Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sachje Amalia Siddharta
Abstrak :
Dengan menerapkan sistem akuntansi Biaya Tradisional terutama dalam pengalokasian biaya overhead banyak menimbulkan distori. Karena itu penulis bermaksud untuk menganalisa penerapan sistem akuntansi biaya yang memfokuskan perhatian pada terjadinya transaksi-transaksi atau kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan dalam rangka menghasilkan produk atau dikenal dengan Activity-Based Costing (ABC) sebagai cara untuk mengatasi distori tersebut. Penulis melakukan pengamatan dengan menggunakan metode deskriptif. Adapun teknik penelitian yang digunakan berupa studi pustaka dan studi lapangan untuk memperoleh data dari ojek penelitian. Biaya produksi terdiri dari biaya material langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Dalam membebankan biaya material dan tenaga kerja ke produk dapat dilakukan dengan mudah. Karena dapat langsung dibebankan ke unit produk yang dihasilkan. Namun untuk pengalokasian biaya overhead mengalami banyak kesulitan. Karena itu dikembangkan berbagai metode agar dapat mengatasi kesulitan tersebut. Activity-Based Costing mungkin merupakan suatu cara untuk mengatasinya. Dan dengan ABC juga dapat diperoleh berbagai keuntungan lainnya. Diantaranya dapat membantu manajemen dalam membuat berbagai keputusan maupun dalam membuat perencanaan. Lagipula dengan menerapkan ABC maka pengalokasian yang duhasilkan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Dan dengan demikian Harga Pokok Produksi yang dihasilkan juga mencerminkan keadaan yang sebenarnya, begitu pula dengan laba yang dihasilkan. Perusahaan dapat menerapkan ABC agar dapat memperoleh hasil kalkulasi biaya yang baik. Banyak informasi bermanfaat yang dapat diperoleh. Namun dalam menerapkan ABC perlu dilakukan analisa dan idenfitikasi aktivitas-aktivitas utama perusahaan. Hal ini berkaitan dengan penetapan Cost driver yang akan menjadi dasar dalam pengalokasian. Di samping itu juga perlu adanya keterlibatan dari seluruh tingkatan manajemen.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Proper management of a company always plans its activities, especially in increasing profits for its business. Furthermore, in estimating production prices, it should take into account the amount of production costs incurred. The methods used to calculate the production costs are two kinds: full costing method and variable costing methods. Full costing includes all elements of costing into the cost of production, which consist of raw material cost, direct labor costs and factory overhead costs; both are variable and fixed cost behaviors. Variable costing method is profit planning and behavior method that does not take into account all elements of costing; it only calculates the production cost variable.
AHKAM 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Bayu Aji
Abstrak :
Bahan bakar merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam struktur biaya operasional sebuah moda transportasi. Tidak terkecuali pada industri penerbangan, dimana bahan bakar pesawat (Jet Fuel) turut berpartisipasi sebesar 33.33% dari total biaya operasional sebuah maskapai penerbangan. Guna meningkatkan efisiensi biaya, maskapai penerbangan memerlukan sistem monitoring harga bahan bakar yang dapat memberikan peramalan dengan akurat sebagai upaya agar maskapai dapat menentukan strategi yang dapat dijalankan untuk meminimalisir biaya bahan bakar pesawat. Dalam penelitian ini, dicoba beberapa teknik predictive analytics berbasis multivariate time series untuk melakukan monitoring dan peramalan terhadap harga transaksi bahan bakar pesawat. Agar lebih akurat, model peramalan dibuat dengan mempertimbangkan harga minyak mentah dunia, harga bahan bakar pesawat yang berlaku di dunia dan di setiap lokasi bandara, serta terdapat tambahan variabel yaitu aspek ekonomi yang berlaku di lokasi bandara. Metode yang digunakan adalah 2 metode pengembangan Recurrent Neural Network (RNN) yaitu: Long Short Term Memory (LSTM) dan Gate Recurrent Unit (GRU). Untuk meminimalkan risiko yang merupakan kekurangan dari LSTM dan GRU, maka kedua metode tersebut akan diintegrasikan dengan metode Vector Autoregression (VAR). Hasil dari kombinasi VAR-LSTM dan VAR-GRU menujukkan hasil dengan akurasi yang baik, yaitu 98.98% dan 99.40% secara berturut-turut. ......Fuel cost is the most contributed component in the operational cost of all transportation modes. In the aviation industry, jet fuel cost contributed to a percentage of 33.33% of the total airline operational costs. To increase efficiency in operational costs and the airline should have jet fuel price monitoring systems that can forecast the future price and give some strategy recommendations to airlines. In this research, we propose many multivariate time series-based predictive analytics as a tool for the airline to monitor and forecast the jet fuel price transaction based on jet fuel transaction price. We consider the global crude oil price and also global and local jet fuel prices in each airport. We also consider additional variables for the economical aspect that applied differently for each airport location. We examine two Recurrent Neural Network (RNN) algorithm, Long Short Term Memory (LSTM) and Gate Recurrent Units (GRU). For minimizing the weakness of LSTM and GRU, we combine each methods with Vector Autoregression (VAR). After forecasting results using VAR-LSTM and VAR-GRU, we get forecasting accuracy of 98.98% and 99.40% respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi Santoso
Abstrak :
Studi kasus ini dilatarbelakangi oleh dimulainya pelaksanaan kebijakan desentralisasi pendidikan dasar dan menengah sejak awal 2001 pada kabupaten dan kota di Indonesia. Berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM), ternyata sektor pendidikan amat strategis dan fundamental sehingga memerlukan komitmen pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mewujudkan peningkatannya. Data dan fakta berbicara bahwa SDM Indonesia berdasarkan Laporan HDI - UNDP (1999) masih terpuruk pada urutan ke 105, sedangkan indeks tingkat pendidikan masih tergolong rendah yaitu 0,77% dibandingkan dengan dengan Philipina (0,99); Thailand (0,81) dan Vietnam (0,81). Dengan pelaksanaan kebijakan desentralisasi pendidikan, sebenarnya merupakan momentum peluang dan tantangan daerah, yang sangat diharapkan bahwa kondisi pengelolaan pendidikan akan semakin membaik, partisipatif, demokratis dan bertanggungjawab kepada masyarakatnya. Salah satu permasalahan krusial dalam sektor pendidikan adalah masalah anggaran atau pembiayaan pendidikan, baik secara nasional yang dialokasikan dalam APBN maupun secara daerah dalam APBDnya, yang merupakan wujud nyata komitmen pembiayaan pendidikan oleh pemerintah pusat maupun daerah (kabupaten dan kota). Oleh karena itu perlu dicermati dan dianalisis seberapa besar wujud nyata komitmen dimaksud, apalagi sejak pelaksanaan desentralisasi tahun 2001. Perlu diketahui mengenai kondisi pembiayaan baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kabupaten dan kota Bekasi. Disamping itu bagaimana kondisi anggaran sekolah untuk mengetahui pembiayaan per siswa, dan mengenai kondisi kesiapan daerah kasus dalam pembiayaan sektor pendidikanya. Studi ini sengaja mengambil kasus daerah kabupaten Bekasi dan kota Bekasi dengan berbagai pertimbangan teknis dan non teknis, juga mengingat posisi dan karakteristiknya. Untuk itu pula dengan segenap keterbatasan, penelitian ini hanya mengambil sampel secara purposive sampling, yaitu sebanyak 24 sekolah untuk kabupaten dan kota dengan jenjang SD, SLTP dan SMU berstatus negeri dan swasta. Pengambilan data sekolah sampel tersebut diperlukan untuk dasar analisis mikro, yaitu menemukan biaya rata-rata per siswa untuk periode tahun 1999 - 2002 berdasarkan pendekatan budgeter (APBS). Sedangkan data untuk memperkuat analisis makro, berupa data APBN dan APBD serta PDB dan PDRB untuk daerah kasus. Cross-check data dengan berbagai data statistik daerah dan nasional juga ditempuh sesuai dengan kebutuhan studi. Berdasarkan tinjauan teoritis semakin menyakinkan bahwa pendidikan merupakan bidang garap analisis kebijakan publik yang bersifat lintas disiplin. Disamping itu pendidikan merupakan persoalan kebutuhan pokok (dasar) yang berarti pula termasuk kajian ekonomi pembangunan ataupun ekonomi publik, dan oleh karenanya pendidikan memerlukan campur tangan pemerintah agar tidak terjadi kegagalan pasar (market failure). Diketahui pula bahwa pembiayaan pendidikan merupakan suatu kajian penting dalam bidang ekonomi pendidikan. Hasil studi analisis ini menggambarkan bahwa kondisi pembiayaan pendidikan pada kedua daerah kasus (kabupaten Bekasi dan kota Bekasi) telah ada antisipasi dan komitmen alokasi anggaran sektor pendidikan terhadap total APBDnya (> 20%), terutama diperkuat alokasi anggaran rutin, kab. 36 % - 43 % dan kota 32 % - 42 %. Kota Bekasi nampak lebih dinamis dalam perkembangan alokasi anggaran baik rutin maupun pembangunan. Namun untuk alokasi anggaran pembangunan pada kedua daerah dimaksud masih timpang dibanding alokasi rutinnya. Sedangkan dilihat dari kontribusi pembiayaan sektor pendidikan terhadap PDRBnya, untuk kedua daerah tersebut masih di bawah 1 %. Selanjutnya hasil analisis data APBN dan PDB Indonesia selama periode 1999-2002, menunjukkan bahwa secara keseluruhan alokasi pembiayaan pendidikan masih konservatif terhadap total APBN, apalagi yang terjadi pada alokasi anggaran rutin yang menurun hingga 1,88 % (2002). Sedangkan untuk alokasi anggaran pembangunan kondisinya membaik hingga 30 % (2002), namun karena kecilnya porsi anggaran pembangunan terhadap total APBN menjadikan besaran anggaran pembangunan menjadi kurang memadai. Penyediaan anggaran sektor pendidikan untuk periode 2001-2002 terhadap total APBN sebesar 4,42 % dan 5,87 %. Apabila diperhatikan terhadap besaran PDB maka rata-rata hanya 1,13 %. Dibalik itu kondisi APBN sedang mengaiami berbagai kendala dan dilemma yang kompleks, termasuk beban defisit dan cicilan utang. Hasil perhitungan pendekatan mikro menunjukkan bahwa biaya rata-rata per siswa untuk Kota Bekasi dibanding dengan Kabupaten Bekasi secara umum lebih mahal, rata-rata biaya di kota, SDN Rp.467 ribu sedangkan di kabupaten Rp. 387 ribu per tahun. Namun biaya rata-rata per siswa SLTPN di Kabupaten nampak sedikit lebih mahal dibanding SLTPN di Kota Bekasi dan juga terhadap SLTPSnya. Diketahui pula bahwa biaya rata-rata per siswa SMUN Rp. 786 ribu dan SMUS Rp. 887 ribu di kabupaten masih lebih murah dibanding SMU di Kota SMUN Rp.981 ribu dan SMUS Rp.923 ribu. Selanjutnya perhitungan alokasi APBS berdasarkan unsur-unsur biaya didapatkan bahwa pengeluaran untuk gaji menyedot pembiayaaan 60-80%; kesejahteraan 10 %; PBM 6 -12 %, dan sisanya terbagi untuk TUS, SPS, adm, data dan PTE yang rata-rata kurang dari 5 %. Mengenai kondisi kesiapan pembiayaan daerah yang terjadi pada kedua daerah nampak telah ada antisipasi dan komitmen atas pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Hal itu terbukti pada besaran alokasi anggaran sektor pendidikan terhadap total APBDnya maupun dalam alokasi anggaran rutinnya yang nampak cukup besar (35,61 % - 43,35 %). Sedangkan pada alokasi anggaran pembangunan komitmen yang tinggi untuk menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas strategis masih nampak kurang terjadi. Diantara kedua daerah kasus, Kota Bekasi nampak lebih maju dalam perkembangan alokasi pembiayaan baik pada rutin maupun pembangunan, yang ditunjukkan dalam derajat yang selalu meningkat. Sedangkan kabupaten juga meningkat namun fluktuatif perkembangan pembiayaannya, yang di tahun 2001 mencapai 13,32 %, pada tahun 2002 turun menjadi 9,77 %.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Supriyarto
Abstrak :
ABSTRAK
Sistem manufaktur pada Perum X adalah mengolah input menjadi output dengan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan produk dengan sifat produk massa. Masalah yang timbul adalah salah cetak (miss print) dan produksi lebih (over production) yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan pemborosan-pemborosan, yang semuanya itu menuju ke biaya (cost), untuk itu dilakukan pemecahan masalah.

Dalam menganalisa, dilakukan pengumpulan data skunder, pengambilan data sampling berjumlah (n) = 55 selama + 3 bulan di unit kerja untuk semua jenis pecahan. dari lima jenis pecahan dipilih salah satu jenis pecahan yang dominan hasil cacatnya, yaitu pecahan-4.

Hasil dari analisa tersebut, dilakukan pengendalian antara lain: mengurangi persediaan barang setengah jadi ( work in process) yang tidak bernilai tambah serta mengurangi hasil cacat .

Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Penghematan sebesar 2 % kali 2.295 X untuk jam kerja orang, serta 2% kali 615 X untuk jam kerja mesin, sedangkan untuk persediaan optimal antar mesin-mesin sebesar 226.750 lembar, dengan reduksi biaya work in process 173.250 kali ongkos cetak, reduksi biaya pemindahan bahan 35 kali jumlah tenaga kerja kali ongkos tenaga kerja per waktu, reduksi biaya penyimpanan 173.250 kali biaya penyimpanan per lembar, reduksi waktu 23 jam, dimana X adalah jumlah pesanan pecahan-4 dalam satu tahun.

Selanjutnya perlu direkomendasikan kepada pihak manajemen/terkait sebagai dasar untuk ditindaklanjuti. Antara lain: team working, pemberdayaan karyawannya, serta pengawasan dan pengendalian biaya anggaran serta jadwal produksi.
ABSTRACT
To convert input through output in the X-Government company (Perum X) manufacturing system was done by using their resources to make products in mass production system. Miss-print and over production are the production problem which has a tendency to increase and this circumstances due to production cost waste, so that problem have to be solved.

The problem analyze is done by collecting secondary data, and it takes about 3 months in collecting 55 sampling data in unit station for all kind of nominal products. From the total nominal product (5 type) it was found that 4-nominal is dominant product reject.

From analyzing process result the problem solution by cut off work in process which has no additional value. And it could be summarized that : 2% of 2,295 the 4-nominal for man hour saving. 2% of 615 the 4-nominal for machine working hour. - Optimal inventory level as 226,750 sheets. - Work in process cost reduction as 173,250 of printed cost. Moving raw material cost as 35 times of man power cost in time. Inventory cost reduction as 173,250 times of inventory cost per sheets. Working hour cost reduction as 23 working hour.

And it was recommended to management to make a team work to maintain man power and monitoring and controlling production budget and production schedule.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Zamili
Abstrak :
Musibah krisis yang melanda beberapa negara di belahan dunia termasuk Indonesia pada akhir dekade 1998 hingga sekarang merupakan salah satu penyebab mundurnya perekonomian. Dengan melemahnya perekonomian masyarakat, maka kemampuan dunia industri untuk memproduksi barang kebutuhan masyarakat semakin rendah termasuk di sektor pendidikan. Keterbatasan kemampuan pemerintah menyelenggarakan pendidikan dan ditambah lagi dengan terpuruknya ekonomi masyarakat yang berakibat pada lemahnya kemampuan untuk membiayai pendidikan anggota keluarganya, maka efisiensi di bidang pendidikan merupakan pokok bahasan yang penting untuk dikaji. Meskipun keterbatasan daya dan dana, melaksanakan efisiensi pendidikan tidak harus mengorbankan kualitas pendidikan, kualitas yang telah dicapai harus dipertahankan, di samping itu upaya meningkatkan kualitas tidak boleh surut. Salah satu pertanyaan penting berkaitan dengan upaya rneningkatkan efisiensi sistem pendidikan adalah, sejauh mana tingkat efisiensi internal SMK-KBM di kotamadya Jakarta Timur (Jakarta Timur Dua). Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengungkap besamya biaya perseorangan yang harus ditanggung oleh peserta didik dan biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di samping itu, untuk mengukur tingkat efektivitas dan tingkat efisiensi internal program pendidikan SMK-KBM di wilayah Kotamadya Jakarta Timur (Jakarta Timur Dua). Populasi penelitian ini adalah siswa SMK-KBM dengan berbagai jenjang akreditasi (Negeri, Disamakan, dan Diakui. Sampel penelitian sebesar 400 siswa yang terdiri dari tiga program studi yaitu Akuntansi, Sekretaris, dan Manajemen Bisnis yang tengah duduk di kelas satu, dua dan tiga. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan menggunakan teknik Strata fied Proporsional Random Sampling. Untuk mengungkap besarnya biaya digunakan tiga instrumen berupa kuesioner yaitu untuk sekolah, untuk kepala sekolah guru dan staf, dan untuk siswa. Masing-masing instrumen sebelumnya telah diujicobakan dan memenuhi syarat. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik : Uji Normalitas data, Anova Single Factor, Anova Two Factor With Replication dan statistik Nonparametrik untuk uji Homoginitas dan Korelasi. Dari hasil perhitungan-perhitungan dan analisis didapatkan bahwa besarnya biaya perseorangan kelas satu lebih tinggi bila dibandingkan dengan biaya kelas dua dan kelas tiga. Kemudian jenis program studi tidak mempengaruhi biaya perseorangan. SMK-KBM status diakui lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan SMK-KBM Negeri dan Disamakan.
2001
T10532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defiandry Taslim
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam era globalisasi, sektor jasa konstruksi di Indonesia dapat melaksanakan proyek-proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang pada setiap aktivitasnya membutuhkan suatu bentuk usaha (corporate vehicle). Salah satu penerapan bentuk kerjasama yang banyak dipakai dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi besar di Indonesia adalah Joint Operation (JO), yaitu kesepakatan antara dua badan atau lebih untuk mengerjakan pekerjaan tertentu selama waktu tertentu pula.

JO merupakan sumber pemajakan yang potensial bagi negara. Sehingga pihak Wajib Pajak (WP) JO akan berusaha agar jumlah pajak terutang dapat menjadi seefisien mungkin. Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, selain terdapat (1) pajak terhutang (Conventional Cost) terdapat pula (2) biaya-biaya tambahan (Transaction Cost) yang dalam studi ini disebut sebagai total biaya pajak.

Berdasarkan pengamatan, ada beberapa variabel terikat yang diduga mempengaruhi tinggi rendahnya biaya transaksi wajib pajak JO, yaitu (1) Jumlah pajak yang terutang (2) jarak tempat kerja WP dengan bank, kantor pos, kantor pajak dan kantor konsultan yang diukur dengan waktu (3) lama proyek (4) frekuensi kontrak sebagai manifestasi dari reputasi, dan (5) nilai proyek.

Berdasarkan penelitian yang berlangsung pada JO yang memiliki head office di Jakarta, diketahui ada dua model yang paling sesuai yaitu, regresi antara 5 variabel independen dengan total biaya transaksi dan regresi antara 5 variabel independen dengan subvariabel biaya "ucapan terima kasih" dan commitment fee. Terlihat bahwa dari lima variabel independen yang dianalisis, 3 (tiga) di antaranya terbukti signifikan terhadap total biaya transaksi. Ketiga variabel tersebut adalah variabel-variabel frekuensi kujungan WP ke fiskus dan nilai proyek dan total waktu yang dihabiskan oleh WP untuk mengurus permasalahan perpajakannya.

Selain itu, dalam hubungannya terhadap total biaya "ucapan terima kasih" dan commitment fee kepada fiskus, terlihat bahwa dari lima variabel independen yang dianalisis, 3 (tiga) diantaranya terbukti signifikan. Ketiga variabel yang signifikan tersebut adalah variabel-variabel waktu yang dihabiskan WP untuk mengurus masalah perpajakan, frekuensi kunjungan WP ke fiskus dan nilai proyek. Selain itu, dikemukakan juga arah hubungan yang menjelaskan bentuk hubungan yang tejadi. Sedangkan dalam hubungannya dengan total biaya "ucapan terima kasih" dan commitment fee, terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan signifikan, yaitu total waktu yang dikeluarkan WP dalam mengurus perpajakan, frekuensi kunjungan WP ke fiskus dan total nilai proyek .

Rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sebesar 4,15 % dapat digunakan sebagai referensi bagi WP dalam menyusun budget proyek untuk lebih mendekatkan forecast cost to complete proyek kepada kenyataan yang akan dihadapi di lapangan dan menjadi referensi bagi fiskus dalam melakukan perbaikan institutional arrangements yang ada.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsdenia
Abstrak :
Peningkatan efisiensi pengelolaan Rumah Sakit secara terus menerus merupakan pedoman pengelolaan keuangan yang mutlak harus diadopsi oleh Rumah Sakit manapun, dimana efisiensi yang tinggi akan meningkatkan keunggulan kompetitif dan peningkatan pendapatan dan akhirnya meningkatkan kemampuan keuangan RS untuk mensejahterakan anggotanya. Berdasarkan Laporan Keuangan RSUBY diketahui bahwa laba atas operasi RSUBY ada kecenderungan terus menurun dari tahun ketahun (yang diperoleh dari laba operasi kotor dikurangi dengan biaya administrasi dan umum), bahkan untuk tahun 2001, saldonya sudah negatif, tetapi untuk laba bersih RSUBY masih positif walaupun 10 tahun terakhir juga terus mengalami penurunan. Salah satu penyebab turunnya laba operasi ini adalah karena kondisi likuiditas Rumah Sakit yang kurang bagus ditandai dengan penurunan modal kerja yang sangat drastis (50%) pada tahun 2001. Rasio likuiditas terlihat cenderung mengalami penurunan yang cukup lebar, terutama untuk angka rasio lancar untuk tahun 2001 (2,32 menjadi 1,42). Begitu juga dengan angka rasio cair, rasio kas cenderung terjadi penurunan yang segera harus dicermati penyebabnya dan dicari solusi bagaimana/apa untuk mengelolanya. Untuk mencapai tujuan penelitian dikembangkan rancangan penelitian operasional (Operation Research) yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dan data kuantitatif diperoleh dari laporan keuangan RS. Hasil penelitian menunjukkan Rasio Lancar RSUBY masih dalam ukuran baku kecuali pada tahun 2001 dibawah standar yaitu 1.42. Rasio yang lebih sensitif yaitu rasio cair untuk tahun 2000 dalam ukuran baku, tetapi untuk tahun 2001 dan 2001 batas bawah dari ukuran baku. Rasio kas dalam kondisi batas bawah juga kecuali untuk tahun 2000. Rasio perputaran piutang RSUBY untuk tiga tahun terakhir makin kecil yang artinya piutang makin lama waktu tertagihnya. Periode rata-rata pengumpulan piutang masih dalam ukuran baku 14-21 han . Rasio perputaran persediaan masih dibawah ukuran baku (24-32 kali setahun). Rasio rata-rata persediaan tersimpan di gudang tiga tahun terakhir adalah 16 dan 21 hari sampai pesan lagi. Rasio Lancar RSUBY secara nominal memang masih dibatas aman untuk tahun 2002 yaitu 13-2.00, tetapi nilai rill dari rasio tersebut sebenarnya jauh dibawah itu, hal ini karena: a) piutang jaminan yang overstated :yang dinilai terlalu tinggi, dan ada yang berumur diatas 3 tahun masih tercantum di Neraca sebagai harta lancar padahal harta lancar merupakan harta yang bisa dikonversikan menjadi tunai atau ekuivalennya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun buku, yang artinya harta lancar dari RSUBY adalah overstated b) Piutang Perorangan yang overstated: Untuk Piutang perorangan ini ternyata sebesar 85% dari total saldo berumur diatas 3 bulan, yang artinya tingkat ketertagihannya adalah sangat kecil, apalagi piutang perorangan ini tidak dijamin dengan barang yang senilai dengan nilai dari piutang itu sandhi, sehingga sangat sukar untuk dikonversikan sebagai kas. Artinya Rasio Lancar adalah overstated. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa RSUBY masih bisa berbenah diri dan memperbaiki kondisi rasio lancarnya melalui pengelolaan yang tepat dan melakukan pengendalian yang memadai atas komponen rasio lancar yaitu pada saat proses terjadinya penerimaan kas, pengeluaran kas, proses terjadinya piutang dan pengadaan persediaan obat. Daftar bacaan : 31 (1968-2002)
RSU Bhakti Yudha's Current Ratio Analysis for the year 2000, 2001, 2002 The Persistent increase on hospital management efficiency is a basic guidance for financial management which should be adopted by all hospitals, as a high efficiency will increase competitive advantage and profit as the result of efficiency, the hospital ability to give financial benefits grows. Based on RSUBY Financial Statement, we know that the Return/Profit from Operating tends to decrease from year to year (Operating Profit = Gross Profit from Operating - General and Administrative Expense), in 2001 the Gross Operating Profit was on negative balance, even though Net Profit still has a positive balance. The Net Profit for the last 10 years tends to decrease, one reason of the decrease for Operating Profit was the liquidity problem, due to the drastic decrease of working capital (almost 50%) in the 2001 compared to 2000. Liquidity Ratio also tends to decrease decisively, for example current ratio in the 2001 was almost half compared to 2000 ratio (from 2.4 to 1.42). Other Ratios such as Acid Test Ratio, Cash Ratio and others liquidity ratio also have a tendency to go down, for which we should find out the reason and come up with solutions. In this Thesis, the author use Operation Research Method, namely The Method used quantitative data and qualitative data to rech the goals of the research. Quantitative data are got from RSUBY's Financial Statement; and Qualitative data are got from indepth interviews with the Staff. The Research shows that RSUBY's Current Ratio are still in a normal range except in the year of 2001 was below the standard (1.42). The more sensitive ratio, Acid Test Ratio, is still in normal range in the year of 2000, but in the year of 2001, and 2002, the ratios are in the lowest bend of normal range. Cash Ratios for many years are also in the lowest bend of the normal range except for the year of 2000. Receivable Turnover Ratios for the last three years go smaller showing that Receivables took longer time to collect, the normal range for Receivable Turnover is 14 up to 20 days, Stock Turnover Ratios are below the standard range ( 24- 32 times per year), The Average Stock held in The Warehouse is between 16 up to 21 days. The value of Current Ratio is got from comparison between Current Assets and Current Liabilities. Nominally, RSUBY's Current Ratio in 2002 is in the state bend; namely, 1.5 - 2.00, in the real term, the ratio shows on contradictory pictures. The reasons are a) Guaranteed Receivables are valued above the normal practice (Overstated) b) Over Stated of Non Guaranteed Receivables/Personal Receivables. Based on this research, the author thinks that there are some rooms for RSUBY's management to fit their current ratio problem. There are several suggestions that the management can adopt; namely controlling cash out flow and cash inflow, reevaluating Receivables Policy, reforming the supply of Inventories (Medicine) procedures. References : 31 (1968-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soebagijo Soemodihardjo
Abstrak :
ABSTRAK Menyongsong datangnya era globalisasi perdagangan dan investasi yang salah satu ciri utamanya adalah meningkatnya persaingan bisnis termasuk persaingan dalam bisnis penerbangan, GARUDA harus segera melakukan peningkatan daya saingnya, antara lain dengan peningkatan efisiensi dalam aspek pemasaran internasional melalui saluran pemasaran. Dengan asumsi bahwa production cost dan distribution cost temasuk relationship cost serta perilaku manajemen tetap, maka tingkat efisiensi di dalam saluran pemasaran internasional dapat diketahui melalui biaya transaksi ekonominya. Dalam kerangka pemikiran tersebut di atas dan mengingat kurang lebih 90% tiket penerbangan internasional GARUDA di wilayah Jabotabek dijual melalui Biro Perjalanan Wisata/Agen Penjualan Tiket Penerbangan Internasional atau BPWIAPTP-I maka penelitian difokuskan pada perilaku BPWIAPTP-I dikaitkan dengan pembentukan biaya transaksi ekonomi yang bersangkutan yang secara lebih terinci adalah : (1) untuk mengetahui faktor-faktor biaya transaksi ekonomi yang berpengaruh pada saluran pemasaran, (2) untuk mengetahui besarnya biaya transaksi ekonomi GARUDA dibanding pesaingnya di BPWIAPTP-I yang sama, (3) untuk mengetahui faktor dominan perilaku organisasi dalam saluran pemasaran internasional GARUDA yang menimbulkan biaya transaksi ekonomi yang besar, dan (4) untuk merumuskan rekomendasi untuk perbaikan efisiensi saluran pemasaran GARUDA. Penelitian dilakukan pada 17 BPWIAPTP-I dan sebagai pembanding dipilih pesaing GARUDA yang peringkat internasionalnya hampir sama, yaitu Malaysian Airlines (MAS) dan yang tingkat pelayanannya sering dijadikan bench mark yaitu Singapore Airlines (SIA). Analisis dilakukan dengan metode Proses Hirarkhi Analitis (PHA) atau Analytical Hierarkhi Process (AHP), dan hasilnya adalah (1) faktor biaya transaksi ekonomi pada saluran pemasaran perusahaan penerbangan melalui BPWIAPTP-I yang terutama adalah Opportunistic Behaviour, faktor biaya transaksi ekonomi kedua adalah Bounded Rationality dan faktor biaya transaksi ekonomi ketiga adalah Asymmetric Information; (2) Biaya transaksi ekonomi GARUDA pada saluran pemasaran BPWIAPTP-I lebih besar dibanding biaya transaksi ekonomi MAS dan SIA pada saluran pemasaran yang sama; dan (3) Faktor dominan perilaku organisasi dalam saluran pemasaran GARUDA yang menyebabkan biaya transaksi ekonomi lebih besar dibanding MAS dan SIA adalah pada penggunaan kekuasaan paksaan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, untuk meningkatkan efisiensi pada saluran pemasaran Internasional GARUDA melalui BPWIAPTP-I direkomendasikan untuk : (1) melakukan pembenahan manajemen dan (2) melakukan pembenahan yang ditujukan langsung kepada karyawan GARUDA; keduanya dengan mengupayakan perubahan "corporate culture" dan menjadikan GARUDA sebagai suatu "learning organization".
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
Abstrak :
ABSTRAK Alat Penukar Kalor merupakan suatu peralatan industri yang mempunyai fungsi strategis dalam berbagai proses terutama dalam industri kimia, untuk industri perminyakan, pupuk, dan lain-lain. Guna mengantisipasi perkembangan dan peluang permintaan penawaran Alat Penukar Kalor dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung meningkat, maka industri manufaktur yang bergerak dalam proses pabrikasi alat penukar kalor perlu melakukan standarisasi dalam proses pabrikasi dan penawaran harga, sehingga perusahaan akan dapat mengantisipasi setiap perubahan unsur-unsur biaya yang akan terjadi, dan akan memberikan keleluasaan pada perusahaan untuk mendapatkan order melalui tender-tender yang ada. Sistem estimasi terhadap perhitungan biaya pabrikasi dan penentuan harga alat penukar kalor yang dilakukan diiaksanakan dalam usaha untuk mempercepat proses penentuan harga sebuah unit Alat Penukar Kalor dengan ketepatan dan kecepatan terhadap estimasi perhitungan biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Dari hasil analisa terhadap sistem yang telah dilakukan temyata memberikan kontribusi penghematan dalam perhitungan penawaran harga terhadap; biaya sebesar 30 %, waktu sebesar 85 % dan jam tenaga kerja 72 %, serta tenaga kerja sebesar 20 %.
ABSTRACT Heat Exchanger is an industrial equipment which possesses strategic functions in various processes in chemical industry, for oil industry, fertilizer and so forth. In order to anticipate the development and demand opportunity of domestic Heat Exchanger which is recently increasing, therefore the industrial manufacture which is active in Heat Exchanger fabrication process needs to carry out standardization in fabrication process and price offering in order that the companies will be able to anticipate each cost changing element which will occur and will give convenience to the companies in obtaining orders through the existing tenders. Estimation system fabrication cost calculation and Heat Exchanger price determination which is carried out, will be carried out for the purpose of quickening price fixing process of a Heat Exchanger unit with accuracy and speed towards cast calculation estimation to be spent. The analysis result which is carried out to the system done has really given saving contribution in price offering calculation towards cost amounting to 30 %, the time is 85 %, working hours 72 %, and workers 20 %.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>