Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darien Alfa Cipta
"Latar Belakang: Gangguan depresi merupakan gangguan jiwa yang lazim pada masyarakat dengan angka kesenjangan pengobatan sebesar 91% dan memiliki prevalensi sebesar 5-20% di layanan kesehatan primer. Untuk mengatasi kesenjangan pengobatan pada gangguan depresi tersebut, integrasi antara layanan kesehatan jiwa ke dalam layanan primer menjadi hal yang penting. Pengetahuan dokter keluarga tentang pengelolaan gangguan depresi diperlukan untuk dapat melakukan deteksi dini dan tatalaksana agar luaran klinis menjadi lebih baik. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dokter keluarga tentang pengelolaan gangguan depresi serta faktor-faktor yang terkait.
Metode: Penelitian merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Sampel sebanyak 83 dokter keluarga didapatkan dari anggota Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI). Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner demografis, kuesioner penilaian pengetahuan, dan kuesioner care coordinator scale (CCS). Data dianalisis dengan regresi linier multivariat.
Hasil: Pengetahuan dokter keluarga tentang gangguan depresi pada domain preventif, diagnostik, dan tatalaksana farmakologis belum sesuai harapan. Berdasarkan uji multivariat, didapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan adalah faktor edukasi pengobatan (p=0,006) dan faktor tindak lanjut (p=0,04) pada skala CCS, dengan R2 sebesar 0,077.
Simpulan: Diperlukan intervensi untuk memperkuat kapasitas dokter keluarga dalam melakukan pengelolaan gangguan depresi, dengan fokus pada aspek tatalaksana farmakologis.

Background: Depressive disorder is a common mental disorder with a treatment gap of 91%, with a prevalence of 5-20% in the primary care setting. To address the treatment gap for depressive disorder, integrating mental health services into primary care is essential. Fair knowledge of the management of depressive disorder is required to provide early detection and initial treatment for a better clinical outcome. The aim of this study is to understand the level of knowledge of family physicians about the management of depressive disorders and the factors associated with it.
Methods: This is an observational study with a cross-sectional design. A sample of 83 family physicians was obtained from The Association of Indonesian Family Physician members. Data were collected using a demographic questionnaire, knowledge assessment questionnaire, and care coordinator scale (CCS) questionnaire. Data were analysed using multivariate linear regression.
Results: The knowledge of family physicians of depressive disorder management in the domains of prevention, diagnostic, and pharmacological management, has not met expectations. Medication education (p=0,006), and follow-up care plan (p=0,04) domains of CCS are factors associated with family physicians’ knowledge of the management of the depressive disorder in the multivariate analysis, with R2 of 0,077.
Conclusion: Interventions to strengthen the capacity of family physicians in managing depressive disorder are required, with a focus on the pharmacological management aspect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Oktari Anryanie Arief
"Pendahuluan: Dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) kadang tidak mengenali adanya depresi pada seseorang. Pemberian pelatihan psikiatri untuk dokter di Puskesmas diperkirakan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diagnosis terhadap masalah psikiatri. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun suatu modul pelatihan yaitu Modul Pelatihan General Practitioner Kesehatan Jiwa (GP Keswa). Modul bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter di Puskesmas dalam melakukan deteksi kasus gangguan jiwa yang sering di masyarakat. Modul merujuk pada PPDGJ III.
Tujuan: Mengidentifikasi keefektivan Modul GP Kesehatan Jiwa akan pengetahuan dan keterampilan dokter umum di pelayanan primer dalam menegakkan diagnosis dan tatalaksana pengobatan gangguan depresi.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre dan post test. Subjek penelitian adalah 23 dokter umum yang bertugas di Puskesmas Wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Mei-Oktober 2015. Sampel diambil secara simple random sampling. Seluruh subjek penelitian mengikuti pelatihan modul GP Keswa selama satu hari. Pengetahuan dinilai sebelum pelatihan, satu hari dan tiga bulan setelah pelatihan dengan kuesioner pengetahuan yang diisi sendiri oleh subjek. Keterampilan diagnosis dinilai oleh tim penilai, yaitu staf pengajar Departemen Psikiatri FKUI-RSCM.
Hasil: Satu hari setelah pelatihan, 100% subjek mengalami peningkatan pengetahuan. Penilaian tiga bulan setelah pelatihan hanya 8,7% subjek yang tetap mengalami peningkatan pengetahuan. Keterampilan wawancara subjek penelitian hasilnya bervariasi, 12 orang dinyatakan lulus, delapan orang borderline, dan tiga orang tidak lulus.
Kesimpulan: Pemberian pelatihan modul GP Keswa efektif dalam meningkatkan pengetahuan dokter Puskesmas mengenai gangguan depresi satu hari setelah pelatihan, namun tidak dapat bertahan setelah tiga bulan pelatihan. Modul Pelatihan GP Keswa tidak efektif untuk meningkatkan keterampilan wawancara dalam menegakkan diagnosis gangguan depresi.

Introduction: Physicians in Public Health Center (PHC) sometime do not recognize the existence of depression in a person. Provision of psychiatric training for physicians in PHC is expected to enhance the knowledge and skills of physicians to the problem of psychiatric diagnosis.. Ministry of Health has develooped a training module that is General Practitioner (GP). This module aims to enhance the skills of doctors in the health center in case of detection of depression disorder in the community frequently. The module refers to PPDGJIII.
Objective: To assess the effectiveness of training module GP toward physicians to enhance their knowledge and skills to diagnose depressive disorders.
Methods: The study design used was one group pre and post test. Subjects were twenty-three general practitioner who served in Health Center in Banjar, South Kalimantan. The study was conducted in the period Mei-Oktober 2015. Samples were taken by simple random sampling. All recipients GP training modules for one day. Knowledge assessed before training, one day and three months after training with the knowledge questionnaires filled by the subject. Skills diagnosis assessed by assessmet team.
Results: One day after training, 100% of subjects experienced an increase in knowledge. But three months after training only 8.7% of the subjects continued to experience an increase in knowledge. Interview skills outcome is varied, twelve people pass, eight people borderline, and three people did not pass.
Conclusion: Providing GP training modules effective to improve knowledge of physician about depressive disorders one day after training, but can not last three months after training. Providing GP training modules is not effective in improving interviewing skills to diagnose depressive disorder.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Tri Pagita
"Depresi banyak ditemui pada orang dengan penyakit kronis, antara lain diabetes mellitus tipe 2. Salah satu penelitian menemukan bahwa sekitar 45% dari seluruh menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi namun tidak menjadi perhatian. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang depresi mengalami dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan depresi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSCM. Hasil dari penelitian ini menyatakan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi secara keseluruhan lebih buruk dibandingkan yang tidak mengalami gangguan depresi. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas mereka.

Depression is commonly found in people with chronic diseases, such as diabetes mellitus type 2. One study found that approximately 45% of all diabetes mellitus type 2 who suffered from depression but was not a concern. Type 2 diabetes mellitus patients with depression experience a considerable impact on quality of life. The methodology of this study is a cross-sectional quantitative analytic to investigate the relationship between depression and quality of life of patients with diabetes mellitus type 2 in the Endocrine Clinic RSCM. The results of this study states the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus who have depressive disorders are generally worse than that is not experiencing depression. Patients with type 2 diabetes mellitus who experience depression have a considerable impact on their quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library