Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Mentari Anugrah Imsa
Abstrak :
Intensi berganti produk pada konsumen perlu menjadi pertimbangan produsen karena perilaku konsumen tersebut dapat memberikan dampak pada perusahaan. Pengukuran intensi berganti sudah banyak dilakukan dengan menerapkan Push-Pull-Mooring Model untuk melihat faktor yang mempengaruhi intensi berganti. Penelitian-penelitian yang sudah ada masih minim melibatkan pendekatan informasi sebagai faktor yang mempengaruhi intensi berganti. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mengintegrasikan Information Adoption Model (IAM) ke dalam Push-Pull-Mooring Model untuk melihat pengaruh informasi terhadap intensi berpindah. Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan menerapkan logika deduktif dan pendekatan kuantitatif untuk membuktikan dugaan yang sudah dirumuskan. Sampel pada penelitian ini diambil secara purposive dengan karakteristik merupakan anggota atau pembaca informasi di komunitas daring Female Daily Network. Data primer diambil dengan teknik online survey menggunakan Google Form yang dikirimkan kepada followers Instagram dan twitter dari akun FDN. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegunaan informasi yang dikategorikan sebagai pull factor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berganti. Sedangkan, penelitian ini menunjukkan bahwa E-WOM negatif yang dikategorikan push factor memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berganti. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa adopsi informasi yang dikategorikan sebagai mooring factor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi berganti. Secara keseluruhan, model dalam penelitian ini memiliki berkontribusi yang cukup rendah dalam memprediksi intensi beganti pada konsumen kosmetik dalam komunitas daring.
......The switching intention on consumers is an important issue for any firm because it could give negative impact on business. The switching intention measurement has been carried out by applying the Push-Pull-Mooring Model to measure the factors that influence the switching intention. The prior studies of PPM Model have not measured the information approach as a factor that influencing switching intentions. Therefore, this study attempt to integrate the Information Adoption Model (IAM) into the Push-Pull-Mooring Model to assess the effect of information on switching intention. This study used a positivistic paradigm by applying deductive logic and quantitative approach to prove the formulated assumptions. The sample of this study was purposively taken by considering samples characteristic. Primary data was collected using an online survey technique with Google Forms that was sent to the followers account of Female Daily Network on Instagram and Twitter. The questionnaire was filled independently by respondents or self-administered. The research design of this research is a cross-sectional study. The results of this study indicated that information usefulness that categorized as push factor has not a significant effect towards switching intention on cosmetic products. Meanwhile, the result indicated that negative E-WOM categorized as push factor has a significant effect towards switching intention. Information adoption that categorized as mooring factor has not a significant effect towards switching intention. The overall model in this research has low contribution to predict switching intention on cosmetic consumers in online community.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ayuni Widya Febriyanti
Abstrak :
Semakin canggih berkembangnya media komunikasi memberikan ruang yang semakin luas pula bagi setiap individu dalam menampilkan citra diri sebaik mungkin. Citra diri virtual yang terus ditingkatkan merupakan suatu proses berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus seperti di dunia nyata. Kecenderungan untuk menampilkan “diri” sebagai individu yang cantik secara penampilan dan produktif sering dilakukan dalam setiap postingan yang dibagikan di Instagram sebagai perwujudan personal branding mahasiswi Universitas Indonesia. Personal branding dijadikan ukuran untuk merasa lebih tinggi daripada orang lain. Penelitian ini melibatkan mahasiswi Universitas Indonesia yang berupaya menunjukkan sisi penampilan terbaiknya di Instagram baik secara fisik maupun pencapaian. Dalam penelitian ini, kosmetik dan pakaian merupakan aksesoris (adornments) yang digunakan oleh mahasiswi Universitas Indonesia dalam rangka memperoleh penampilan fisik yang sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal mereka. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan kosmetik dan pakaian mampu mengubah rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) yang dialami mahasiswi menjadi rasa puas (body satisfaction), serta menunjukkan bahwa rasa percaya diri (self-esteem) turut meningkat akibat perasaan dan pengalaman positif yang dihasilkan oleh rasa puas terhadap penampilan fisik (body satisfaction) sehingga personal brand lainnya yang dibangun di Instagram dapat tersampaikan dengan baik kepada orang lain.
......The more sophisticated the development of communication media provides an increasingly more expansive space for each individual to display the best possible self- image. The virtual self-image that is continuously improved is a continuous process carried out as in the real world. The tendency to show "self" as an individual who is both physically beautiful and productive is often done in every post shared on Instagram as an embodiment of personal branding for University of Indonesia female students. Personal branding is used as a measure to feel superior to others. This research involves female students from the University of Indonesia who try to show their best appearance on Instagram physically and in terms of achievement. In this study, cosmetics and clothing are accessories (adornments) used by University of Indonesia students to obtain a physical appearance to their ideal conception of beauty. The results of this study show that the use of cosmetics and clothing can change the dissatisfaction with physical appearance (body dissatisfaction) experienced by female students into body satisfaction and shows that self-esteem also increases due to positive emotions and experiences. They are generated by a sense of pride in physical appearance (body satisfaction) so that other personal brands built on Instagram can be appropriately conveyed to others.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fahira Afifah Nabila
Abstrak :
Rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) terjadi saat para remaja perempuan menyadari bahwa penampilan fisik mereka tidak sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal yang telah mereka miliki sejak awal. Konsepsi kecantikan ideal menjadi penyebab remaja perempuan terus menerus mengevaluasi serta membandingkan penampilan fisik mereka dengan penampilan orang lain yang mereka anggap sesuai dengan konsepsi mereka mengenai kecantikan ideal. Penelitian ini melibatkan remaja perempuan berusia 19 hingga 21 tahun yang berupaya mencari cara untuk mengatasi rasa tidak puas (body dissatisfaction) tersebut melalui penggunaan kosmetik. Dalam penelitian ini, kosmetik merupakan aksesoris (adornments) yang digunakan oleh remaja perempuan dalam rangka memperoleh penampilan fisik yang sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal mereka. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan kosmetik mampu mengubah rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) yang dialami remaja perempuan menjadi rasa puas (body satisfaction), serta menunjukkan bahwa rasa percaya diri (self-esteem) turut meningkat akibat perasaan dan pengalaman positif yang dihasilkan oleh rasa puas terhadap penampilan fisik (body satisfaction).
......Body dissatisfaction occurs when adolescent girls start to become aware that their physical appearances are not in line with their concept of beauty ideals. The concept of beauty ideals is the reason why adolescent girls are constantly showing negative evaluations of their physical appearances and comparing themselves to others whose appearances are in line with their concept of beauty ideals. This study involves adolescent girls aged 19 to 21 years old who are trying to find ways to overcome their body dissatisfaction with the help of cosmetics. In this study, cosmetics are deemed to be an adornment used by adolescent girls to achieve their desired physical appearance. The result of this study shows that the use of cosmetics can help adolescent girls to overcome their body dissatisfaction and feel satisfied with their physical appearances. This study also shows that the self-esteem of adolescent girls simultaneously increases due to the positive feelings and experiences caused by their body satisfaction.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library