Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rama Dhiny Susilo
"Istilah crossdressing atau yang lebih dikenal dengan transvestisme (banci) adalah sebuah fenomena sosial yang dapat ditemui di seluruh penjuru dunia. Walaupun penyebabnya bisa bermacam-macam, transvestisme biasanya hanya didefinisikan sebagai sarana untuk memberikan kepuasan seksual. Tulisan ini dibuat untuk memberikan alasan yang lebih spesifik atas pertanyaan mengapa seseorang menjadi banci dengan merujuk pada sebuah karakter banci bernama Sloviak dalam novel Wonder Boys dan dengan menggunakan teori anima yang dikemukakan oleh Jung Carl. Teori ini akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana fenomena transvestisme dapat terjadi. Dengan begitu, tulisan ini akan memberikan pencerahan tentang bagaimana sebenarnya terjadinya transvestisme dan bagaimana andil masyarakat dalam hal ini. Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa transvestisme disebabkan oleh represi yang diciptakan masyarakat sekitar pada sisi feminin seorang lelaki.

The term crossdressing or what is well-known as transvestism is a social phenomenon happens in all over the world. Even though the causes can be vary, transvestism often defined merely as a mean to seek sexual pleasure. This paper aims to give a more specific reason of why men do crossdressing by referring to a transvestite character named Miss Sloviak in novel Wonder Boys and by using Carl’s Jung anima theory. The theory is used to explain how transvestism is possible to happen. This way, the paper will shed light on how is actually transvestism occurs and how society has contribution in making it possible. This paper concludes that transvestism is caused by the nature of human soul that the femininity inside every man might be expressed excessively through transvestism if it is being repressed by the society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhalisah
"Dalam diskusi mengenai gender, terdapat perbedaan konsep di masyarakat dari berbagai penjuru dunia. Sebagian memaknai gender sebagai hal yang tetap, laki-laki dengan maskulin dan perempuan dengan feminin. Sedangkan Judith Butler mendefinisikan gender sebagai suatu tindakan oleh seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga gender tersebut terbentuk, atau gender itu adalah performatif. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performativitas gender yang dilakukan oleh tokoh utama Makoto Hanaoka dalam anime Senpai wa Otokonoko. Dengan menggunakan teori performativitas gender oleh Butler, penelitian ini menganalisis bagaimana Makoto memainkan peran feminin dan maskulin sehingga membentuk identitas gendernya. Metode yang digunakan yaitu analisis sinematografi, yang tidak hanya berfokus pada teknik shot, tetapi juga memperhatikan elemen visual lainnya dan analisis teks juga berfungsi untuk mendukung proses analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Makoto menampilkan performativitas gender yang dinamis melalui ucapan serta tindakan-tindakannya. Makoto lebih cenderung menampilkan performa gender ke arah aspek feminin yang membuat dia akhirnya menemukan identitas dirinya dan memberikan pemahaman yang subversif terhadap konstruksi gender, yaitu bahwa mengekspresikan gender yang tidak sesuai dengan stereotip gender yang berlaku di masyarakat itu tidak apa-apa.

In the discussions about gender, there are different concepts in societies from all over the world. Some interpret gender as a fixed thing, men with masculine and women with feminine. Meanwhile, Judith Butler defines gender as an action by someone that is done repeatedly so that gender is formed, or gender is performative. Thus, this study aims to examine the gender performativity performed by the main character Makoto Hanaoka in the anime Senpai wa Otokonoko. Using Butler's theory of gender performativity, this research analyzes how Makoto plays feminine and masculine roles to form his gender identity. The method used is cinematographic analysis, which not only focuses on shot techniques, but also pays attention to other visual elements and text analysis also serves to support the analysis process. The findings indicate that Makoto displays dynamic gender performativity through his words and actions. Makoto is more likely to display gender performance towards the feminine aspect that makes him finally find his identity and provide a subversive understanding of gender construction, namely that it is okay to express gender that does not match the gender stereotypes prevailing in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library