Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mario Claudius
"Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai hingga saat ini. Menurut World Health Organization, pada tahun 2016 terdapat sekitar 650 juta orang dewasa yang mengalami masalah obesitas. Obesitas sendiri dapat meningkatkan risiko pada berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker jika tidak dicegah. Salah satu penyebab dari obesitas adalah konsumsi makanan fast food yang berlebihan. Konsumsi makanan fast food yang berlebihan ini seringkali terjadi karena kurangnya informasi mengenai jumlah kalori yang terkandung pada makanan fast food sehingga sulit untuk mengontrol jumlah makanan fast food yang dikonsumsi agar tidak menyebabkan obesitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan perancangan aplikasi dengan sistem untuk menghitung estimasi jumlah kalori yang terkandung pada makanan cepat saji menggunakan model Mask R-CNN. Berdasarkan pengujian pada model Mask R-CNN dalam melakukan deteksi pada objek makanan cepat saji, didapatkan nilai mAP 0,636 dan nilai F1 score 0,599. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian pada algoritma yang digunakan untuk melakukan perhitungan estimasi jumlah kalori makanan cepat saji, didapatkan tingkat kesalahan kalkulasi berupa nilai MAE sebesar 2,290 kal/g dan RMSE sebesar 2,342 kal/g. 

Obesity is one of the most common health problem until now. According to World Health Organization, there are approximately 650 millions adult who have obesity problem at 2016. If not prevented, obesity itself can increase the risk of various diseases such as heart disease, diabetes, and cancer. One of the causes of obesity is excessive consumption of fast food. This excessive consumption of fast food often happen due to lack of information about number of calories contained in fast food, making it difficult to control the amount of fast food consumed to prevent obesity. Therefore, this research conducts development of application to calculate the amount of calories contained in fast food using Mask R-CNN. Based on the testing result for Mask R-CNN ability to detect fast food object, 0,636 obtained as value of mAP and 0,599 obtained as value of F1 score. While based on the testing result of algorithm used to calculate the estimated amount of calories contained in fast food, the calculation error rate is obtained in the form of MAE value of 2,290 cal/g and RMSE value of 2,342 cal/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Widragama Putra
"Para penyandang tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat resmi di Indonesia, yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Dengan menggunakan aplikasi penerjemah Bahasa isyarat ke teks akan membantu komunikasi antara tunarungu maupun non-tunarungu. Dengan menggunakan pre-trained model CPM (EdvardHua, 2018) akan mendapatkan informasi berupa titik-titik skeleton seperti titik tangan, bahu, dan siku. Informasi titik skeleton itu akan digunakan untuk memprediksi kata. Namun, proses tersebut perlu berjalan secara real-time, yaitu ketika pengguna membuka kamera maka akan langsung mendapatkan respon. Untuk mencapai itu diperlukan mobile deep learning framework, sehingga proses inference bisa menjadi lebih cepat dengan bantuan runtime GPU. Penelitian ini berfokus menjalankan inference menggunakan mobile deep learning framework untuk implementasi modul ekstraksi skeleton secara real-time pada Android. Pada penelitian ini digunakan Tensorflow mobile (runtime hanya CPU), MACE, dan SNPE. Dilakukan pengukuran dari sisi latency, penggunaan energi, penggunaan memori, penggunaan daya, dan perubahan suhu. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penggunaan MACE dan SNPE dengan runtime GPU menghasilkan latency yang lebih kecil dibandingkan penggunaan CPU. Penggunaan CPU menyebabkan thermal throttling, sehingga terjadi penurunan kinerja. Dengan runtime GPU menghasilkan penggunaan energi, memori, dan daya yang lebih sedikit dibandingkan CPU. Kenaikan suhu ketika menggunakan runtime GPU lebih kecil dibandingkan CPU.

People with hearing impairments use the official sign language in Indonesia, namely SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Using a sign language-to-text translator application will help the communication between people with hearing impairments and people without hearing impairment. By using the pre-trained CPM model (EdvardHua, 2018), the information in the form of skeleton points such as the points of the hands, shoulders, and elbows will be obtained. The skeleton point information will be used to predict its translation words. However, the translation process needs to be run in real- time, which is when users open their cameras then they will immediately receive a respond. To achieve that goal, we need a mobile deep learning framework, with the result that the inference process is faster with the help of the GPU runtime. This research focuses on running inferences using a mobile deep learning framework to implement real-time skeleton extraction module in Android. This research uses Tensorflow mobile (runtime only for CPU), MACE, and SNPE. Measurements of the latency, energy usage, memory usage, power usage, and temperature change were taken. The measurement results show that the use of MACE and SNPE with GPU runtime is in lower latency than with the use of CPU. Measurement with CPU usage causes thermal throttling, resulting in decreased performance. Measurement with GPU runtime results in lower usage of energy, memory and power compared to the measurement with CPU. The temperature increase when using the GPU runtime is lower than when using the CPU."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irham Muhammad Fadhil
"Meskipun pandemi COVID-19 sudah mereda yang ditandai dengan banyak negara yang melonggarkan pembatasanpembatasan, namun masih ditemui kasus dan kematian yang disebabkan oleh COVID-19. Salah satu metode pendeteksian COVID-19 adalah dengan menggunakan citra CT scan yang di-training menggunakan arsitektur berbasis deep learning. Namun, ketersediaan dataset publik mengenai hal tersebut sangat terbatas. Untuk mengatasi hal itu, diperlukan metode pembuatan citra sintesis berbasis GAN (generative adversarial networks) yang diharapkan dapat meningkatkan performa dari arsitektur deep learning. Salah satu arsitektur GAN yang dapat digunakan yakni TinyGAN yang memiliki parameter training yang lebih sederhana dari GAN namun tidak mengurangi performa yang dihasilkan. Hasil augmentasi citra sintesis menggunakan TinyGAN tersebut kemudian dibandingkan dengan metode berbasis GAN lainnya, seperti BigGAN yang mana diharapkan mengurangi cost komputasi sehingga dapat digunakan pada perangkat yang terbatas dari segi resource. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan augmentasi citra mampu meningkatkan performa secara keseluruhan, yakni akurasi sebesar 98.42% dan F1-score sebesar 98.48% dengan metode VGG 16 serta dalam pengujian menggunakan aplikasi berbasis web model mampu memprediksi dengan benar dan waktu running terbilang singkat, yakni 0.0036 detik. Dalam hal evaluasi kualitas citra, metode TinyGAN dalam hal inception score menghasilkan hasil yang lebih baik, yakni sebesar 2.2037 daripada metode BigGAN yang bernilai 2.03502. Sedangkan dalam hal frechet inception distance metode TinyGAN menghasilkan hasil yang lebih baik, yakni sebesar 39.833 daripada metode BigGAN yang bernilai 40.601.

Although the COVID-19 pandemic has subsided, which is marked by many countries easing restrictions, there are still cases and deaths caused by COVID-19. One to detect COVID-19 is to use CT scan images trained using a deep learning-based architecture. However, the availability of public datasets on this subject is very limited. To overcome this, a synthetic image generation method based on GAN (generative adversarial networks) is needed that is expected to improve the performance of the deep learning architecture. One of the GAN architectures that can be used is TinyGAN which has simpler training parameters than GAN but does not reduce the resulting performance. The results of the synthetic image augmentation using TinyGAN are then compared with other GAN-based methods, such as BigGAN which is expected to reduce computational costs so that it can be used on devices that are limited resources. From the results of experiments that have been carried out, it shows that the use of image augmentation resulted in increased performance (accuracy of 98.42% and F1-score of 98.48% using VGG16 method) and in testing using a web-based application model. able to predict correctly and the running time is relatively short, which is 0.0036 seconds. In terms of evaluating image quality, the TinyGAN method in terms of inception score produces better results, which is equal to 2.2037 than the BigGAN method which has a value of 2.03502. Whereas in terms of frechet inception distance the TinyGAN method produces better results, namely 39,833 compared to the BigGAN method which has a value of 40,60"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Virya Asmara
"Kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kematian yang signifikan di seluruh dunia, meskipun prevalensinya bervariasi antar benua. Di Asia, termasuk Indonesia, mortalitas akibat kanker kulit masih tergolong tinggi, dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh keterbatasan akses teknologi dan rendahnya kesadaran masyarakat. Diagnosis kanker kulit tradisional sering bergantung pada dermatoskopi dan biopsi, yang memiliki keterbatasan terkait akurasi serta memerlukan prosedur invasif. Oleh karena itu, teknologi terbaru dalam kecerdasan buatan (AI), khususnya Convolutional Neural Networks (CNN), menawarkan potensi besar untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi deteksi kanker kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan membandingkan kinerja berbagai arsitektur CNN, seperti ResNet, VGG- 16, dan DenseNet, dalam membedakan kanker kulit jinak dan ganas berdasarkan gambar lesi kulit. Dengan menggunakan data gambar kulit yang diperoleh dari pasien, penelitian ini menerapkan teknik deep learning untuk menganalisis pola-pola visual yang tidak dapat dikenali secara langsung oleh dokter. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model CNN, khususnya arsitektur ResNet, memberikan performa terbaik dalam membedakan lesi jinak dan ganas, dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan metode tradisional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan sistem deteksi otomatis yang mendukung diagnosis cepat dan akurat, khususnya di daerah dengan keterbatasan sumber daya medis, seperti Indonesia.

Skin cancer is one of the cancer types with significant mortality rates worldwide, despite its prevalence varying across continents. In Asia, including Indonesia, skin cancer mortality remains relatively high, primarily due to limited access to technology and low public awareness. Traditional skin cancer diagnosis often relies on dermatoscopy and biopsy, which have limitations in accuracy and require invasive procedures. Therefore, recent advancements in artificial intelligence (AI), particularly Convolutional Neural Networks (CNN), offer significant potential for improving the accuracy and efficiency of skin cancer detection. This study aims to explore and compare the performance of various CNN architectures, such as ResNet, VGG-16, and DenseNet, in distinguishing between benign and malignant skin cancer based on lesion images. Using skin image data collected from patients, this research applies deep learning techniques to analyze visual patterns that cannot be directly recognized by clinicians. The findings demonstrate that CNN models, particularly the ResNet architecture, achieve the best performance in differentiating benign and malignant lesions, with significantly higher accuracy compared to traditional methods. This study is expected to serve as a foundation for developing automated detection systems that support rapid and accurate diagnoses, especially in regions with limited medical resources, such as Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library