Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desei Sulistiowati
"Matrik transisi menjelaskan pergerakan dari satu kolektibilitas ke kategori kolektibilitas lainnya selama 1 (satu) periode. Dengan pendekatan waktu descrete dan continue, diketahui kredit performing loan dengan kolektibilitas Lancar diestimasi lebih besar untuk berada pada kolektibilitas sama dibandingkan jika downgrade, sedangkan kredit dengan kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus cenderung untuk upgrade. Kredit non performing loan diprediksi tertinggi untuk downgrade ke kolektibilitas Macet, dan kredit yang telah Macet diestimasi akan tetap. Kredit dengan kolektibilitas Diragukan atau Macet dimungkinkan transisi maksimal menjadi Kurang Lancar jika dilakukan restrukturisasi. Perpindahan dari performing loan ke non performing loan diprediksi lebih rendah daripada sebaliknya. Perbedaan antar matriks transisi metode Cohort dengan masing-masing dari kedua metode continuous adalah signifikan. Sedangkan perbedaan antara 2 (dua) matriks metode continuous mendekati nol sehingga perbedaan antar matriks dianggap sama. Penerapan analisa dan metode yang sama pada kredit modal kerja yang memiliki pangsa kredit 52% dari total kredit perbankan, juga menunjukkan hasil yang sejalan.

Transition matrice explains credit movement from one collectibility to other collectibility within one period. The estimation on collectibility explains that performing loan credit with pass collectibility has the most significant score at the same place than it is downgraded, but credit with special mention collectibility has the highest score if it is upgraded. The non performing loan credit has the highest score to downgrade until loss, while credit in loss collectibility will remain steady. Credit with either loss or doubtful collectibility might move to a maximum transition to become substandard collectibility, provided that the credit was restructured. The transition of a performing loan credit to a non performing loan estimated lower than the movement of a non performing loan credit to a performing loan credit. When comparing transition matrices, there are significant differences among transition matrices, using Cohort method and continuous method. On the other hand, comparison between two matrices using continuous method almost reaches zero and therefore can be considered unchanged. Implementation of the same analysis and methods in capital working credit which has 52% contribution of all banking credit, also indicates the same result with the analysis and methods to overall credit."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27170
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Nurtjahja
"ABSTRAK
Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia memiliki keterkaitan erat denan kondisi
perbankan di Indonesia. Di satu pihak, krisis tersebut menyebabkan bank-bank di Indonesia
bertumbangan, dimana penyebabkanya adalah adanya mismatch antara aktiva dan kewajiban
yang dimiliki oleh bank-bank tersebut. Di lain pihak, pemulihan ekonomi Indonesia pasca
krisis juga berjalan lambat, dimana salah satu penyebabnya adalah sudah terlalu rusaknya
sistem perbankan di Indonesia.
Belajar dari pengalaman tersebut, bank-bank di Indonesia perlu menerapkan sebuah
sistem yang dapat menjamin adanya prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usahanya,
dalam hal ini dalam memberikan pinjaman kepada nasabahnya. Praktek-praktek masa lalu
dimana pinjaman diberikan atas dasar hubungan baik dengan pemilik (kolusi, korupsi dan
nepotisme) tidak dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.
Metode Matriks Kredit adalah suatu metode yang bertujuan untuk memberikan
gambaran obyektif terhadap kondisi portfolio kredit yang dimiliki oleh sebuah bank,
sehingga metode matriks kredit tersebut dapat memberikan peringatan dini kepada bank
mengenai gejala-gejala yang dapat membahayakan portfolio kreditnya. Metode ini lebih
bersifat kualitatif, sehingga diharapkan dapat mengurangi subyektifltas dan loan officer ataupun
Pemilik bank yang bersangkutan
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Trihantana
"Hadirnya sebuah bank syariah yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan berbagai layanan perbankan yang cepat, tepat, akurat dan efisien merupakan cita-cita dan keharusan yang harus diwujudkan oleh setiap bank syariah. Perbankan syariah sebagai suatu sistem yang dibangun dengan semangat alternatif, diharapkan dapat "berbeda" dengan perbankan yang telah ada, baik dari segi layanan maupun produk yang ditawarkan. Transaksi Letter of Credit (L/C) sebagai salah satu produk perbankan masa kini, diharapkan dapat dikembangkan pada bank syariah sebagai langkah awal dari terciptanya bank syariah yang berskala intemasional.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan transaksi Letter of Credit (L/C) ekspor di Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah terbitnya fatwa DSN MUI No. 35 tentang Letter of Credit (L/C) Ekspor dengan pertimbangan bahwa transaksi ini memiliki data yang lengkap pada dua periode yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transaksi Letter of Credit (L/C) ekspor di Bank Muamalat Indonesia sesudah terbitnya fatwa DSN MUI No. 35 adalah tidak lebih baik dibandingkan dengan sebelum terbitnya fatwa.
Beberapa faktor diduga dapat menjadi penyebab rendahnya transaksi Letter of Credit (L/C) ekspor di Bank Muamalat Indonesia seperti, pemanfaatan akad-akad dalam fatwa No. 35 yang belum maksimal, penggunaan teknologi informasi yang belum optimal dan jumlah bank koresponden yang masih terbatas.
Penelitian inipun memberikan beberapa masukan kepada Bank Muamalat, Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia dalam upaya peningkatan transaksi L/C di bank syariah.

The existence of a syariah bank that able to meet community demand for fast, proper, accurate and efficient banking service has become to objective and goal that must be realized by every syariah bank. Syariah banking as a system that established under alternative spirit, is expected would be "different" to existing banking, either the services or products offered. Letter of Credit (L/C) transaction as one of current banking products, is expected can be improved with syariah bank as an initial step of the creation of an international scale syariah bank.
This research is aimed to view the development of Export Letter of Credit (L/C) transaction with Bank Muamalat Indonesia before and after the issuance of fatwa DSN MUI No. 35 about Export Letter of Credit (L/C) with a consideration that this transaction has complete data in two different periods.
The research findings indicated that Export Letter of Credit (L/C) transaction at Bank Muamalat Indonesia after the issuance of fatwa DSN MUI No. 35 is not better compared to before the issuance of fatwa on Export Letter of Credit (L/C) transaction at Bank Muamalat Indonesia.
Some factors that suspected triggered such low Export Letter of Credit (L/C) transaction at Bank Muamalat Indonesia such as, non-maximum application of akad-akad in fatwa No. 35, non-optimum utilization of information technology and limited number of correspondence banks.
This research also provides feedback to Bank Muamalat Indonesia, MUI National Syariah Council (DSN MUI) and Bank Indonesia in the effort to improve Letter of Credit (L/C) transaction with syariah bank.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Gaffar
"Kepailitan diharapkan menjadi upaya terakhir penyelesaian masalah utang-piutang yang dapat dilaksanakan dengan mudah, cepat dan efektif. Untuk itu Undang-Undang Kepailitan menggunakan lembaga lelang sebagai alternatif utama untuk penjualan (eksekusi) harta pailit. Di samping itu jika lelang tidak tercapai dimungkinkan dilakukan penjualan di bawah tangan oleh Kurator dengan izin Hakim Pengawas. Meskipun pada dasarnya lelang mempunyai asas-asas yang sangat tepat sebagai sarana penjualan harta pailit, tetapi dalam pelaksanaannya ternyata tidak selalu demikian. sehingga menimbulkan tambahan biaya yang akan membebani harta pailit. Jadi sering terjadi sudah beberapa kali dilelang, harta pailit, tidak terjual. Dalam hal jika sudah dilakukan lelang, tidak terjual juga, maka Undang-Undang Kepailitan memberikan alternatif penyelesaian dengan cara penjualan di bawah tangan, yang harus dengan izin Hakim Pengawas. Undang-Undang Kepailitan sendiri tidak memberikan kriteria apa dan bagaimana yang dimaksud dengan penjualan di bawah tangan. Sehingga dalam prakteknya, Kurator mencari jalan keluar sendiri, yang mana agar bisa diterima oleh Hakim Pengawas dengan tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang ada. Yang dilakukan oleh Kurator untuk melakukan penjualan di bawah tangan didahului dengan melakukan penilaian atas harta pailit yang dilakukan oleh Penilai Independen, meminta persetujuan para Kreditor, sehingga akan didapat harga yang wajar.

Bankruptcy becomes significant problem in Indonesia as the monetary and economic crisis in 2008. Bankruptcy is expected to be a last resort debt-settlement issues that can be implemented easily, quickly and effectively. For that use the Bankruptcy Act as the main alternative auction institutions for bankruptcy asset sales. Besides, if the auction is not possible to be achieved unofficial public auction (direct sale) with the permission of the Supervisory Judge. Although basically the auction has principles that is appropriate as a means of bankruptcy asset sales, but its execution was not always so. Often there is an auction sale of the assets of bankrupt (bankruptcy assets execution) does not occur because there are no bids, or bidders only one person, resulting in additional costs which will burden the bankruptcy assets. This happens because the auction is not fully understood by society and the lack of dissemination of information about the auction. In case if you've done an auction, not sold as well, so by the Bankruptcy Act provide alternative solutions by way of sale unofficial public auction (direct sale) to the assets of bankrupt, which should be with the permission of the Supervisory Judge. Bankruptcy Act itself does not provide criteria for how and what is meant by the sale under the counter. Thus, in practice, the curator looking for a way out themselves, which in order to be accepted by the Supervisory Judge rules to not infringe existing legislation. Conducted by the curator to make direct sale preceded by conducting assessments of the bankruptcy assets conducted by the Independent Appraiser, requested approval of its creditors, which will get a fair price."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27421
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti
"Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka (11) dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam penyaluran kredit, bank dapat bekerjasama dengan lembaga/perusahaan lain. Pada prakteknya, penyaluran kredit berdasarkan pola kerjasama dibedakan menjadi dua yaitu channeling dan executing. Pada pola channeling, kredit diberikan kepada debitur melalui lembaga/perusahaan lain (agen). Fungsi agen dalam pola channeling ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama. Dalam hal ini agen bertindak dalam kapasitasnya berdasarkan kuasa untuk dan atas nama bank/kreditur. Berbeda dengan channeling, dalam executing debitur adalah agen tersebut langsung. Hubungan hukum antara agen dengan nasabahnya (end user) adalah hubungan hukum yang terpisah dengan hubungan hukum antara bank dengan agen. Dapat disimpulkan bahwa aspek hukum yang sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan kredit dengan pola kerjasama adalah mengenai kedudukan hukum, hubungan hukum, serta hak dan kewajiban para pihak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang dikenal juga dengan istilah penelitian kepustakaan. Data yang didapat akan dianalisa sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan kemudian akan dikaitkan dengan kaidah-kaidah yang ada dalam konsep kerjasama penyaluran kredit dengan pola channeling, sehingga diharapkan dapat memberikan suatu analisis logis.

Credit is the provision of money or bills are similar based on the approval or lending agreement between bank with other parties that require the borrower to repay the debt after a certain period with the provision of interest, as defined in Article 1 point (11) of Law Number 10 Year 1998 regarding Amendment of Law Number 7 Year 1992 on Banking. In credit distribution, banks could cooperate with other agency/company. In practice, credit distribution based on the pattern of cooperation is divided into channeling and executing. In channeling patterns, credit given to debtor through the institution/other companie (agent). The function of channeling agent is established in the Cooperation Agreement. In this case the agent acting in his capacity based on the authorization for and on behalf of the bank/creditor. In contrast to the channeling, in executing pattern the agent is debtor. Legal relation between the agency and its customers (end users) is a separate legal relation with the legal relation between bank and the agent. It can be concluded that legal aspects which is very important and fundamental in the implementation of credit with the pattern of cooperation is legal positions, legal relations, and the rights and obligations of the parties. This study uses normative research methods also known as library research. All data will be analyzed in accordance with the applicable law and then be linked with the existing rules within the concept of cooperation of credit distribution with channeling patterns, which is expected to provide a logical analysis."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27403
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trio Dewantoro
"Peranan bank dalam perekonomian semakin menjadi penting
terutama dalam mempengaruhi investasi. Namun demikian investasi tersebut tidak terlepas dari adanya risiko yang pada akhirnya akan dirasakan bank sebagai kredit bermasalah. Untuk mengetahui lebih jauh pengaruh kredit bermasalah terhadap bank penulis mencoba mengangkat topik ini dalam bentk skripsi. Pembahasan topik tidak terlepas dari study kepustakaan Literatur dan Peraturan-peraturan relevan, dan riset lapangan pada bank X.
Manfaat yang didapat dari penulisan ini terutama menyangkut
perlakuan akuntansi, internal control, kolektabilitas, dan pemecahan masalah atas kredit macet. Perlakuan akuntansi yang diterima umum menjadi pedoman dalam penyusunan Laporan Keuangan. Internal Control selama proses kredit dan pemecahan masalah atas kredit macet berguna untuk bank. Kolektabilitas kredit membantu investor dalam menilai potensi laba suatu bank. Kesimpulan yang bisa ditarik dari karya ilmiah ini menyangkut significan event sebagai tolok ukur pencadangan. Ini berarti kolektabilitas dipengaruhi oleh waktu tunggakan pengembalian kredit dan kondisi keuangangan debitur. Dari sisi audit! Kondisi tersebut mempengaruhi going concern bank sehinggga jika material dapat mempengaruhi opini. Opini yang kurang baik dari auditor justru bisa menyebabkan bankruptcy sebuah bank oleh karena itu perlu ada penanganan kredit bermasalah. Pembentukan sebuah wadah yang bertugas menyelesaikan kredit macet mampu mengurangi biaya waktu dan tenaga banker. Satu hal yang sangat penting bank harus menemukan titik optimal antara investasi dan dana.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto Sutojo
Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2000
332.7 SIS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Prabowo
"Tantangan yang sering dihadapi pada pemberian kredit tanpa agunan untuk usaha kecil adalah penyeleksian calon debitur, di mana usaha kecil umumnya belum memiliki laporan keuangan seperti halnya perusahaan yang sudah berskala besar. Hal ini juga dialami oleh salah satu bank swasta asing terbesar untuk usaha kecil di Indonesia yang memiliki jumlah kredit macet yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, sehingga perlu dievaluasi penyebab kegagalan produk agar dapat diperbaiki ke depannya. Pada penelitian ini dilakukan analisis kegagalan kredit tanpa agunan untuk usaha kecil dilihat dari segi requirement spesifikasi calon debitur, seleksi calon debitur, dan penagihan. Metode TOPSIS digunakan untuk membandingkan hasil akhir seleksi berdasarkan variabel¬variabel yang dirasa penting bagi bank dalam penyeleksian calon debiturnya.

The challenge often faced in providing unsecured loans for small business is the selection of borrowers, in which small businesses generally do not have financial statements as companies that have a large scale and well established. This case has also been experienced by one of the largest multinational private bank in Indonesia which had a number of bad loans that was a much higher compared to the industry's average. Therefore, this research wanted to evaluate the cause of the failure of the business installment product so that can be improved in the future. In this research, failure analysis of unsecured loan for small businesses will be discussed in terms of specification requirements of borrowers, the selection of borrowers, and billing. TOPSIS method is used to compare the end result of selection based on variables that are important for banks in the selection of borrowers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S836
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Ramlan, 1956-
"Letter of Credit (LC) yang merupakan primadonna dalam pembayaran transaksi ekspor-impor Indonesia ternyata terhadap pelaksanaannya adakalanya menimbulkan perbedaan pendapat di antara para pihak terkait. Perbedaan pendapat timbul karena di Indonesia belum terdapat keseragaman pemahaman masalah-masalah L/C. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang merupakan dasar hukum LC di Indonesia tidak dapat dijadikan pedoman pelaksanaan L/C karena Peraturan Pemerintah tersebut tidak memuat aturan rinci mengenai L/C. Demikian juga peraturan Bank Indonesia yang berfungsi sebagai peraturan pelaksanaan atas Peraturan Pemerintah dimaksud belum mengatur rinci L/C.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan pokok dan kegunaan utama penelitian adalah sebagai berikut:
a. Meneliti bagaimana hubungan antara UCP dan hukum nasional dalam pelaksanaan L/C.
b. Meneliti bagaimana kedudukan L/C terhadap kontrak dasarnya.
c. Meneliti bagaimana keberadaan L/C sebagai kontrak baku.
d. Meneliti bagaimana terciptanya L/C sebagai kontrak internasional.
e. Meneliti kapan L/C sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan.
f. Meneliti bagaimana fungsi L/C sebagai alat penjamin.
g. Meneliti bagaimana keterkaitan antara L/C yang berlaku internasional dan L/C yang berlaku nasional.
h. Meneliti bagaimana dampak ketiadaan ketentuan pilihan hukum dalam UCP terhadap penyelesaian kasus-kasus L/C.
i. Meneliti bagaimana peranan L/C dalam meningkatkan ekspor.
j. Hasil penelitian diharapkan dapat merupakan: (a) masukan bagi para pelaku L/C, para abdi hukum, para ahli, para akademisi, instansi pemerintah dan lembaga swasta yang mempunyai kepentingan dalam transaksi L/C khususnya segi-segi hukumnya, (b) masukan bagi Bank Indonesia atau instansi Iainnya jika ingin merumuskan hukum L/C yang rinci sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982, dan (c) pelengkap terhadap kepustakaan L/C yang masih relatif terbatas ditulis oleh putra-putra Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
D661
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ahmad Yani
Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Anak Bangsa (LP2AB), 2024
346.082 MAS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>