Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maswar Dedi
Abstrak :
Judul penelitian diatas diangkat sebagai bahan tesis adalah mengingat pariwisata sebagai sektor andalan, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan di Kabupaten Pesisir Selatan khususnya di kawasan wisata Pantai Carocok Painan. Sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi untuk para wisatawan, Kabupaten Pesisir Selatan memiliki keindahan alam yang sangat menawan, terutama yang berhubungan dengan wisata bahari (laut). Hal ini dapat terlihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan, kususnya kawasan wisata Pantai Carocok Painan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Upaya yang dilakukan dalam pelestarian atraksi budaya antara lain adalah dengan menggelar festival seni daerah di Kawasan Wisata Pantai Carocok Painan. Sarana pendukung di objek wisata tersebut juga ditingkatkan. Yang menjadi menarik untuk diteliti adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam pelestarian atraksi budaya tersebut serta faktor-faktor apa saja yang berperan dalam mendorong partisipasi masyarakat di Pantai Carocok Painan ? Partisipasi yang diharapkan di masyarakat adalah partisipasi yang benar-benar muncul dari masyarakat atas kesadaran sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian yang menginginkan supaya partisipasi dari masyarakat tersebut bersifat aktif dan bukan bersifat pasif. Sesuai dengan teorinya bahwa partisipasi tersebut adalah merupakan keterlibatan mental dan emosional seseorang individu dalam situasi kelompok tertentu yang mendorongnya untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab terhadapnya. Dengan demikian maka partisipasi masyarakat tersebut dapat di wujudkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dart pengawasan terhadap pelestarian atraksi budaya di Pantai Carocok Painan. Penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian yang bersifat explanatory research. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara yang mendalam terhadap informan yang betul-betul tahu dan menguasai akan permasalahan pariwisata dan pelestarian atraksi budaya. Wawancara dilakukan terhadap pejabat pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh pemuda di kawasan wisata Pantai Carocok Painan. Kesimpulan yang dapat diperoleh, bahwa didalam pelestarian atraksi budaya di Pantai Carocok Painan, peranan Pemerintah Daerah sangat dominan. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian atraksi budaya di Pantai Carocok Painan berada dalam kondisi yang rendah. Ada 3 (tiga) faktor yang berperan dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian atraksi budaya. yaitu faktor status sosial ekonomi, faktor sense of belonging (rasa memiliki) dan faktor kesempatan, namun pada hakekatnya dari ketiga faktor tersebut apabila dilihat dari kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa ketiga faktor itu sejalan. Hal ini disebabkan kegiatan pelestarian atraksi budaya, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan lebih banyak ditentukan dari atas (top down) dan masyarakat hanyalah sebagai penerima dari hasil-hasil pembangunan tersebut, dan tidak memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Pada hakekatnya masyarakat di kawasan Wisata Pantai Carocok Painan mau dan mampu untuk berpartisipasi dalam pelestarian atraksi budaya, dengan catatan adanya keterbukaan dan koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat setempat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St Prabawa Dwi Putranto
Abstrak :
Bangsa Indonesia berkembang di wilayah kepulauan di garis khatulistiwa. Kontak budaya dan sejarah yang panjang telah banyak meninggalkan warisan budaya, yang sebagian besar terpendam di dalam tanah dan tenggelam di dasar laut. Warisan budaya bawah air di Indonesia berjumlah cukup banyak, salah satunya terdapat di perairan Kepulauan Karimunjawa dan telah teridentifikasi tinggalan budaya sebanyak 10 situs, yaitu Situs Geleang, Situs Menyawakan, Situs Kumbang, Situs Parang, Situs Indonor, Situs Genteng, Situs Seruni, Situs Genting, Situs Kapal Mati, dan Situs Pulau Nyamuk. Situs-situs tersebut perlu untuk dilestarikan karena memiliki nilai penting dan memiliki potensi yang besar sebagai sumber daya budaya. Untuk menjaga nilai-nilai yang terkadung dalam sumber daya budaya bawah air di Kawasan Kepulauan Karimunjawa, diperlukan upaya pelestarian sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang mencakup upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungannya bagi masa mendatang. Upaya perlindungan terhadap Kawasan Karimunjawa saat ini dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa yang memiliki tugas melakukan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Akan tetapi pelestarian terhadap sumber daya budaya bawah air Karimunjawa belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga diperlukan pengelolaan kawasan untuk melestarikan baik sumber daya alam dan sumber daya budaya. Untuk menentukan bentuk pengelolaan dilakukan analisis TOWS dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal dari pengelolaan yang sekarang sudah dilakukan, maka direkomendasikan model manajemen sumber daya budaya bawah air yang berjalan bersama-sama dengan pelestarian sumber daya alam. Selanjutnya model ini diuji kembali menggunakan analisis SWOT sehingga dihasilkan model manajemen yang tepat dan teruji.
Indonesian people thrive in an archipelago in the the equator.A long cultural contact and history have left many cultural heritage, most of them are buried underground and sunk underwater of the sea. Indonesia has a lot of underwater cultural heritage, some of them are located in Karimunjawa Archipelago. There are 10 sites which are Geleang Sites, Menyawakan Sites, Kumbang Sites, Parang Sites, Indonor Sites, Genteng Sites, Seruni Sites, Genting Sites, Kapal Mati Sites, dan Pulau Nyamuk Sites. These sites needs to be preserved because of their potential as an underwater cultural resource. To maintain its values, cultural resource in Karimunjawa, needs to preserved according to the Law Number 11 Year 2010 of Cultural Heritage which consist of protection, development, and utilization in order to maintain its continuity for future generation. Protection effort to the Karimunjawa now is done by the National Park that has the duty to conserve the natural resource and its ecosystem. However the preservation of underwater cultural resource of Karimunjawa have been entirely done, so it needs a management to preserve both natural and cultural resource. To determine the management this research uses TOWS analysis that consider the internal and eksternal factor of the recent management. So this research recommend a cultural resource management model that be in accordance with the conservation of natural resource. And yhen this model is retested using SWOT analysis to obtain an appropriate and a tested management model.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2294
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greenfield, Jeanette
New York: Cambridge University Press , 1995
363.69 GRE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Suryani
Abstrak :
Ancaman punahnya budaya Betawi memang tak dapat dipungkiri lagi. Tak heran makin banyaknya komunitas yang berdiri untuk melestarikan budaya dari etnis yang sebenarnya belum dapat dikatakan sebagai etnis yang mapan dan stabil ini. Kegiatan pelestarian ini pun tak urung dari tujuan mencari sumber penghidupan bagi sang pelestari. Seperti dalam penjelasan sebelumnya, kegiatan pelestarian ini dapat kita golongkan dalam tindakan konsumsi tradisi karena dikemas sebagai sebuah performance dalam fenomena the end of tradition. Namun jika ditilik dari sudut pandang yang lain, performance hadir saat budaya dikemas untuk disesuaikan dengan keadaan zaman dan pengaruh globalisasi agar lebih dapat diterima dan dikenal oleh berbagai kalangan dan generasi. Dan saat performance ini dapat menghasilkan keuntungan baik bersifat moril dan materil ini hanya berupa nilai tambah dan motivasi bagi masyarakat yang melestarikannya. Untuk melestarikan budaya secara berkelanjutan dibutuhkan ruang bagi budaya itu untuk dapat terus hidup dan berkembang. Ruang ini hadir untuk mengakomodasi semua aktor yang terlibat dalam kegiatan pelestarian baik penduduk, komunitas pelestari, komunitas pencinta betawi, maupun pengunjung sebagai aktor publik yang harus juga diwadahi kebutuhan ruangnya dalam berekspresi menyelami setiap kegiatan budaya yang akan disuguhkan. Performance dihadirkan sebagai metode untuk dapat menghadirkan citra kawasan sebagai kawasan preservasi budaya Betawi. ...... Threat of extinction of the Betawi culture is undeniable. It is unsurprising that more and more communities try to preserve this unestablished culture. The purpose of this preservative action was not only for the culture itself but also for the preservation activist as a source of income. As explained previously, this preservative action can be classified as an action of consuming the tradition because it was wrapped as a performance in the end of tradition phenomena. On the other perspective, performance presents when the culture is wrapped, meet and then adapted to this era and globalization so it becomes acceptable to anyone and all generations today. When performance starts to gain not only material but also moral, it is transcended to be an added value and is able to motivate the community to do a livelier and more active preservation. To maintain the sustainability of this preservative action is to accommodate its need of space so it may continue to lives and evolves. This space presents as a medium that accomodate every actor involved in the preserving action such as the inhabitants, preservation community, Betawi culture’s community, as well as the visitors to express themselves and dive into the soul of the culture. Performance presents as method to emerge the image of the district as a Betawi culture’s preservation district.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meike Rachmana
Abstrak :
Perkembangan teknologi telah mendorong pesatnya penemuan terhadap benda-benda budaya bawah air. Salah satunya yakni kapal karam bersejarah yang didalamnya terkandung nilai yang sangat tinggi baik secara historis, arkeologis ataupun ekonomis. Keberadaan kapal karam bersejarah yang sangat signifikan inilah yang menjadikan isu kepemilikan atasnya merupakan suatu hal yang penting. Benturan kepentingan terjadi antara Negara bendera kapal, penemunya, Negara dimana kapal karam bersejarah tersebut karam ataupun negara dari mana muatan didalamnya berasal. Oleh karena itu, dalam skripsi ini akan dibahas konsepsi pengaturan mengenai kepemilikan atas kapal karam bersejarah di tingkat internasional melalui konvensi dan hukum kebiasaan internasional terkait, di tingkat nasional melalui peraturan dan praktik di beberapa negara dunia serta pengaturan dan praktik penerapannya di Indonesia. ...... Technology development pushed forward an access to underwater cultural heritage. One of them is historic shipwrecks which contain historical, archaeological or economic value. The significance of this historic shipwrecks leads to an issue about ownership. The dispute over historic shipwrecks happen because there is a clash about jurisdiction over the historic shipwrecks among Flag-state country, Finder, Coastal state, or state origin of the cargo. Therefore, it is an important thing to see the conception on regulation of historic shipwrecks at international level through international convention, at national level through its regulation and practice in several countries and also the regulation and practice in Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S55579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Drishti Kanya
Abstrak :
ABSTRACT
As a country that has a long history, Indonesia has a very rich national cultural heritage. Strategically located in the trading route, automatically shapes the culture of this country. The cultural heritages, which are ranging variously from traditional dance, traditional foods, traditional music and songs, languages, clothes, and many more, spread evenly throughout the regions in Indonesia. There are two kinds of cultural heritage, namely tangible cultural heritage and intangible cultural heritage, which Indonesia has both types. The great number of these cultural inheritances should be preserved and protected by the go vernment.
2013
S54244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: Cultural and Social Centre for the Asian and Pacific Region, 1971
069.53 CUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Ideanto
Abstrak :
Saat ini mulai ada kesadaran dari negara berkembang untuk melindungi Folklor sebagai aset yang berharga dari negaranya, termasuk Indonesia. Folklor merupakan suatu ekspresi dari budaya dan identitas sosial dan pada umumnya disampaikan secara lisan melalui peniruan atau dengan cara lainnya. Bentuk Folklor meliputi antara lain bahasa, karya sastra, musik, tarian, permainan, mitos, upacara ritual, kebiasaan, kerajinan tangan, karya arsitektur dan karya seni lainnya. Folklor merupakan salah satu bentuk kekayaan di bidang seni dan budaya yang memiliki hak kekayaan intelektual. Dalam kaitannya dengan Hak Cipta, Folklor memiliki hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi berkaitan dengan nilai ekonomis yang tercipta dari pemanfaatan Folklor, dan hak moral untuk melindungi kepentingan pribadi atau reputasi Pencipta dan penemunya. Namun mengingat Folklor adalah milk bersama suatu masyarakat yang biasanya sulit menentukan Pencipta dari Folklor, maka Negara menjadi pemegang dari Hak cipta Folklor. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Perlindungan terhadap Folklor sesungguhnya sudah dilakukan sejak Undang-Udang Dasar 1945 melalui Pasal 32. Namun, upaya perlindungan terhadap Folklor di Indonesia masih dirasakan belum maksimal. Hal ini disebabkan teknis pelaksanaan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta melalui Peraturan Pemerintah Tentang Hak Cipta atas Folklor yang dipegang oleh Negara masih berupa suatu rancangan sehingga belum memiliki kekayaan hukum. I La Galigo merupakan naskah cerita rakyat yang berasal dari Bugis dan merupakan naskah terpanjang di dunia sehingga I La Galigo memiliki nilai yang sangat tinggi. I La Galigo adalah salah satu bentuk Folklor yang belum mendapatkan perlindungan hukum secara maksimal. Hal ini terkait dengan pementasan I La Galigo di kota besar dunia oleh orang asing sehingga merugikan Indonesia secara ekonomis dan moral.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Aulia Cahya Purnama
Abstrak :
Konservasi arsitektur selalu melibatkan tindakan intervensi yang menyebabkan hilangnya sejumlah nilai otentisitas bangunan cagar budaya yang berperan penting dalam memberikan karakter pada bangunan, sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan. Skripsi ini akan membahas mengenai tindakan intervensi pada Gedung Bataviasche Kunstkring dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi otentisitas bangunannya. Melalui tingkatan intervensi, skripsi ini akan menunjukkan bagaimana cara mempertahankan otentisitas melalui parameter sesuai dengan konsep Rajagopalan, dengan metode analisis secara deskriptif berdasarkan studi pustaka, observasi, dan mewawancarai pribadi narasumber. Skripsi ini menyimpulkan bahwa konservasi Gedung Bataviasche Kunstkring secara relatif berhasil dalam mempertahankan otentisitas bangunannya meskipun dengan parameter yang tidak tercapai seluruhnya. ...... Architectural conservation always involves interventions which cause the loss of authenticity in cultural heritage building that was instrumental in giving the characters of the building, thus its existence should be retained. This journal article will discuss about interventions as part of conservation on Gedung Bataviasche Kunstkring and its effects of the building rsquo s authenticity. Through the levels of intervention, this journal article will reveals how to retain the authenticity through the parameters according to the Rajagopalan rsquo s concept, with descriptive analysis method based on literature study, observation, and personal interview the experts. This journal article concludes that the architectural conservation of Gedung Bataviasche Kunstkring is relatively successful in retaining the authenticity of the building despite the parameters is not entirely achieved.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Oxford University Press, 1986
363.69 WHO (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>