Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Easter Borny uliarta
"The research is aimed at finding out the love relation between Indonesian homosexuals with their foreign couples in Yogyakarta. Besides, the research is also conducted to seek some information on how love penetration among them transferred. Finally it is also purposed to dig out some factors that trigger the love relation.
The research applied social penetration theory (Altman and Taylor, 1973). The theory is consisted of development phase's happened in homosexual's love relation, orientation to affective explorative, affective explorative to exchange of affective, exchange of affective to an already stable exchange of affective.
There are some obstacles faced by homosexual?s couple in orientation phase. One of them is that they have to confront the act of prejudice from Indonesia society toward them. Thus, the society in which they live can not tolerate and support the homosexual manner. It makes them difficult to get a long each other in a public.
Love relation among homosexual starts in affective explorative and affective phases. In these two phases homosexual couple starts to express their feeling by sharing some certain selective topics. They tried to focus on higher level on intimacy (Budyatna, 1993). They are resembled to heterosexual couple in this phase.
In subsequent phase, a stable exchange of affective, the couples concentrate on the openness of mind, supportive each other in loneliness and emptiness. The equal and positive feelings are followed by the highest level o intimacy. In this phase, homosexual couples decide to live together and share thee room apartment. Even, they decide to get married.
Self disclosure is the most difficult phase for homosexual couples. Telling other or proclaiming their identity are done in a secret and personal way. Self disclosure is the most crucial phase for homosexual couple to build a more intimate relation (Taylor and Peplau 1997).
Finally, the research is somehow a qualitative one in which the approach is focused on the individual back ground of homosexual by using symbolic interaction perspective. The data are descriptive, gathered from close observations and depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T 9164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fauzi
"Homoseksual lesbi hidup di Indonesia sebagai sebuah subkultur. Sebagai seorang manusia biasa tentunya seorang lesbian juga memiliki lingkungan sosial yang terdiri dari pranata-pranata seperti pranata pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Namun tidak pada semua pranata ini tentunya mereka mampu menjadi diri sendiri, karena adanya sanksi sosial dari masyarakat sekitar ketika memiliki identitas sosial yang berbeda dari kebanyakan masyarakat. Untuk itu, mereka hanya mengaktifkan identitas sosial mereka sebagai seorang lesbian hanya pada pranata-pranata tertentu. Pengaktifan identitas ini kemudian menjadi sebuah landasan bagaimana sebuah subkultur berbatasan.
Heteronormativitas sebagai sebuah konsep yang awalnya hadir pada relasi manusia heteroseksual ternyata juga hadir pada relasi homoseksual lesbi di Indonesia. Konsep yang lahir dari heteroseksual ini mengedepankan perbedaan, baik dari ciri fisik maupun peran di dalam hubungan hingga kepada karakter dari individu ketika menjalankan hubungan. Homoseksual lesbi kemudian tergolong ke dalam dua kategori, penganut heteronormativitas dan bukan penganut heteronormativitas. Pasalnya tidak semua lesbian kemudian menganut heteronormativitas, melainkan ada pula mereka yang lebih mementingkan kenyamanan dalam relasi berpasangan

Lesbian (a female homosexual) lives in Indonesia as a subculture. As a mere human being, a lesbian also lives in social environment that consist of institutions such as education institution, occupation, etc. However, they’re not and/or can’t become themselves in all institutions, because there are norms and social sanctions from the society who embraces heterosexual as a majority in social identity. Therefore, they activate their lesbian social identities only in certain institutions. This identity activation then becomes a foundation how a subculture is bounded.
Heteronormativity as a concept in heterosexual relations turns out in lesbian relations as well. A concept that is born from heterosexual emphasize differences, and it is come and formed by physical characteristics or roles in relationship. Lesbian then being classified into two categories, lesbian who embraces heteronormativity and lesbian who doesn’t embrace heteronormativity
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagita Sun Servanda
"ABSTRAK
Memasuki kehidupan perkawinan tidak semudah yang dibayangkan.
Setiap pasangan membutuhkan kesiapan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
dapat saling menyesuaikan diri dengan pasangan dan kehidupan perkawinan agar
dapat mempertahankan hubungan yang mereka miliki. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji efektivitas program persiapan pra-perkawinan yang mengadaptasi
program PREPARE (Premarital Preparation and Relationship Enhancement)
yang dikembangkan oleh David H. Olson, bagi pasangan yang berencana
menikah. Terdapat tiga pasangan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Setiap
pasangan menjalani empat kali sesi yang masing-masing dilaksanakan satu kali
dalam seminggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif tidak
ditemukan perubahan skor. Akan tetapi, secara kualitatif ketiganya menunjukkan
perubahan yang positif. Seluruh partisipan berhasil menerapkan teknik mendengar
aktif dan menyampaikan pesan dengan teknik I message, mengekspresikan
harapan dalam perkawinan kepada pasangannya, mendiskusikan persamaan dan
perbedaan yang ada antar pasangan, menyusun aktivitas bersama, dan menerapkan
10 langkah penyelesaian konflik.

ABSTRACT
First year of marriage can be stressful. A healthy marriage is maintained by
building closeness, satisfaction, and stability in a marriage in which is not easy to
achieve. It required couple readiness and skills in adjusting to new life. This study
aimed to test the effectiveness of marriage preparation programs designed by
adapting PREPARE (Premarital Preparation and Relationship Enhancement)
Program for premarital couples by David H. Olson. There are three couples who
participated in this study. Every couple underwent four sessions, each held once a
week. Quantitatively, there is no major change within couple‟s scores. However,
all three showed positive change, qualitatively. All participants successfully
applied active listening and „I message‟ techniques, expressing their hope in
marriage, discuss the similarities and differences between partners, arrange joint
activities, and apply the 10 steps of conflict resolution."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Adira Fitrilia
"Realitanya, manusia merupakan sebuah insan yang memiliki keragaman dalam diri. Keragaman ini menimbulkan adanya bentuk interaksi sehingga menciptakan sebuah peristiwa atau isu di dalam kehidupan sosial. Salah satunya adalah munculnya komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual) yang telah legal di Belanda. Pelegalan ini menimbulkan kebebasan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, salah satunya adalah dalam bidang periklanan. Penelitian ini akan mengkaji lebih spesifik tentang pasangan lesbian yang ditampilkan dalam sebuah tayangan iklan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pasangan lesbian di Belanda direpresentasikan dalam iklan komersial. Penelitian ini akan menggunakan analisis semiotika John Fiske dengan teori codes of television yang dibagi menjadi tiga tingkatan yakni level realitas, level representasi dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan lesbian di Belanda dapat direpresentasi melalui bentuk tingkatan interaksi yang tercipta. Selain itu, terdapat pula bentuk ‘gender role’ yang terlihat pada masing-masing individu perempuan yakni maskulinitas serta feminitas.

In reality, humans are human beings who have diversity within themselves. This diversity gives forms of events or issues in society, one of which is the appearance of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transsexual) that are legalized in the Netherlands. This legalization creates freedom in every aspect of people's lives, one of which is in the field of advertising. This research will examine more specifically about lesbian couples who are featured in an advertisement. The purpose of this research was to find out how lesbian couples in the Netherlands are represented in commercial advertisements. This research will use John Fiske's semiotic analysis with the theory of codes of television, divided into three levels: the level of reality, the level of representation and the level of ideology. The results showed that lesbian couples in the Netherlands can be represented from the level of interaction that created. Furthermore, this research also found a form of gender roles in each woman figure called masculinity and femininity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ravinka Ayundra Putri
"Upaya pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan berkaitan dengan perilaku yang berfokus pada pandangan dan keyakinan individu. Hasil studi tentang penularan HIV pada pasangannya ditemukan bahwa 25% ditularkan oleh pasangannya yang positif HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan di yayasan Grapiks Bekasi.Metode:Penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam secara daring melalui aplikasi yang menyediakan fitur percakapan suara.Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan yaitu sebagain besar tidak konsisten menggunakan kondom namun patuh mengkonsumsi obat ARV, sedangkan semua pasangan serokonkordan konsisten menggunakan kondom dan patuh mengkonsumsi obat ARV. Semua ODHA telah mengungkapkan statusnya kepada pasangannya. Namun tidak semua mengungkapkan kepada keluarganya. Semua pasangan memiliki pengetahuan yang cukup baik seperti faktor penularan, pencegahan dan pengobatan. Namun, kurang baik mengenai mutasi virus akibat jika tidak menggunakan kondom bagi pasangan serokonkordan. Pola relasi suami istri pada pasangan serodiskordan adalah head complement (istri bekerja dirumah dan keputusan diakhir tetap pada suami)sedangkan pasangan serokonkordan yaitu head complementdan

Background: >HIV prevention efforts in serodiscordant and seroconcordant couples are associated with behaviors that focus on individual views and beliefs. The results of a study of HIV transmission in partners found that 25% was transmitted by HIV positive partners. The purpose of this study was to determine the description of HIV prevention behavior in serodiscordant and seroconordant couples at the Grapiks foundation in Bekasi. Method This study uses a case study design with a qualitative approach. The method used is in-depth interviews via call: The results showed that HIV prevention behaviors in serodiscordant couples were, for the most part inconsistent in using condoms but compliant in taking ARV drugs, whereas all serokonkordan couples consistently use condoms and adhere to ARV drugs. All ODHA have revealed their status to their partners. But not all revealed to his family. All couples have pretty good knowledge such as transmission, prevention and treatment factors. However, it is not good about the mutation of the virus due to if not using a condom for seroconcordant couples. The pattern of husband and wife relations in serodiscordant couples is head complement (the wife works at home and the final decision remains on the husband), while the seroconcordant pair is the head complement and senior junior partner (the wife can contribute to the economy and the wife's decision can influence). Serodiscordant couples are aware of the risk of HIV transmission but are willing to accept consequences such as happiness, death, and family life, while seroconcordant couples are aware of the risk of transmission and hope that it is not severe, the consequences of which are family life, shame and pain. Serodiscordant pairs have lower benefits than seroncordant couples. Serodiscordant pairs have a higher resistance than seroconcordant pairs. All couples received in-depth information about HIV / AIDS from health workers through consultations and NGOs, namely peer support groups and study clubs conducted in the form of counseling.There are differences in HIV prevention behavior in serodiscordant couples and seroconcordant couples in the Bekasi Grapiks Foundation in 2020
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Iskandarsyah
"Permasalahan kelompok minoritas Cina di anggap sebagai suatu permasalahan· yang cukup serius di Indonesia karena sering terjadi konflik diantara golongan pribumi denga golongan non-pribumi keturuan Cina yang
membahayakan kehidupan bangsa dan ketahanan nasional. Dalam usaba menciptakan ubungan yang harmonis di antara. kedua golongan ini , cara yang dianggap cukup efektif adalah lewat jalur pend idikan formal, yaitu disekolah. Di sekolab inilab mu id-murid s e bagai generasi penerus bangsa dapat bergaul secara bebas, berbaur tanpa pandang bulu. Sebaliknya, dari pibak non-pribumi Cina sendiri, penelitian Universitas Hasanuddin pada tahun· 1977/1978 menyimpulkan babwa jalur pendidikan formal merupakan upaya pemerintah di bidang pembauran yang paling diterima golongan non-pribumi Cina dibandingkan dengan upaya pemerintah yang lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh tingkat komunikasi antar individu antar ras pada jalur pendidikan formal ini terhadap sikap antar ras; yaitu pengaruh tingkat komunikasi
antar individu arJtar ras yarl dilakukan murid pribumi dengan murid non-p ibumi Cina dan seba liknya terhadap sikap antar ras. Penelitian ini dilakukan di SMAN 17 pada murid kelas II rnelalui kuesioner terhadap 100 orang, yaitu 50 murid pribumi den 50 murid non-pribumi Gina. Berdasarkan data yang telah terkumpul serta analisa dan inter"Fpretasi yang telabJ di1 akukan, basil peneitian ini memperlihatkan bahwa tingkat komunikasi antar individu antar ras pada murid pri bumi maupun murid non-pri Cina
menunjukkan pola yang sama. Di satu sisi adannya murid yang
akrab dengan murid dari ras lainnya dan ada pula yang
kurang akrab. Jumlah angka akrab lebih besar diband ingkan
yang kurang akrab. Walaupun demikian murid yang kurang
akrab dengan murid dari ras lainnya tidak dapat diabaikan
begitu saja, karena jumlahnya. sekitar setengah dari murid
yang akrab dengan murid dari ras lainnya, atau sekitar 30%
dari seluruh responden. Pola ini terlihat sama, baik pada murid pri bumi malipun murid non-pri Cina"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S4110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, 2004
306.722 HAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Khairina
"Penelitian ini akan memaparkan mengenai hubungan teori atraksi interpersonal dalam hubungan pasangan lesbian. Teori atraksi interpersonal menjadi landasan penelitian ini karena Atraksi Interpersonal mempengaruhi dalam hal penafsiran pesan dan efektivitas komunikasi. Teori ini menjelaskan semakin kita menyukai seseorang tersebut, maka penilaian positif kita terhadap dia semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Teori ini menjadi awal bagaimana sepasang lesbian dapat menjalin hubungan yang lebih intim. Terjadinya hubungan yang lebih intim tersebut memiliki salah satu faktor pendukung yaitu terjadi komunikasi yang efektif dalam hubungannya. Fenomena dimana semakin maraknya pasangan lesbian mendasari penelitian ini padahal fenomena ini adalah hal yang tidak wajar. Peneliti melihat adanya keterkaitan dengan teori atraksi interpersonal yang mampu menjadikan komunikasi terhadap pasangan lesbian sangat efektif. Data yang dipersentasikan dalam tulisan ini bersumber dari penelitian di lapangan bersama dua pasang lesbian sebagai subjek penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya faktor personal dan situasional yang mampu mempertahankan hubungan pasangan lesbian.

This research will try to explain about the theory of interpersonal attraction amongst lesbian couples. The interpersonal attraction theory will be the basis of this research because we will examine the interpretation of message and the effectiveness of communication. This theory explains that the more we like someone the more positive judgments we give to them, and also vice versa. The theory will be the beginning how lesbian couples will have a more intimate relation. Having an intimate relation is a supporting factor to much effective communication. With the increasing number of lesbian couples, it has also become the basis of this research and views that it is a deviant phenomenon. The writer sees the relation between the interpersonal attraction theory with the effectiveness of the communication amongst lesbian couples. The results of this study showed the presence of personal and situational factors that lesbian couples are able to maintain relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sumeisey, Frienda Victoria
"Homofobia, istilah yang diciptakan oleh Weinberg (1972) pada awalnya didefinisikan sebagai ketakutan, kebencian, dan sikap tidak toleran oleh individu heteroseksual ketika berada dekat dengan pria dan wanita homoseksual. Tetapi pada kenyataannya, komunitas yang mengidentifikasikan sebagai LGBT juga menunjukkan sikap homofobia. Artikel ini membahas adanya homofobia dalam komunitas LGBT di Prancis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan segregasi dalam komunitas LGBT yang mendiskriminasi kelompok homoseksual pada khususnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif milik Creswell (2018). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Analisis Wacana Kritis dari Fairclough (1997) terkait hubungan teks dengan praktik sosial mengenai homofobia di Prancis, khususnya dalam komunitas LGBT. Kemudian pembahasan tematis akan dilakukan menggunakan konsep politisasi kebencian dan teori Ancaman Terintegrasi milik Stephan & Stephan (2000) untuk memahami alasan adanya homofobia dalam komunitas LGBT di Prancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa homofobia yang terjadi dalam komunitas LGBT dipicu oleh hipermaskulinitas dan seksisme yang didasari oleh norma-norma heteroseksual yang diterima masyarakat hingga saat ini.

Homophobia, a term coined by Weinberg (1972) was originally defined as fear, hatred, and intolerance by heterosexual individuals when in close proximity to homosexual men and women. But in reality, communities that identify as LGBT also exhibit homophobic attitudes. This article discusses the existence of homophobia in the LGBT community in France. The purpose of this study is to show segregation in the LGBT community that discriminates against homosexual groups in particular. This study uses Creswell's qualitative method (2018). The theory used in this study is the Critical Discourse Analysis Theory from Fairclough (1997) regarding the relationship of texts with social practices regarding homophobia in France, especially in the LGBT community. Then a thematic discussion will be carried out using the concept of politicization of hate and Stephan & Stephan's (2000) Integrated Threat theory to understand the reasons for the existence of homophobia in the LGBT community in France. The results show that homophobia that occurs in the LGBT community is triggered by hypermasculinity and sexism which is based on heterosexual norms accepted by society today."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifiar Fattati
"Suami dan istri memiliki hak yang sama terhadap harta bersama, hal tersebut menyebabkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh suami atau istri terhadap harta bersama harus mendapat persetujuan kedua belah pihak, termasuk dalam melakukan perbuatan hibah. Kenyataannya masih ditemukan hibah suatu harta bersama yang dilakukan tanpa persetujuan pasangan kawin sebagaimana kasus pada Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 127/Pdt.G/2023/PN Ptk. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang akibat hukum terhadap hibah atas harta bersama tanpa persetujuan pasangan kawin yang telah menjadi harta peninggalan waris penerima hibah, dan cara agar gugatan penggugat dalam Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 127/Pdt.G/2023/PN Ptk dapat diterima. Penelitian ini menggunakan metode doktrinal yang dilakukan melalui studi kepustakaan guna mengumpulkan bahan perundang-undangan dan teori hukum yang kemudian dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil analisis maka dapat dijelaskan bahwa Akta Hibah yang dibuat oleh PPAT dapat dibatalkan atau tidak mempunyai kekuatan mengikat karena pihak yang melakukan hibah tidak berwenang, disebabkan perbuatan hibah terhadap harta bersama tanpa persetujuan dari istri. Hasil analisis kasus kedua terkait cara agar gugatan penggugat dalam kasus dapat diterima adalah dapat diajukan gugatan baru dengan memperhatikan siapa saja pihak yang ditarik sebagai Tergugat termasuk ahli waris yaitu sebanyak 29 orang beserta alat bukti hukumnya.

Husbands and wives have the same rights to joint property, this causes legal actions carried out by husbands or wives against joint property to be approved by both parties, including in making grants. In fact, there are still grants of joint property made without the consent of the married couple as in the case of Pontianak District Court Decision Number 127/Pdt.G/2023/PN Ptk. The problem raised in this study is about the legal consequences of grants of joint property without the consent of a married couple that has become the inheritance of the grantee's inheritance, and how to make the plaintiff's claim in Pontianak District Court Decision Number 127/Pdt.G/2023/PN Ptk acceptable. This research uses doctrinal methods conducted through literature studies to collect statutory materials and legal theories which are then analyzed qualitatively. Based on the results of the analysis, it can be explained that the Grant Deed made by PPAT can be canceled or does not have binding force because the party making the grant is not authorized, due to the act of granting joint property without the consent of the wife. The results of the analysis of the second case related to how the plaintiff's claim in the case can be accepted is that a new lawsuit can be filed by paying attention to who the parties are drawn as Defendants including heirs, namely 29 people along with legal evidence."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>