of this study are the clinical students of FKG UI who have completed their fixed prosthodontics requirements, until one of those requirements reaches the control phase. The data were collected through Google Form, with each items of the questionnaire rated on a Likert scale. Results: The frequency distribution of the effectiveness of PBL methods for the first component was 76%, the second component was 74%, and the third component was 75.3%. Conclusion: The findings of this study shows that the effectiveness of PBL methods about FDP learning process is quite effective. The highest percentage of the effectiveness of PBL methods is in the first question component, which is about diagnosis and treatment planning; while the component with the lowest percentage is the second component, which is about technical skills on execution of treatment."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hohmann, Arnold
Hanover Park, IL : Quintessence Publishing Co, Inc, 2016
617.69 HOH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hutami Fitri Widhiyanti
"Proporsi lansia bertambah lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, di Indonesia terlihat kenaikan persentase lansia pada tahun 2000 (7,18%) menjadi 7,58% pada tahun 2011. Kehilangan gigi merupakan salah satu faktor penyebab gangguan asupan gizi pada lansia. Terdapat 44,7% pralansia dan lansia yang menderita gizi lebih serta 51,7% yang mengalami gizi kurang di Puskesmas Tugu, melebihi angka nasional penduduk dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah kehilangan gigi, status oklusi, pemakaian gigi tiruan, dan asupan makanan dengan status gizi pada pralansia dan lansia di wilayah kerja Puskesmas Tugu. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 151 orang pralansia (45-59 tahun) dan lansia (> 60 tahun) dan dipilih dengan simple random sampling. Tempat dan waktu penelitian di posbindu di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu bulan Mei 2016. Data diperoleh dengan pemeriksaan gigi dan mulut, pengukuran antropometri, dan wawancara kuesioner semi FFQ. Dari hasil analisis chi square diperoleh hasil bahwa ada hubungan signifikan antara jumlah kehilangan gigi (p = 0,001) dan status oklusi (p = 0,003) terhadap status gizi, sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan asupan makanan terhadap status gizi pralansia dan lansia di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu. Terdapat hubungan signifikan antara jumlah kehilangan gigi dan status oklusi terhadap status gizi pralansia dan lansia di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu.

Elderly population increased faster than any other age groups around the world. Indonesia showed that the percentage of elderly was increased in 2000 was 7.18%, and in 2011 increased to 7.58%. Missing teeth was one of the factors causing disruption of nutrient intake in elderly population. There were 44.7% pre elderly and the elderly who suffers from overweight and 51.7% suffers from malnutrition in Puskesmas Tugu, exceeding the average of national adult population. This study aimed to determine the relationship between the number of missing teeth, occlusion status, the use of denture, and food intake with nutritional status in pre elderly and elderly in Puskesmas Tugu. This was across sectional study with 151 samples of pre elderly (45-59 years) and elderly (> 60 years) and were selected by simple random sampling. The place and time of the study is at Posbindu in Puskesmas Tugu in May 2016. Data obtained by intraoral examination, anthropometric measurements, questionnaires and interviews semi FFQ. Chi square analysis showed that there was a significant relationship between the amount of missing teeth (p = 0.001) and occlusion status (p = 0.003) on nutritional status, whereas there was no significant correlation (p> 0.05) between age, gender, level of education, employment, and food intake on nutritional status pre elderly and elderly at Puskesmas Tugu in 2016. There is a significant correlation between the number of missing teeth and occlusion status on the nutritional status of the elderly pralansia under Puskesmas Tugu"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Lorianti
"Penggunaari desain sirkumferensial pada kasus kehilangan gigi 8765/5678 sering menimbulkan gaya ungkit yang menyebabkan gerak gigi penjangkaran ke distal, dan kemudian diikuti oleh goyangnya gigj tersebut. Masalah ini terjadi karena dukungan gigi tiruan terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan keras berupa gigi dengan jaringan periodontalnya, dan jaring lunak yaitu mukosa yang menutupi daerah tak bergigj, dengan derajat kekenyalan yang berbeda.
Untuk mencegah hal ini, perlu diperhatikan agar tekanan yang disalurkan ke gigi penjangkaran sekecil mungkin,
sehingga tidak dapat rnerusak gigi penjangkaran.
Cengkeram dengan desain sirkumferensial dapat dibuat
dari logam cor keseluruhannya, atau dapat dikombinasi dengan kawat di bagian lengan bukal.
Dalam penelitian ini ingin diketahui cengkeraman mana
dan dua cengkeram tersebut yang rnenyebabkan gerak distal gigi penjangkaran yang lebih kecil. Untuk itu dilakukan penelitian laboratorik mengenai pengaruh cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial terhadap gerak distal gigi penjangkaran.
penelitian dilakukan dengan mengukur gerak distal gigi penjangkaran dengan dial gauge, bila beban seberat 2,5 kg dijatuhkan pada sadel di regio molar pertama, pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal yang memakai cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cengkeram kombinasi menyebabkan gerak fistal gigi penjangkaran yang lebih kecil dibandingkan dengan cengkeram cor sirkumferensial
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Iryattie
"ABSTRAK
Marketing research sekarang ini telah menjadi salah satu elemen yang penting bagi para pemasar. Dengan maraknya produk dan merek yang beredar di pasar, marketer harus tanggap akan setiap perubahan yang terjadi maupun yang akan terjadi. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan untuk selangkah lebih maju dari pesaing adalah melalui riset pemasaran.
Secara general riset dibagi dua, deskriptif dan eksploratoris. Dalam riset deskriptif, perusahaan menuangkan bahan-bahan yang hendak diteliti ke dalam kuesioner. Umumnya, untuk memudahkan responden dalam mengisi kuesioner tersebut, pilihan jawaban telah disediakan. Misalnya, penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan, pilihanjawaban biasanya diberikan dalam bentuk skala. Skala bisa bermacammacam, ada skala 2, skala 3, skala 5, skala 7, skala 10 dan seterusnya.
Penelitian dalam tesis ini, adalah untuk mengetahui perpindahan skala yang dilakukan oleh responden jika diberikan beberapa skala dalam menjawab pertanyaan yang sama. Untuk memudahkan, maka digunakan parameter kepuasan terhadap Telkom dan PLN untuk tiga atribut, yaitu kepuasan secara keseluruhan, kepuasan terhadap kualitas pelayanan, dan kepuasan terhadap harga. Penelitian juga dilakukan dengan tiga buah metode kontak, yaitu face to face, telepon dan mails.
Dari hasil penelitian terhadap 231 responden, ditemukan bahwa terjadi transformasi cukup tajam dari skala 2 ke skala 3. Contohnya, pada panel face to face, untuk pertanyaan kepuasan terhadap pelayanan Telkom secara keseluruhan, dari 100% responden yang menjawab "puas" pada skala 2, jawaban tersebut tertransformasi menjadi 32.73% tetap menjawab "puas" dan 67.27% sisanya menjawab "biasa saja" di skala 3. Untuk 100% yang menjawab "tidak puas" pada skala 2 untuk panel dan pertanyaan yang sama, apabila diberikan skala 3, jawaban tersebut menjadi 62.22% ke "biasa saja" dan 37.78% tetap ke "tidak puas". Hal ini menunjukkan kecenderungan yang sama pada kedua panel yang lain, dan untuk kedua atribut lainnya (kualitas dan harga Telkom dan PLN dengan telepon dan mails). Hanya saja, khusus pada harga, persentase responden yang menjawab "tidak puas" cenderung lebih besar dari pada responden yang menjawab "puas".
Selanjutnya, untuk transformasi skala dari skala 3 ke skala 5 dan dari skala 5 ke skala 7, konsistensijawaban terkonsentrasi padajawaban "biasa saja", ataujawaban yang memiliki poin netral/poin tengah. Sedangkan dari ketiga panel, ditemukan bahwa penglSlan jawaban dengan kesalahan terbesar terjadi pada panel mails. Namun, dengan panel ini, responden lebih jujur dalam mengisi kuesioner, walaupun tingkat return kuesioner hanya sekitar 30%nya saja.
Disamping perpindahan skala, penelitian juga dilakukan untuk melihat seberapa besar indeks kepuasan responden dengan mengacu kepada demografi responden Genis kelamin, usia, pengeluaran rata-rata, dan latar belakang pendidikan). Indeks kepuasan terkecil, lagi-lagi terjadi pada atribut harga. Sebagai contoh, dari panel face to face, untuk tingkat kepuasan terhadap pelayanan Telkom, indeks kepuasan skala 2 untuk. pelayanan keseluruhan adalah 1.66, sedangkan untuk kualitas pelayanan saja sebesar 1.66, dan untuk harga sebesar 1.66 juga, dari nilai maksimum 2. Pada skala ini, ketiga atribut masih memiliki indeks yang sama. Namun, pada skala 3, indeks kepuasan untuk pelayanan Telkom keseluruhan adalah sebesar 2.01, untuk kualitas sebesar 2.03, dan untuk harga sebesar 1.51, dari nilai maksimum 3, dan seterusnya. Dari angka-angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala yang digunakan,
maka semakin kecil indeks kepuasan responden. Jawaban yang diharapkan konsisten, temyata lebih banyak yang lari ke tangah. Hal ini juga secara hampir sama ditunjukkan oleh hasil penelitian terhadap pelayan PLN dan dengan kedua panel lainnya maupun secara overall.
Sedangkan dari demografi responden, untuk tingkat kepuasan terhadap Telkom, ditemukan bahwa jenis kelamin dan usia tidak mempengaruhi rata-rata kepuasan responden, karena nilai signifikan yang dihasilkan untuk semua skala. Sedangkan pengeluaran rata-rata responden berpengaruh terhadap model skala pada skala 2 saja. Untuk latar belakang pendidikan, Ho ditolak pada skala 2, skala 7 dan skala 1 0 karena nilai signifikan yang dihasilkan masing-masing lebih kecil dari 5%.
Namun, untuk rata-rata kepuasan terhadap pelayanan PLN, keempat atribut yang diteliti Genis kelamin, usia, pengeluaran rata-rata dan latar belakang pendidikan responden) tidak ada satupun yang mempengaruhi penilaian responden terhadap tingkat kepuasan jawaban yang dihasilkan.
Selain dengan anova, indeks kepuasan Telkom dan PLN juga di analisa dengan memakai Top Boxes. Untuk Telkom, hasilnya adalah: skala 2 menghasilkan indeks sebesar 59.7%, skala 3 menghasilkan indeks sebesar 19.5%, dan seterusnya. Untuk PLN hasilnya adalah: skala 2 indeks kepuasan sebesar 48.1%, skala 3 sebesar 13.4%, dan seterusnya. Dengan analisa ini, indeks kepuasan juga semakin kecil nilainya dengan menggunakan skala yang semakin besar.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1995
001.433 LEH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book discusses the new roles that the VLSI (very-large-scale integration of semiconductor circuits) is taking for the safe, secure, and dependable design and operation of electronic systems.
The book consists of three parts. Part I, as a general introduction to this vital topic, describes how electronic systems are designed and tested with particular emphasis on dependability engineering, where the simultaneous assessment of the detrimental outcome of failures and cost of their containment is made. This section also describes the related research project “Dependable VLSI Systems,” in which the editor and authors of the book were involved for 8 years. Part II addresses various threats to the dependability of VLSIs as key systems components, including time-dependent degradations, variations in device characteristics, ionizing radiation, electromagnetic interference, design errors, and tampering, with discussion of technologies to counter those threats. Part III elaborates on the design and test technologies for dependability in such applications as control of robots and vehicles, data processing, and storage in a cloud environment and heterogeneous wireless telecommunications.
This book is intended to be used as a reference for engineers who work on the design and testing of VLSI systems with particular attention to dependability. It can be used as a textbook in graduate courses as well. Readers interested in dependable systems from social and industrial–economic perspectives will also benefit from the discussions in this book."
Tokyo: Springer Tokyo, 2019
e20501953
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Suzuki, Shuko
"Biomaterials for surgical operation offers a review of the latest advances made in developing bioabsorbable devices for surgical operations which include surgical adhesives (sealants), barriers for the prevention of tissue adhesion, polymers for fractured bone fixation, growth factors for the promotion of wound healing, and sutures. Over the years, many descriptions of biomaterials have appeared in academic journals and books, but most of them have been devoted to limited clinical areas. This is in marked contrast with this volume which covers a wide range of bioabsorbable devices used in surgery from a practical point of view. The currently applied polymeric devices are critical in surgery, but all involve serious problems due to their poor performance. For instance, fibrin glue, the most widely used surgical sealant, can produce only a weak gel with low adhesive strength to tissues, accentuating the limited effectiveness of current treatment options. Likewise, the currently available barrier membranes cannot fully prevent tissue adhesion at the acceptable level and are, moreover, not easy to handle with endoscopes due to their poor mechanical properties"
New York: Springer Science, 2012
e20420704
eBooks  Universitas Indonesia Library