Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astrid Teresa
"Latar belakang: Studi epidemiologi menunjukkan bahwa jumlah akne vulgaris AV perempuan dewasa mengalami peningkatan. Hormon, produksi sebum, p. ance, proses inflamasi menjadi berbagai faktor yang terlibat dalam patogenesis terbentuknya AV dewasa.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar Dehydroepiandrosterone sulfate DHEAS dan kadar sebum pada pasien AV perempuan dewasa.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada Bulan Juni-Oktober 2017. Sebanyak 50 sampel perempuan dewasa usia 25-49 tahun didapatkan dengan consecutive sampling. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran kadar sebum wajah dan pengukuran kadar hormon DHEAS.
Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara kadar DHEAS dengan kadar sebum wajah pada pasien AV p:0.008; r:0.371 . Setiap kenaikan kadar DHEAS diikuti dengan peningkatan kadar sebum wajah.
Diskusi: Androgen berikatan dengan reseptor androgen pada sebosit kulit sehingga androgen dapat mengontrol perkembangan kelenjar sebasea dan produksi sebum. Selain diproduksi secara sistemik, hormon androgen juga diproduksi secara lokal di kulit. Hal inilah yang dapat menjelaskan terjadinya AV dewasa tanpa disertai adanya hiperandrogenisme.

Background: Epidemiologic studies have shown that number of adult female acne vulgaris AV increases. Hormone, sebum production, Propionibacterium acne and inflammatory process are factors involved in adult AV development.
Objective: The aims of this study is knowing the correlation between Dehydroepiandrosterone sulfate DHEAS and sebum level in adult female acne.
Method: This research used cross sectional study, and held from June to October 2017. Fifty samples aged 25 49 years were collected by consecutive sampling. Anamnesis, physical examination, sebum and DHEAS measurement were conducted.
Result: There was significantly difference between DHEAS and skin sebum level in AV patients p 0.008 r 0.371. Every increased DHEAS level was followed by increasing of sebum production in AV patient.
Discussion: Androgen binds to androgen reseptor in skin sebocyte, so that androgen could control sebaceous gland development and sebum production. Besides being produced by systemic, androgen is also produced locally in the skin. This could explain how adult AV develops without any hyperandrogenism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anandika Pawitri
"Dengan meningkatnya populasi lanjut usia (lansia) di Indonesia, menjaga kualitas kesehatan, termasuk kesehatan kulit, menjadi semakin penting. Penurunan hormon DHEA, prekursor estrogen dan androgen, berkaitan dengan penuaan kulit. Tanda-tanda penuaan contohnya kerutan dan kekenduran kulit dipengaruhi oleh kadar DHEA yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dasar kadar DHEA pada populasi lansia di Indonesia sebagai peluang untuk terapi suplementasi dalam memperlambat gejala penuaan kulit. Studi potong lintang dilakukan untuk melihat hubungan kadar DHEA-S dengan kerutan dan kekenduran yang dilakukan pada 30 perempuan dan 30 laki-laki lansia. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengambilan foto wajah 5 posisi, dan pengambilan serum DHEA-S. Penilaian derajat kerutan dan kekenduran dilakukan dengan membandingkan foto subjek dengan Bazin Skin Aging Atlas: Asian Type. Pada studi ini tidak didapatkan perbedaan kadar DHEA-S yang bermakna secara statistik pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (p=0,941). Selain itu, kadar DHEA-S tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan kerutan dahi (p=0,499), crow’s feet (p=0,888), kekenduran wajah (p=0,769), dan derajat kekenduran leher (p=0,568). Terdapat kecenderungan, semakin berat derajat kerutan dahi dan crow’s feet, nilai rerata DHEA-S semakin rendah. Juga terdapat pola kecenderungan bahwa dengan meningkatnya derajat keparahan kekenduran leher, nilai rerata kadar DHEA-S yang terdeteksi semakin rendah. Pada penelitian ini disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kadar DHEA-S dengan derajat keparahan kerutan dan kekenduran di dahi, crow’s feet's, wajah bagian bawah, dan leher pada laki-laki dan perempuan lansia.

With the increasing elderly population in Indonesia, maintaining health quality, including skin health, becomes increasingly important. The decline of DHEA hormone, a precursor to estrogen and androgen, is associated with skin aging. Signs of aging such as wrinkles and skin sagging are influenced by decreasing DHEA levels. This study aims to collect baseline data on DHEA levels in the elderly population in Indonesia as an opportunity for supplementation therapy to slow down skin aging symptoms. A cross-sectional study was conducted to examine the association between DHEA-S levels and wrinkles and sagging in 30 elderly women and 30 elderly men. Anamnesis, physical examinations, facial photographs from 5 angles, and serum DHEA-S sampling were conducted. The degree of wrinkles and sagging was assessed by comparing the subject's photos with the Bazin Skin Aging Atlas: Asian Type. This study found no statistically significant difference in DHEA-S levels between men and women (p=0.941). Additionally, DHEA-S levels were not statistically significantly related to forehead wrinkles (p=0.499), crow’s feet (p=0.888), facial sagging (p=0.769), and neck sagging degree (p=0.568). There was a tendency for lower average DHEA-S values with increased severity of forehead wrinkles and crow’s feet. There was also a trend indicating that as the severity of neck sagging increased, the average detected DHEA-S levels decreased. This study concluded that there is no relationship between DHEA-S levels and the severity of wrinkles and sagging in the forehead, crow’s feet, lower face, and neck in elderly men and women."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library