Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Yulia Putri
Abstrak :
Synaptula reticulata merupakan timun laut dengan dinding tubuh tipis, berwarna terang, dan pergerakan yang lambat sehingga menggunakan senyawa metabolit sekunder sebagai pertahanan kimiawi terhadap predator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas antifeedant dan tingkat toksisitas apakah sebagai weapon atau unpalatable agent. Synaptula reticulata sebanyak 330 individu diambil dari perairan Pulau Air dan diekstraksi menggunakan metanol. Ekstrak kasar yang dihasilkan memiliki persentase rendemen dan konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 2,54% dan 19,1550 mg/mL. Pengujian ekstrak dilakukan dengan uji antifeedant, ikhtiotoksisitas, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) di laboratorium. Uji antifeedant dan ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan ikan Gymnocorymbus ternetzi. Pengujian antifeedant dilakukan dengan memberikan pelet kontrol dan pelet uji yang mengandung ekstrak kasar Synaptula reticulata dengan konsentrasi ekstrak masing-masing 0,25 mL; 0,5 mL; 0,75 mL; dan 1 mL dalam volume total 1 mL. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas antifeedant dengan nilai ED50 sebesar 0,780 mL yang dikategorikan sebagai weakly unpalatable. Pengujian ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan 4 ekor ikan uji dan 1 ekor ikan kontrol dengan penambahan 0,5 mL ekstrak setiap 30 menit dalam rentang waktu 2 jam. Nilai Weighted Mean (WM) yang dihasilkan pada ekstrak sebesar 3,18 dan dikategorikan toksisitas tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, klasifikasi mode antipredator dari ekstrak kasar Synaptula reticulata diklasifikasikan ke dalam kelas I, yaitu toksisitas tinggi dan weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test(BSLT) dilakukan menggunakan larva udang Artemia salina dengan konsentrasi ekstrak masing-masing, sebesar 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; dan 1000 ppm sebagai uji pendahuluan. Hasil BSLT memiliki nilai LC50 sebesar 239,954 µg/mL dan dikategorikan toksisitas sedang. ......Synaptula reticulata is a sea cucumber with a thin body wall, light color, and slow movement that uses secondary metabolite compounds as a chemical defense against predators. This study aims to determine the level of antifeedant activity and toxicity, whether as a weapon or an unpalatable agent. Synaptula reticulata, as many as 330 individuals were taken from the waters of Air Island and extracted using methanol. The crude extract produced has a percentage yield and physiological concentration of 2.54% and 19.1550 mg/mL, respectively. The extract was tested with antifeedant, ichthyotoxicity, and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) in the laboratory. The antifeedant and ichthyotoxicity tests were conducted using Gymnocorymbus ternetzi fish. The antifeedant test was conducted by giving control pellets and test pellets containing Synaptula reticulata crude extract with extract concentrations of 0.25 mL; 0.5 mL; 0.75 mL; and 1 mL in a total volume of 1 mL, respectively. The extract has antifeedant activity with an ED50 value of 0.780 mL, categorized as weakly unpalatable. The ichthyotoxicity test was conducted using 4 test fish and one control fish by adding 0.5 mL of extract every 30 minutes for 2 hours. The Weighted Mean (WM) value produced in the extract was 3.18, categorized as high toxicity. Based on the observation, the antipredator mode classification of the crude extract of Synaptula reticulata is classified into class I, which is high toxicity and weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) was conducted using Artemia salina shrimp larvae with respective extract concentrations of 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; and 1000 ppm as a preliminary test. BSLT results have an LC50 value of 239.954 µg/mL and are categorized as moderate toxicity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ayuni Rachmasari
Abstrak :
Synapta maculata merupakan timun laut yang memiliki rongga tubuh berisi cairan; dinding tubuh lunak dan tipis; serta pergerakan yang lambat. Zona intertidal yang menjadi habitat Synapta maculata juga dihuni oleh beranekaragam biota laut sehingga meningkatkan terjadinya predasi antarorganisme. Pertahanan fisik yang minim dan terjadinya peningkatan predasi di habitat alaminya menyebabkan timun laut (Holothuroidea) memiliki pertahanan kimiawi sebagai antipredator dengan memproduksi senyawa triterpen glikosida (saponin). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa aktivitas antifeedant dan toksisitas ekstrak kasar Synapta maculata terhadap ikan Gymnocorymbus ternetzi dan larva Artemia salina, serta mengkategorikan mode pertahanan kimiawi Synapta maculata. Sampel Synapta maculata yang digunakan pada penelitian ini dikoleksi dari perairan Pulau Kotok Besar yang ditemukan di antara gundukan pasir dan lamun sebanyak 3 individu. Ekstraksi 3 individu Synapta maculata menggunakan metode maserasi dengan metanol menghasilkan 3,6414 g ekstrak kasar; persentase rendemen serta konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 2,0866% dan 26,01 mg/mL. Ekstrak tersebut pada uji antifeedant memiliki nilai ED50 sebesar 0,632 mL dan dikategorikan sebagai weakly unpalatable. Nilai Weighted Mean (WM) ekstrak pada uji ikhtiotoksisitas diperoleh sebesar 2 dan dikategorikan sebagai toksisitas rendah. Oleh karena itu, mode antipredator pertahanan kimiawi Synapta maculata diklasifikasikan ke dalam kelas Weak Response (WR). Nilai LC50 hasil dari BSLT didapatkan sebesar 197,844 ppm dan dikategorikan sebagai medium toxicity. ......Synapta maculata is a sea cucumber that has a fluid-filled body cavity; soft and thin body wall; and slow movement. The intertidal zone that is the habitat of Synapta maculata is also inhabited by a variety of marine biota, thus increasing predation between organisms. Minimal physical defense and increased predation in its natural habitat cause sea cucumber (Holothuroidea) to have a chemical defense as an antipredator by producing triterpene glycoside compounds (saponins). The aim of this study was to analyze the antifeedant activity and toxicity of Synapta maculata crude extract against Gymnocorymbus ternetzi fish and Artemia salina larvae, and categorize the chemical defense mode of Synapta maculata. Synapta maculata samples used in this study were collected from the waters of Kotok Besar Island found between sandbars and seagrass as many as 3 individuals. Extraction of 3 individuals of Synapta maculata using maceration method with methanol produced 3.6414 g of crude extract; percentage yield and physiological concentration of 2.0866% and 26.01 mg/mL, respectively. The extract in the antifeedant test has an ED50 value of 0.632 mL and is categorized as weakly unpalatable. The Weighted Mean (WM) value of the extract in the ichtiotoxicity test was obtained as 2 and categorized as low toxicity. Therefore, the antipredator mode of chemical defense of Synapta maculata is classified into the Weak Response (WR) class. The LC50 value obtained from BSLT was 197.844 ppm and categorized as medium toxicity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Yusron
Abstrak :
Pengamatan keanekaragaman jenis teripang telah dilakukan di wilayah perairan pesisir desa Pai dan desa Imbeyomi di Perairan Padaido, Biak Numfor. Pengambilan contoh dikerjakan dengan menggunakan transek kuadran ukuran 1m x 1m sebanyak 3 garis transek. Sampling dan pengamatan mikrohabitatnya dilakukan dengan snorkling. Analisis terhadap struktur komunitas berdasarkan pada analisis kehadiran, keanekaragaman, dan kepadatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di dua lokasi tersebut terdapat 10 jenis teripang jenis Holothuria edulis, H. atra, dan H. nobilis melimpah.
Sea Cucumber Resources At Tanjung Pai Waters Padaido Biak Numfor Papua. Observation on sea cucumber diversity was carried out at coastal waters of Pai and Imbeyomi Islands in the Padaido Island Biak Numfor. Sampling was done by using a transect quadrant of 1 m x 1 m. This sampling and observation on its microhabitat were conducted by snorkling. Analyses on the sea cucumber community structure were based on its frequency of occurance, diversity, and density. The results showed that at both locations 10 species of sea cucumber were found where Holothuria edulis, H. atra, and H. nobilis were predominant common and more evenly distributed than the other species.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rundri Utami
Abstrak :

Klasifikasi berbagai jenis teripang dari berbagai asal daerah adalah tugas yang sulit dikarenakan banyak teripang yang berasal dari berbagai daerah namun memiliki jenis yang sangat mirip dalam segi bentuk dan warna. Umumnya untuk membedakan teripang dilakukan dengan pada ahlinya sehingga  memelurkan waktu yang lama. Penelitian ini ditunjukan untuk membuat suau sistem pengukuran berbasis citra hiperspektral yang memiliki sifat tidak merusak dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Dengan sistem pengukuran yang dikembangkan menggunakan kamera hiperspektral yang mampu mendeteksi gelombang elekromagnetik pada panjang 400-1000nm. Sistem pengolahan citra meliputi koreksi citra, pemilihan area pengukuran pada sampel objek. Pengekstraksi ciri yang digunakan adalah metode averaging, dan PCA digunakan untuk reduksi data, serta pemodelan pengenalan habitat teripang dengan algoritma yang digunakan adalah SVM (Support Vector Machine), Random Forest, dan Deep Learning. Evaluasi terhadap kinerja sistem dilakukan dengan nilai akurasi pada klasifikasi. Akurasi rata-rata error terbaik diperoleh menggunakan algoritma klasifikasi Deep Learning saat proses training  0.28 % dan proses testing 0.81 % Secara umum menunukan bahwa sistem yang telah dibangun membrikan kinerja klasifikasi yang tepat.

 


The classification of various types of sea cucumbers from various regional origins is a difficult task because many sea cucumbers come from various regions but have very similar types in terms of shape and color. Generally to distinguish sea cucumbers carried out by laboratory-based methods which generally have destructive properties, and spell a long time. This study was shown to make a measurement system based on hyperspectral images that have non-destructive properties and do not require a long time. With a measurement system developed using a hyperspectral camera capable of detecting electromagnetic waves at a length of 400-1000nm. Image processing system includes image correction, selection of measurement areas in object samples. Character extraction, data reduction, and modeling the introduction of sea cucumber habitat with the algorithms used are SVM (Support Vector Machine), Random Forest, and Deep Learning. Evaluation of system performance is carried out with the value of accuracy in classification. The best average error accuracy is obtained using the Deep Learning classification algorithm during training process 0.28% and the testing process 0.81% for the testing process. In general, the system has been built giving the best classification performance.

 

2019
T53270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Rasyid
Abstrak :
Teripang merupakan salah satu biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Meskipun demikian, penelitian tentang zat bioaktif teripang dari perairan Indonesia masih terbatas. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis jenis-jenis teripang yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dan menangkal radikal bebas (antioksidan), serta komponen senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi teripang yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Semua jenis teripang yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari perairan Lampung, Indonesia. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode ABTS. Identifikasi senyawa dalam ekstrak dan fraksi teripang menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya fraksi n-heksan Stichopus quadrifasciatus dan ekstrak metanol Holothuria lessoni yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Ekstrak metanol H. lessoni dan fraksi etil asetat H. leucospilota terhadap Staphylococcus aureus; Sedangkan fraksi n-heksan S. quadrifasciatus, ekstrak metanol H. lessoni dan Bohadschia marmorata terhadap S. epidermidis. Tingkat aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh fraksi butanol H. lessoni dengan nilai IC50 109,7408 µg/mL, diikuti oleh ekstrak metanol H. leucospilota (155,0729 µg/mL), faksi n-heksan S. quadrifasciatus (157,9000 µg/mL), ekstrak metanol H. lessoni (163,8317 µg/mL) dan fraksi etil asetat H. leucospilota (181,8804 µg/mL). Analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa utama yang diidentifikasi dalam sampel uji terdiri dari siklononasiloksan, oktadekametil-, sikloheksasiloksan, dodekametil-, dan siklooktasiloksan, heksadekametil-. Dapat disimpulkan bahwa teripang H. lessoni merupakan salah satu jenis teripang yang memiliki potensi sebagai sumber antibakteri dan antioksidan alami di masa depan. ......Sea cucumbers are one of the many marine biotas found in Indonesian waters. Nevertheless, research on the bioactive substances of sea cucumbers from Indonesian waters is still limited. The purpose of this study was to analyze the types of sea cucumbers that have antibacterial activity against acne-causing bacteria and free radicals scavengers (antioxidants), as well as the components of chemical compounds contained in the extracts and fractions of sea cucumbers that have antibacterial and antioxidant activity. All types of sea cucumbers used in this study were collected from Lampung waters, Indonesia. The maceration method was used for extraction with methanol as the solvent. The agar diffusion method was used to test antibacterial activity, and the ABTS method was used to test antioxidant activity. GC-MS was used for identification of compounds in the extract and fractions of sea cucumbers. The results showed that only the n-hexane fraction of Stichopus quadrifasciatus and the methanol extract of Holothuria lessoni showed antibacterial activity against Propionibacterium acnes. The methanol extract of H. lessoni and the ethyl acetate fraction of H. leucospilota were effective against Staphylococcus aureus, while the n-hexane fraction of S. quadrifasciatus, methanol extract of H. lessoni, and Bohadschia marmorata was effective against S. epidermidis. The highest level of antioxidant activity was shown by the butanol fraction of H. lessoni with an IC50 value of 109.7408 µg/mL, followed by the methanol extract of H. leucospilota (155.0729 µg/mL), the n-hexane faction of S. quadrifasciatus (157.9000 µg/mL), the methanol extract of H. lessoni (163.8317 µg/mL) and the ethyl acetate fraction of H. leucospilota (181.8804 µg/mL). GC-MS analysis showed that the main compounds identified in the test samples consisted of cyclononacyloxane, octadecamethyl-, cyclohexasiloxane, dodecamethyl-, and cyclooctasiloxane, hexadecamethyl-. It can be concluded that the sea cucumber H. lessoni is one type of sea cucumber that has potential as a source of natural antibacterials and antioxidants in the future.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Rahman Hakim Fauzi
Abstrak :
Synaptula reticulata merupakan timun laut berdinding tubuh tipis dan memiliki warna kontras. Uji antifeedant ekstrak kasar Synaptula reticulata telah dilakukan pada tanggal 6-14 November di kedalaman 3-5 m Perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Synaptula reticulata berjumlah 171 individu dan dilarutkan dengan metanol. Persentase ekstrak kasar Synaptula reticulata yang didapat sebesar 8% dan memiliki konsentrasi fisiologis 40 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan membandingkan respon makan ikan karang terhadap pakan uji dan pakan kontrol. Pakan uji adalah ekstrak kasar Synaptula reticulata yang dicampur jelly dan pelet komersil. Pakan kontrol adalah campuran jelly dan pelet komersil tanpa dicampurkan ekstrak kasar Synaptula reticulata. Jumlah pakan uji yang dimakan sebanyak 3%, sedangkan jumlah pakan kontrol yang dimakan sebanyak 63%. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 99% menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar Synaptula reticulata berhubungan dengan respon makan ikan karang. Keeratan hubungan tersebut kuat, berdasarkan uji korelasi cremer (C = 0,63) terutama terhadap ikan karang family Pomacentridae dan Laberidae.
Synaptula reticulata is sea cucumber that has thin body wall with contrasting color. Antifeedant activity assay from crude extract of Synaptula reticulata was conducted on 6th--10th November 2018 in 3--5 m of depth Pramuka Island water, Kepulauan Seribu National Park, DKI Jakarta. 171 individual Synaptula reticulata were collected and extracted using methanol. Crude extract percentage of Synaptula reticulata was 8% with a physiologycal concentration of 40 mg/mL. Antifeedant assay was done by comparing between coral reef fish feeding response to artificial test food and control food. Test food ware constitute of crude extract of Synaptula reticulata, jelly and pellet. Control food contained jelly and pellet only. The amount of test food eaten as much as 3%, while the amount of control food eaten as much as 63%. Chi-Square analysis with confidence level of 0,01 showed that crude extract of Synaptula reticulata was correlated with feeding response of reef fishes. Cramer correlation test showed that crude extract Synaptula reticulata strongly related with feeding response of the treatments on reef fishes, with correlation value of 0,6.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Rahman Hakim Fauzi
Abstrak :
Synaptula reticulata merupakan teripang dengan dinding tubuh yang tipis dan memiliki warna yang kontras. Uji antifeedant ekstrak kasar Synaptula reticulata dilakukan pada tanggal 6-14 November pada kedalaman 3-5 m di perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Synaptula reticulata berjumlah 171 individu dan dilarutkan dalam metanol. Persentase ekstrak kasar Synaptula reticulata yang diperoleh sebesar 8% dan memiliki konsentrasi fisiologis 40 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan membandingkan respon ikan karang terhadap pakan uji dan pakan kontrol. Pakan uji adalah ekstrak kasar Synaptula reticulata yang dicampur dengan jelly dan pellet komersial. Pakan kontrol adalah campuran jelly dan pellet komersial tanpa campuran ekstrak kasar Synaptula reticulata. Jumlah pakan uji yang dimakan adalah 3%, sedangkan jumlah pakan kontrol yang dimakan adalah 63%. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 99% menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar Synaptula reticulata berhubungan dengan respon makan ikan karang. Hubungan tersebut kuat, berdasarkan uji korelasi Cremer (C = 0,63), terutama untuk ikan karang dari famili Pomacentridae dan Laberidae.
Synaptula reticulata is a sea cucumber with a thin body wall and has a contrasting color. Antifeedant test of Synaptula reticulata crude extract was carried out on November 6-14 at a depth of 3-5 m in the waters of Pramuka Island, Seribu Islands National Park, DKI Jakarta. Samples of Synaptula reticulata totaled 171 individuals and dissolved in methanol. The percentage of Synaptula reticulata crude extract obtained was 8% and had a physiological concentration of 40 mg/mL. Antifeedant test was carried out by comparing the response of reef fish to the test feed and control feed. The test feed was a crude extract of Synaptula reticulata mixed with commercial jelly and pellets. The control feed was a mixture of commercial jelly and pellets without a mixture of Synaptula reticulata crude extract. The amount of test feed eaten was 3%, while the amount of control feed eaten was 63%. The results of the Chi-squared statistical test at the 99% confidence level showed that the administration of Synaptula reticulata crude extract was associated with the feeding response of reef fish. The relationship was strong, based on the Cremer correlation test (C = 0.63), especially for reef fish from the Pomacentridae and Laberidae families.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Rasyid
Abstrak :
Sea cucumber is an important raw material for food and remedy in the Eastern region. However, a study focusing on identifying the health benefit of sea cucumbers from tropical waters is still limited. A study on the free radical scavenging activity of five selected sea cucumbers collected from Lampung waters, Indonesia has been done. The objective of this study was to evaluate the free radical scavenging activity of five selected sea cucumbers, namely Stichopus vastus, Stichopus quadrifasciatus, Holothuria (Metriatyla) lessoni, Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota, and Bohadschia marmorata. The extraction method which used in this study was the maceration method using methanol solvent while the free radical scavenging activity test is carried out using 2,2'-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6- sulfonic acid) (ABTS) method. Compared to other species at a concentration of 250 µg/mL, S. vastus, S. quadrifasciatus, H. lessoni and H. leucospilota showed the strongest scavenging activity. While B. marmorata was classified as a very weak scavenging activity. It can be concluded that S. vastus, S. quadrifasciatus, H. lessoni H. leucospilota, and H. lessoni are important sea cucumbers from tropical waters as a source of natural antioxidant agents in the future.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teripang merupakan salah satu biota yang dapat dijadikan sebagai sumber senyawa bioaktif dari laut. Senyawa tersebut memiliki efek biologi seperti anti kanker, jamur, hemolisis dan aktivitas kekebalan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga tingkat toksisitas ekstrak empat jenis teripang yaitu Actinopyga miliaris, Holothuria leucospilota, Bohadschia argus, dan Bohadschia marmorata dari Pulau Penjaliran Timur Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Brine Shrimp Lethalty Test (BSLT). BSLT merupakan salah satu metode awal untuk menduga tingkat toksisitas suatu substansi bahan alam dengan menggunakan larva udang Artemia salina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat jenis teripang tersebut bersifat aktif terhadap uji BSLT yang ditandai dengan nilai LC50 kurang dari 1000 µg/ml. Keaktifan tertinggi diperoleh jenis B. argus dengan nilai LC50 sebesar 69,254 µg/ml. Uji BSLT fraksi crude extract jenis H. leucospilota menunjukkan bahwa fraksi air memiliki keaktifan tertinggi dengan nilai LC50 sebesar 50,968 µg/ml.
620 JITK 3:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kyra Bestari Wicaksono
Abstrak :
Penelitian mengenai mikroplastik pada teripang Holothuria leucospilota Brandt, 1835 , air, dan sedimen di Pulau Rambut, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis mikroplastik pada teripang, mengetahui korelasi antara jumlah mikroplastik pada organ respirasi, saluran pencernaan, sedimen yang dikonsumsi teripang, air, dan sedimen. Sampel teripang, air, dan sedimen diambil dari 3 stasiun berbeda, yaitu pada wilayah barat, timur, dan selatan Pulau Rambut. Analisis jumlah mikroplastik dilakukan dengan cara mengisolasi mikroplastik pada setiap sampel. Isolasi pada sampel teripang dilakukan dengan melarutkan organ respirasi dan saluran pencernaan di dalam larutan HNO3, sementara sampel air, sedimen, dan sedimen yang dikonsumsi dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan ukuran dan massa jenis dengan perendaman dalam larutan NaCl jenuh. Berdasarkan hasil yang diperoleh, organ respirasi mengandung jumlah film tertinggi dibandingkan organ lainnya, yaitu 4,7 partikel/g. Fiber dominan pada saluran pencernaan dan sedimen didalamnya, yaitu 2,34 dan 1,4 partikel/g secara berturut-turut. Rata-rata jumlah mikroplastik di air dan sedimen yaitu, 21,5 partikel/L air laut dan 15.420 partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik jenis film dominan pada sampel air, sedangkan fragmen dominan pada sedimen. Terdapat korelasi antara jumlah mikroplastik pada organ respirasi dengan air; sedimen dengan sedimen yang dikonsumsi; fiber, film, dan granula pada sedimen yang dikonsumsi dengan saluran pencernaan. ...... The research on microplastic in the Sea Cucumber Holothuria leucospilota Brandt, 1835 , Water, and Sediment at Rambut Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta aims to determine the amount and types of microplastic in sea cucumbers, the correlation of microplastic amount in the sea cucumber rsquo s respiratory organ, intestine, sediment consumed by the sea cucumber, water, and sediment. Microplastic polymeres were also identified. Samples of sea cucumbers, water, and sediments were collected from 3 different stations, which were the west, east, and south region of Rambut Island. The analysis of microplastic amount and types was done by isolating microplastics in each sample. The sea cucumber rsquo s respiratory organ and intestine was dissolved in HNO3, whereas separation by size and density by immersion in saturated NaCl solution was performed on the consumed sediment, water, and sediment samples. The respiratory organ contained the most amount of film, i.e. 4,7 particles g. Fiber were dominant in the intestine and the consumed sediment, i.e. 2,34 and 1,4 particles g respectively. The average amount of microplastic in water and sediment samples were 21,5 particles L sea water and 15.420 particles kg dry sediment. Film was dominant in water, while fragment was dominant in sediment. There was a correlation between the amount of microplastic in the respiratory organ and water sediment and consumed sediment fiber, film, and granule in the consumed sediment and intestine.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>