Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwinarizki Setyorini
Abstrak :
Persaingan dalam industri perbankan ritel semakin ketat, dan kini semakin banyak organisasi perbankan ritel yang mencari cara komunikasi yang lebih efektif untuk menarik perhatian calon nasabah. Salah satu cara yang kini banyak diandalkan oleh bank agar dapat menonjol dan menjadi unggul dalam persaingan adalah word-of-mouth positif, yang diciptakan dengan mengkonversi nasabah setia menjadi nasabah advokasi. Namun tidak banyak pelaku pemasaran yang memahami cara untuk mendorong terkonversinya suatu nasabah loyal menjadi nasabah advokasi, dan karenanya dibutuhkan pemahaman mendalam akan syaratsyarat apa saja yang harus difokuskan agar tercipta kegiatan advokasi. Oleh karenanya, penelitian ini berusaha untuk mencari tahu faktor-faktor mana saja yang dapat membedakan kelompok nasabah yang memberikan advokasi dan tidak, di kalangan industri perbankan ritel. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti melakukan pengujian di kalangan nasabah perbankan ritel di Jadetabek. Analisa diskriminan digunakan untuk menguji faktor-faktor pendorong advokasi. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesetiaan, kepuasan, image bank, relationship marketing dan kelas sosial secara signifikan dapat membedakan antara nasabah yang akan melakukan advokasi dan nasabah yang tidak melakukan advokasi. Semakin tinggi kesetiaan, kepuasan, image bank, relationship marketing dan kelas sosial seorang nasabah, maka semakin besar kemungkinan nasabah tersebut akan melakukan advokasi kepada konsumen lain.
Retail banking industry is experiencing fierce competition, and they now searching for more effective ways to to gain the attention of potential customers. One of the most relied-on strategy by banks to stand out and gain competitive advantage is positive word-of-mouth, by converting existing loyal customers into advocates. However, not many marketers understand how to convert loyal customers into an advocates. Thus there is a need for an understanding of which conditions or factors should be focused on to induce the conversion of advocates. Which is why, this research is trying to find out which factors can strongly influence the creation of positive word of mouth in retail banking industry. To fulfill the objective, the researcher conducted a testing amongst customers of retail banking in Jadetabek. A discriminant analysis was used, and result of this study shows that customer loyalty, satisfaction, bank image, relationship management and social class can significantly differentiate between advocating customers and non advocating customers. The higher a customer?s loyalty, level of satisfaction, perception of bank image, relationship marketing and social class, the higher chance the respective customer will practice advocacy to other consumers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T34898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handyta Nusansari Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan industri perawatan dan kecantikan kulit saat ini sangat ketat terutama di kota besar seperti Jakarta dengan banyaknya skin care clinic center yang ada, sehingga klinik-klinik tersebut tidak dapat hanya mengandalkan keunggulan fitur dan manfaat fungsional lagi saja agar dapat memiliki citra (image) positif di mata konsumen. Maka penelitian ini ingin mengetahui apa saja yang mempengaruhi terbentuknya Brand Image terutama oleh aspek tak berwujud (intangible) suatu merek seperti faktor-faktor demografi yang meliputi variabel Usia, Pengeluaran per bulan, Jenjang Pendidikan, dan Status Pekerjaan, serta variabel Experiential Marketing dan variabel Word-of-Mouth (WoM). Analisa penelitian dengan 69 responden menggunakan regresi berganda dengan hasil responden dengan jenjang pendidikan sarjana memiliki tingkat persepsi lebih tinggi terhadap Brand Image dibandingkan dengan responden dengan jenjang pendidikan pascasarjana, serta variabel Experiential Marketing dan variabel Word-of-Mouth (WoM) yang dialami memiliki pengaruh persepsi responden terhadap Brand Image.
ABSTRACT
Competition and beauty skin care industry is very tight, especially in big cities like Jakarta with many skin care center clinic there, so that clinics can not just rely on the superior features and benefits of functional again just to be able to have the image on the positive eyes of the consumer. So this study wanted to find out what influences the formation of Brand Image primarily by intangible aspects of a brand such as demographic factors, including age variable, expenditure per month, education level, and job status, as well as variable Experiential Marketing and variable Word-of-Mouth (WoM). Analysis of the study with 69 respondents using multiple regression with the results of respondents with graduate education had a higher level of perception of the brand image compared to respondents with graduate education, as well as variable variables Experiential Marketing and Word-of-Mouth (WoM) has experienced the influence of perception respondents to the Brand Image.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Akmaludin Sahid
Abstrak :
Pemerintah Indonesia memliki target bebas karies 2030 diaman berdasarkan data pada tahun 2018, rata-rata indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah 7.1 dan masih belum memenuhi untuk target tahun 2020 yaitu sebesar 4.1, selain itu peresentase masyarakat di Indonesia yang memiliki kesadaran untuk melakukan pengobatan gigi masih tergolong rendah yaitu sebesar 16.3% pada tahun 2018. Sehingga terdapat tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada bidang kedokteran gigi agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan di dokter gigi. Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelyanan pada klinik gigi yang ada di Jakarta sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dari pasien dan mendorong masyarakat Indonesia untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini menggunakan dimensi kualitas pelayanan berdasarkan SERVQUAL yaitu Tangibility¸ Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy kemudian ditentukan 30 faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan gigi, survei dilakukan terhadap pasien pada 100 klinik di Jakarta untuk mendapatkan kesenjangan dalam kualitas layanan dan kemudian mengintegrasikan kessenjangan tersebut terhadap Model Kano sehingga didapat prioritas terhadap faktor-faktor tersebut dalam rangka peningkatan kualitas layanan pada klinik gigi di Jakarta ......The Indonesian government has a caries-free target of 2030, and based on data in 2018, the average DMF-T index of permanent teeth in Indonesia is 7.1 that still does not meet the 2020 target of 4.1, besides that the percentage of people in Indonesia who have the awareness to do dental treatment is still relatively low at 16.3% in 2018. So there is a demand to improve the quality of services in the field of dentistry in order to improve the quality of dental health and public awareness to perform treatment at the dentist. This study aims to find out the factors that can affect the quality of services at dental clinics in Jakarta so that it is expected to increase patient satisfaction and encourage Indonesian people to seek treatment at the dentist. This study uses the dimensions of service quality based on SERVQUAL, namely Tangibility¸ Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy then determined 30 factors that affect the quality of dental health services, a survey was conducted on patients at 100 clinics in Jakarta to find gaps in service quality and then integrate these gaps into Kano model so that priority is obtained for these factors in order to improve service quality at dental clinics in Jakarta.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library