Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winda Dwi Kartika
Abstrak :

Abstract
This research described the morphometric variations between males and females of the mud lobster Thalassina anomala (Herbst 1804). We collected 20 individuals (10 males and 10 females) and measured the morphometrics parameter of Decapods. The average of total length of males and females were measure 225.09 ± 27.04 mm and 210.58 ± 47.46 mm respectively. The average of total weight of males was about 160.1 ± 39.41 g and females was about 153.1 ± 58.82 g. The propodus height (PH) of male?s cheliped averaged 21.35 ± 7.70 mm (right), 21.9 ± 6.07 mm (left) and for major propodus length (PLa) was about 66.06 ± 14.18 mm (right), 68.63 ± 12.42 mm (left), while for minor propodus length (PLb) was 48.00 ± 11.13 mm (right) and 49.61 ± 9.93 mm (left). The females showed that the mean of PH was 23.92 ± 8.35 mm (right), 18.72 ± 4.00 mm (left) and for PLa was 66.14 ± 19.42 mm (right), 64.06 ± 17.42 mm (left), and than for PLb was 49.41 ± 16.52 mm (right), 44.79 ± 12.64 mm (left). However, there was no morphometrics difference between males and females. Meanwhile the research found that males have monomorphic and dimorphic cheliped, while females were found only have dimorphic ones.
2012
T31837
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Nugroho Budi Susilo
Abstrak :
Provinsi Kepulauan Riau memiliki sumberdaya pesisir dan laut melimpah dengan indeks ekonomi biru tertinggi di Indonesia. Pulau Setunak merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau dengan mata pencaharian masyarakat adalah nelayan. Ketergantungan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, dengan mekanisme penangkapan ikan konvensional dan intensifikasi cuaca buruk membuat proses pemenuhan penghidupan menjadi rentan secara ekonomi yang membuat semakin terjebak dalam kemiskinan. Disisi lain, keberadaan ekosistem mangrove di sekitar mereka belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan: (1) menilai faktor fisik-kimiawi lingkungan, distribusi mangrove, kelimpahan Kepiting Bakau; (2) menganalisis hubungan faktor fisik-kimiawi lingkungan terhadap distribusi mangrove dan kelimpahan Kepiting Bakau; (3) mengukur persepsi masyarakat terhadap budidaya Kepiting Bakau di ekosistem mangrove; dan (4) mengembangkan konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan pada media wanamina. Dengan metode Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correcpondence Analysis dan Social Return on Invesment (SROI), penelitian ini diharapkan mampu membangun konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan. Hasil pengolahan data didapatkan keragaman mangrove sesuai tingkat pertumbuhannya yaitu 11 spesies tingkat pohon, 14 tingkat anakan dan 8 spesies tingkat anakan yang terlingkup kedalam 8 spesies mangrove sejati dan 6 spesies mangrove asosiasi, serta spesies Rizhopora apiculata memiliki kerapatan tertinggi. Stasiun 2 merupakan titik paling ideal terhadap kehidupan KepitingBakau terkait distribusi mangrove maupun faktor fisik-kimiawi lingkungan. Tingkat persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove di Pulau Setunak dominan netral, sehingga perlu dilakukan intervensi terhadap persepsi tersebut. Melalui program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan konsep pentahelix antar pemangku kepentingan dan analisis simulasi SROI (yaitu membandingkan input atau investasi terhadap outcome program) Konsep Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) Berkelanjutan pada Media Wanamina didapatkan indeks 1,65 yang berarti untuk investsi Rp. 1,- akan menghasilkan outcome Rp. 1,65,- yang artinya program tersebut layak untuk diimplementasikan. ......The Riau Islands Province has abundant coastal and marine resources with the highest blue economy index in Indonesia. Setunak Island is part of the Riau Islands Province, where the livelihood of the community is fishing. Dependence on coastal and marine resources, coupled with conventional fishing mechanisms and intensified bad weather, makes the livelihood process economically vulnerable, leading to further entrapment in poverty. At the same time, the presence of mangrove ecosystems around them has not been optimally utilized. This study aims to: (1) assess the physical-chemical environmental factors, mangrove distribution, and Mud Crab abundance; (2) analyze the relationship between physicalchemical environmental factors and mangrove distribution and mangrove crab abundance; (3) measure community perceptions of mangrove crab cultivation in mangrove ecosystems; and (4) develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Using Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correspondence Analysis, and Social Return on Investment (SROI) methods, this study is expected to develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Data processing results in the diversity of mangroves according to their growth levels, namely 11 species of tree level, 14 saplings level, and 8 species of seedling level, encompassing 8 true mangrove species and 6 associate mangrove species, with Rizhopora apiculata having the highest density. Station 2 is the most ideal point for Mud Crab life regarding mangrove distribution and physical-chemical environmental factors. The level of community perception of mangrove ecosystems on Setunak Island is predominantly neutral, so interventionis needed to address this perception. Through community empowerment programs with a pentahelix concept approach between stakeholders and SROI simulation analysis (comparing input or investment to program outcomes), The Sustainable Mud Crab (Scylla serrata) Cultivation Concept using Silvofishery Method obtained an index of 1.65, meaning that for an investment of IDR 1, it will produce an outcome of IDR 1.65, which means that the program is feasible for implementation.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kepiting bakau merupakan salah satu dari 12 produk perikanan unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Produksi kepiting bakau semakin meningkat setiap tahunnya, namun sumbangan dari sektor budidaya terhadap produksi perikanan kepiting bakau sangat kecil dan hanya mengandalkan benih dari alam. Hal tersebut menimbulkan tekanan yang semakin tinggi terhadap populasi kepiting bakau di berbagai daerah di Indonesia. Budaya kepiting bakau yang menggunakan benih dari hatchery merupakan salah satu solusi untuk mengurangi penangkapan kepiting bakau dari alam. Berhubung dengan itu, penelitian terhadap berbagai aspek pembesaran benih yang berasal dari hatchery perlu dilakukan, misalnya transportasi benih kepiting dari laboratorium ke tambak dan pembesaran benih di tambak. Benih kepiting (krablet) yang berasal dari hatchery di Pusat penelitian Oseanografi LIPI jakarta diangkut ke tambak di Probolinggo dalam kantong plastik. Di tambak krablet ditebar dalam kantong jaring dasar berukuran 10 m x 10 m dengan kepadatan 170 krablet/100m. Penelitian dilakukan selama 97 hari dari bulan september – desember 2013 di tambak Desa Curah Sawo, Probolinggo. Hasil menunjukkan bahwa teknik transportasi krablet selama 19 jam yang digunakan memberikan kelangsungan hidup sangat baik (97,6%). Krablet asal laboratorium masuk dalam kategori benih dengan kualitas baik dan dapat dibesarkan di tambak dengan tingkat kelangsungan hidup 48,79% dalam waktu pemeliharaan 97 hari, dengan laju pertumbuhan lebar karapas harian 6,21% pada kisaran suhu 28-30 C dan salinitas 17±4,7 ppt. Keramba jaring dasar merupakan sarana pembesaran krablet yang baik untuk mendukung kelangsungan hidup yang cukup tinggi.
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titing Pudiawati
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas kepiting dan potensi kepiting bakau Scylla oceanica di ekosistem mangrove Kecamatan Panimbang, Banten, bertujuan untuk mengetahui stuktur komunitas kepiting dan potensikepiting bakauserta mengetahui indeks persepsi masyarakatyang tinggal di sekitar hutan mangrove. Pengambilan sampel vegetasi mangrove menggunakan metode Line Transect Plot,dan untuk sampel kepiting dilakukan dengan metoda transek pada tiga stasiun pengamatan. Setiap stasiun dibuat tiga plot dengan tiga kali ulangan. Hasil yang diperoleh ditemukan 6 jenis mangrove yaituAvicennia alba, Bruguiera sp, Excoecaria agollocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora apiculata, dan Sonneratia alba serta4 suku kepiting dengan 14 jenis dari 354 kepiting, yaitu sukuGrapsidae, Sesarmidae, Ocypodidae, dan Dotillidae. Rata-rata kepadatan kepiting 36 ind/m2 - 43 ind/m2, indeks keanekaragaman 1,86-2,01, indeks keseragaman 0,706 - 0,763, indeks dominansi 0,142 - 0,166, dan pola distribusi mengelompok Id = 1,282-1,494 . Indeks kesamaan antara stasiun 1, 2, dan 3, hampir sama 78,01 - 85,96 . . Rata-rata kepadatan kepiting bakau Scylla oceanica yaitu 19,1ekor/100 m2. Berat kepiting bakau betina berkisar 95 ndash; 495 g dan kepiting jantan berkisar 100 ndash; 420 g. Lebar karapaks kepiting bakau betina 6,8 ndash; 14,5 cm dan kepiting bakau jantan 7,1 ndash; 13,5 cm. Pola pertumbuhan kepiting bakau jantan dan betina menunjukkan tipe allometrik negatif, dengan pola distribusi mengelompok Id = 1,5176 . Indeks persepsi masyarakat tentang potensi kepiting bakau di Panimbang, Banten tergolong baik 78 . Potensi hasil tangkapan kepiting bakau per bulan sebesar 2.820 ndash; 4.440 kg dan pendapatan penduduk dari sektor ini berkisar Rp169.200.000,00- sampai Rp266.400,00,- per-bulan.
ABSTRACT
A research has been conducted regarding the structural type of the crab community and the potential of the mangrove crab Scylla oceanica at mangrove ecosystem station Panimbang sub district, Banten. The objective of the research is to understand the structure of the crab community and the potential of the mangrove crab and to discover the perception index of communities living around the mangrove forest. Sampling of the local mangrove vegetation uses Line Transect Plot and the crabs is using the transect method at the three observation station. Three plots at each location was observed and executed three times. The result was as follows 6 types of mangrove which areAvicennia alba, Bruguiera sp, Excoecaria agollocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora apiculata, and Sonneratia alba including 4 family of crabs from 14 species from the 354 crabs caught, which are family of Grapsidae, Sesarmidae, Ocypodidae, and Dotillidae. The population density of being 36 ind m2 43 ind m2, the diversity index of crabs is 1,86 ndash 2,01, the uniformity index of mangrove crabs is 0,706 0,763, dominancy index around 0,142 ndash 0,166, and the distribution pattern of grouping crabs Id 1,282 ndash 1,494 . Uniformity index between station 1, 2 and 3 are almost similar 78,01 85,96 . Population density of mangrove crabs Scylla oceanica are19,1 ind 100 m2. The average weight of female mangrove crabs caught were around 95 495 g, the average weight of male crabs being at 100 420 g. Diameter of carapace of the female crabs are around 6,8 ndash 14,5 cm and the average carapace diameter of male crabs were found at 7,1 ndash 13,5 cm. The growth pattern of male and female mangrove crabs is the negative aloometric type, with a grouping distribution value Id 1,5176 . The community perception index regarding the potential of the mangrove crabs at Panimbang sub district, Banten is considered good 78 . The potential catch mud crabs per month of 2.820 4.440 kg and incomes of population in this sector ranges Rp169.200.000,00 until Rp266.400.000,00 per month.
2016
T46902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balcer, Mary D.
Wisconsin: The University of Wisconsin Press, 1984
595.3 BAL z (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library