Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denpasar: Depdikbud , 1997
370 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tulisan ini mengkaji makna sosiokultural paribasa Bali dalam seni pertunjukkan drama gong di Bali, lakon Kalung Berlian. Masalah yang dibahas meliputi jenis paribasa Bali dan makna sosiokultural paribasa Bali bertujuan untuk mendeskripsikan jenis paribasa Bali dan makna sosiokultural. Teori yang digunakan, yaitu teori sosiolinguistik. Dalam pengumpulan data digunakan metode pengamatan dan metode wawancara, dibantu dengan teknik catat, teknik rekam, teknik transkripsi, dan terjemahan. Dalam analisis data digunakan metode deskriptif sinkronis. Untuk penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal, dibantu dengan teknik induktif dan deduktif. Berdasarkan hasil pembahasan, seni pertunjukan drama gong lakon Kalung Berlian terdapat dua belas jenis paribasa Bali, yaitu sesonggan, sesenggakan, wewangsalan, sesawangan, bebladbadan, seloka, raos ngempelin, pepindan, sesimbing, cecangkitan, peparikan, dan sesemon. Jenis-jenis paribasa Bali yang disampaikan dalam dialog antarpemainnya menyiratkan makna sosiokultural, seperti: perbandingan, perumpamaan, sindiran, ejekan, pujian, pengharapan, ajakan, merajuk, nasihat, mengecoh lawan bicara, mengolok-olok lawan bicara, tidak peduli, senda gurau, gundah gulana, rayuan, ketidakpastian, imbauan, dan pernyataan.
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Inces sosial religius dipahami sebagai larangan tata kehidupan sosial masyarakat Bali terhadap perilaku kehidupannya yang diatur dalam dresta dan sima (kebiasaan) masyarakatnya. Tata nilai tersebut sampai saat ini masih tetap dipertahankan, diyakini dan ditaati oleh anggota masyarakat Bali. Ketaatan ini didasari oleh adanya keyakinan dan persepsi masyarakat atas konsekuensi sosial religius yang ditimbulkan bagi pelanggarnya. Dengan demikian masyarakat Bali senantiasa menjadikan tri hita karana sebagai payung kearifan lokal di dalam segala aspek kehidupan sosial religiusnya, yakni menjaga hubungan yang selaras dan harmonis dengan pencipta (Tuhan), sesama, dan alam lingkungannya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera dan damai bagi kelangsungan hidup masyarakatnya.
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Nyoman Djero Pramana
Surakarta: Citra Etnika, 2004
294.5 PAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover