Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 520 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arijanto Salmoen Wargadinata
Abstrak :
Korosi adalah proses alami yang terjadi pada material logam yang berakibat menurunnya kekuatan dari material logam tersebut. Proses korosi yang terjadi secara alami ini sangat sulit dihindari , usaha yang dilakukan hanyalah menghambat laju korosi yang terjadi dengan cara melakukan pencegahannya. Penggunaan pelat baja sebagai pilihan material suatu peralatan teknik, sering didatangkan dari mancanegara mengingat kwalitas /standard dari material tersebut belum diproduksi didalam negeri. Kasus yang dijumpai dilapangan menjelaskan bahwa, didalam gudang penyimpanan Tanjung Periuk didapatkan tidak kurang dari 20 % jumlah import material pelat baja dengan standard JIS G 3101 yang sesuai dokumen penyerta terserang korosi. Penelitian di lakukan terhadap sampel pelat baja JIS G 3101, guna mengetahui sebab terjadinya korosi pada material tersebut dan menjawab sampai sejauh mama pengaruhnya terhadap perubahan kekuatan material pelat baja itu.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
Abstrak :
Unsaturated Polyester Resin (UPR) mempunyai sifat elektrik, kimia, dan mekanik yang baik. UPR dapat dipakai dalam beberapa aplikasi dan digunakan untuk berbagai peralatan, misalnya pipa air, kontainer, tangki penyimpanan, gedung, komponen otomotif, dan lambung kapal. Perilaku Korosi Glass Fiber-Reinforced Plastic (GRP) UPR dalam lingkungan basa, khususnya KOH dan NaOH, perlu diselidiki. UPR yang digunakan adalah Yukalac 150 HRBQTN jenis isophthalatic (UPR-iso). Untuk mengetahui perilaku GRP (UPR-iso) tersebut, spesimen direndam dalam larutan KOH dan NaOH. Penentuan ketahanan korosi GRP (UPR-iso) mengacu pada ASTM C 581-94. Dalam penelitian, diamati perubahan hardness, ketebalan, berat, dan retensi Flexural Strength dan retensi Flexural Modulus. Selain itu juga analisis dengan uji FTIR, SEM-EDX. Dalam penelitian diperlukan pembuatan GRP(UPR-iso), dimana fiberglass yang digunakan adalah E-glass sebanyak 2 lapis dan C-glass sebanyak 2 lapis. Setelah itu laminat tersebut dipotong menjadi spesimen_ Pada tepi samping spesimen dilapisi vinyl ester Spesimen tersebut direndam dalam larutan 10%, 25%, 50% berat KOH dan NaOH pada suhu 50°C. Spesimen direndam dalam tabung reaksi dan dipanaskan pada waterbath. Interval waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3, 6, 18, 29, 39 hail. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seat mekanik (hardness, flexural strength, flexural modulus) GRP(UPR-iso) menurun dan sifat fisik (tebal dan berat) meningkat terhadap waktu. Pada lingkungan KOH, semakin besar konsentrasi penurunan sifat mekanik dan penambahan sifat fisik semakin besar. Sedangkan dalam lingkungan NaOH, pads konsentrasi 25%, penurunan seat mekanik dan penambahan seat fisik, lebih tinggi dibandingkan 10% dan 50%. Semakin lama waktu perendaman dan semakin besar konsentrasi, degradasi fisik dan kimia lebih cepat. Pengecualian pada 50% NaOH, mobilitasnya sudah mulai menurun dibandingkan 25% dan 10%, sehingga proses degradasi lambat dan sedikit. Perbandingan antara penyerangan KOH dan NaOH terhadap GRP(UPR-iso) adalah lebih tinggi NaOH pada konsentrasi 10% dan 25%, sedangkan pada konsentrasi 50% lebih tinggi KOH. Hal ini dikarenakan BM NaK. Semakin besar konsentrasi, pendegradasian semakin cepat. Pengecualian pada 50% NaOH, mobilitasnya sudah menurun jika dibandingkan 50% KOH. Pada GRP(UPR-iso) terjadi perubahan warna dari merah muda ke kuning/coklat, dan tidak transparan. Pada spesimen yang telah direndam terbentuk lapisan terkorosi pada bagian permukaan (corroded layer forming). Mekanisme terjadinya korosi pada GRP(UPR-iso) dalam larutan basa adalah degradasi fisik dan degradasi kimia. Degradasi fisik adalah proses absorbsVdifusi larutan basa ke dalam GRP(UPR-iso) dan terjadinya proses osmosis dalam void. Sedangkan degradasi kimia adalah terjadinya berkurang atau hilangnya gugus ester karena reaksi hidrolisis oleh basa menjadi anion karboksilat dan alkohol.
Unsaturated polyester resin (UPR) has good electrical, chemical and mechanical properties. UPR can be used in various applications and equipments, such as water pipes, containers, storage tanks, buildings, automotive components, and ship hulls. The corrosion behavior of glass-fiber reinforced plastic (GRP) UPR in alkaline environment, especially KOH and NaOH, will be observed. The UPR used is Yukalac 150 HRBQTN, an isophthalatic UPR_ The specimens will be submerged in KOH and NaOH solutions to find out about GRP (UPR-iso) corrosion behavior. ASTM C 581-94 is used to determine the GRP (UPR-iso) corrosion resistance. The observed parameters are changes in hardness, thickness, weight, flexural strength retention, and flexural modulus retention. Additional analysis is done with FTIR, SEM-EDX tests. The GRP (UPR-iso) is created by using 2 layers of E-glass and 2 layers of C-glass, cut into specimens and coated with vinyl ester. The specimens are then submerged in test tubes filled with 10%, 25% and 50% weight KOH and NaOH solutions. The test tubes and the specimens are continuously heated at 50°C using water bath. The observed time intervals are 1, 2, 3, 6, 18, 29 and 39 days. The results showed that GRP (UPR-iso) mechanical properties (hardness, flexural strength, flexural modulus) weakened the longer it stays in the alkaline solutions while its thickness and weight increased. In KOH solutions, higher concentrations lead to larger weakening of mechanical properties and larger increase in thickness and weight. In NaOH solutions however, it was the 25% solution and not the 50% solution, that exhibited the biggest weakening of mechanical properties and highest increase in thickness and weight. Overall, increasing concentrations and increasing time spent submerged will accelerate the physical and chemical degradation of GRP (UPR-iso). The exception is 50% NaOH solution. At this concentration, the solution's mobility decreased compared to 25% and 10% solutions which slows down the degradation. When comparing degradations in KOH and NaOH solutions with similar concentration, NaOH caused more degradation at 10% and 25% solutions, white KOH caused more degradations at 50% solution. This is due to Sodium having higher molecular weight than Potassium, thus making Sodium's molarity bigger than Potassium's. Larger alkaline concentrations caused faster degradations with the exception of 50% NaOH solution because of the drop in mobility compared with 50% KOH solution. Another observed difference is the color change from translucent pink to yellow/brownish. The submerged specimens have corroded layer forming on the surface. The corrosion mechanism of GRP (UPR-iso) in alkaline solution is by physical and chemical degradation. Physical degradation is the process of absorption/diffusion of alkaline solution into GRP (UPR-iso) and the occurrence of osmosis in the void. While chemical degradation is the decrease or loss of esters because of hydrolysis by alkaline into alcohols and carboxylate anions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Badra Pitaloka
Abstrak :
Fiber Reinforced Plastic (FRP) sudah banyak digunakan di berbagai bidang, seperti konstruksi bangunan, industri perkapalan, dan berbagai saluran pipa (pipeline). Penggunaan FRP sebagai bahan konstruksi di industri seperti tangki penyimpan, pipa, dan lain-lain sudah mulai berkembang. Sebagai bahan yang lebih tahan korosif dibandingkan dengan logam, maka FRP berpotensi untuk dipakai sebagai bahan konstruksi tangki penampung zat-zat kimia korosif, seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida, yang pada saat ini masih banyak menggunakan logam. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap korosi glass fiber-reinforced unsaturated polyester resin jenis orto (UPR-fiber glass) dengan gelcoat di dalam larutan asam nitrat (HNO3) 40%, 50%, dan 60% dan hidrogen peroksida (H2O2) 10%, 20%, dan 30%. Perendaman dilakukan pada suhu 50°C. Setelah spesimen direndam di dalam larutan selama waktu tertentu, dilakukan analisis terhadap larutan dan spesimen yang tersisa. U PR-fiber glass yang telah direndam di dalam larutan asam nitrat dan hidrogen Feroksida mengalami penurunan sifat mekanik, yang meliputi kekerasan (Barcol), flexural strength, dan flexural modulus. Pada awal perendaman terjadi penambahan berat spesimen sampai waktu tertentu dan kemudian mengalami penurunan. Selain itu larutan perendam juga mengalami penurunan konsentrasi. Secara visual, UPR fiber glass mengalami perubahan warna. Di dalam larutan HNO3, sisi UPR-fiber glass dengan gelcoat berubah warna dari biru menjadi hijau muda, sementara sisi U PR-fiber glass tanpa gelcoat berubah dari Bening menjadi kuning. Di dalam larutan H2O2, sisi gelcoat mengalami perubahan warna dari biru menjadi biru muda sampai putih kebiruan sementara pada sisi UPR-fiber glass tanpa gelcoat terlihat garis-garis putih yang tak lain adalah serat galas. Dengan menggunakan SEM, dapat dilihat kerusakan struktur fisik spesimen yang telah direndam di dalam larutan HNO3 dan H2O2. Dengan menggunakan FT-IR, dapat diperkirakan reaksi yang terjadi pada UPR-fiber glass di dalam HNO3 adalah reaksi hidrolisis gugus ester menjadi karboksitat dan alkohol, reaksi oksidasi gugus alkohol menjadi asam karboksitat dan keton, dan reaksi pembentukan alkil nitrat. Sementara pada UPR-fiber glass di dalam H2O2 dapat diperkirakan terjadi reaksi oksidasi alkohol yang menghasilkan senyawa karboksilat, aldehid dan keton.
Fiber Reinforced Plastics (FRP) has been used in a wide range of applications such as building construction, shipbuilding industries, and various pipelines. The using of FRP as a construction material in industries, such as storage and pipes, has been developing. FRP as a material which has more corrosive resistant than metal, has a potential usage in industrial application, especially in the implementation of FRP for nitric acid and hydrogen peroxide environment. This research is to observe corrosion behavior of glass fiber-reinforced orthophthalic unsaturated polyester resin with gel coat in nitric acid (HNO3) and hydrogen peroxide (H202). The concentration of HNO3 and H2O2 are [40%, 50%, and 60%] and [10%, 20%, and 30%], respectively, the immersion temperature was 50°C. After the specimens are immersed in the solution for a certain length of time, the analysis of the remaining solution and the specimen was performed. UPR-fiber glass which has been immersed in the nitric acid and hydrogen peroxide solutions underwent a decrease of mechanical properties. These mechanical properties consist of hardness (Barcol), flexural strength, and flexural modulus. On the beginning of the immersion, the weight specimen was gained for a certain time, and then gradually decreased. The immersion solution concentration was decrease as well. By visual observation, the color of UPR was changed. in nitric acid solution, the side of UPR with gel coat turned from blue into light green. In the same condition, the part of UPR without gel coat changed from colorless into yellow. In hydrogen peroxide solution, the side of UPR with gel coat turned from blue into light blue, and finally into bluish white. While at the other side, the fiberglass in a form of white lines was also seen. Through SEM observation, the deterioration of the specimen's physical structure after immersion in a certain time into the solution can be seen. From infrared spectra (FTIR), it is expected that the reactions occurred to UPR in the nitric acid solution were a hydrolysis reaction of ester groups into carboxylic and alcohol, oxidation reaction of alcohol group into carboxylic acid and ketone, and the forming of nitric alkyl. Regarding the UPR in a hydrogen peroxide, it is predicted that an oxidation reaction of alcohol resulting in carboxylic, aldehyde, and ketone groups, occurred.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refai Muslih
Abstrak :
Studi tentang laju korosi pada baja tahan karat SUS304 dalam lingkungan air laut buatan yang dipengaruhi oleh tegangan sisa yang diukur menggunakan difraksi sinar-X metode cos- α. Korosi dalam banyak hal tidak dikehendaki. Kualitas dan penampilan benda akan berubah menurun karenanya. Salah satu pemicu korosi adalah tegangan sisa yang ada di permukaan bahan. Penelitian ini menampilkan hubungan antara tegangan sisa permukaan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini digunakan baja tahan karat SUS 304 sebagai sampel dan air laut buatan yaitu larutan NaCl 3,5% sebagai elektrolitnya. Komposisi unsur dan fasa dari sampel didapat dengan uji Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD). Topografi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik dan Atomic Force Microscope (AFM). Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada setiap proses yang dilalui oleh sampel. Sampel uji tarik sebanyak 9 buah dipersiapkan dari pelat setebal 6 mm yang dipotong dengan wirecut. Perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa diberikan kepada sampel dengan suhu 600 ℃ selama 1 jam dan didinginkan secara alami. Permukaan sampel dihaluskan dengan amplas sampai grit 2000. Sampel-sampel dikelompokkan menjadi 3 group dan kemudian dilakukan penarikan dengan regangan (strain, ε) sebesar 1%, 2% dan 3% secara berurutan. Tegangan sisa rata-rata pada sampel setelah perlakuan panas adalah -47 MPa. Tegangan total pada sampel yang telah dideformasi 1, 2 dan 3% berturut turut adalah 295, 315 dan 328 MPa. Perendaman sampel di dalam air laut buatan selama 48 jam tidak banyak mengubah karakter permukaanya. Hal ini diperoleh dari data EIS dimana tidak dijumpai adanya semicircle yang utuh dari seluruh sampel yang digunakan. Sirkuit ekivalen yang terdeteksi adalah hambatan elektrolit (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) dan lapisan pasif permukaan sampel (CPE2) beserta dengan hambatannya berturut-turut R2 dan R3. Pengukuran potensiodinamik menunjukkan penurunan potensial korosi dari -151 mV menjadi -290mV untuk sampel tanpa deformasi dan terdeformasi 3% secara berurutan. Arus korosi meningkat seiring dengan peningkatan derajat deformasi. Dari data-data hasil eksperimen telah didapat hubungan yang jelas antara laju korosi dengan tegangan sisa permukaan yang diukur dengan metode cos-⍺. ......Study of the corrosion rate of SUS304 stainless steel in an artificial seawater environment affected by residual stresses measured using X-ray diffraction cos-α method. Corrosion is in most cases undesirable. The quality and appearance of objects will change and decrease because of it. One of the triggers of corrosion is the residual stress on the surface of the material. This research shows the relationship between surface residual stress and corrosion rate. In this study, stainless steel SUS 304 was used as the test object and artificial seawater as electrolyte, namely 3.5% NaCl solution. The elemental composition and phase of the sample were obtained from Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and X-ray Diffraction (XRD) tests. The surface topography of the sample was observed with an optical microscope and Atomic Force Microscope (AFM). Residual stress measurements are carried out at each process that the sample goes through. Nine pieces of tensile test samples were prepared from a 6 mm thick plate which was cut with a wirecut. Heat treatment to remove residual stress was given to the samples at 600 ℃ for 1 hour and naturally cooled. The surface of the sample was ground with sandpaper to 2000 grit. The samples were grouped into 3 groups and then drawn with strains of 1%, 2% and 3% respectively. The average residual stress in the sample after heat treatment is -47 MPa. The total stress in the 1, 2 and 3% deformed samples were 295, 315 and 328 MPa, respectively. The immersion of the sample in artificial seawater for 48 hours did not change the surface character much. It was obtained from the EIS data where there was no intact semicircle of all the samples used. The equivalent circuits detected were the electrolytic resistance (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) and the sample surface passive layer (CPE2) along with their respective resistances R2 and R3. Potentiodynamic measurements showed a decrease in corrosion potential from -151 mV to - 290mV for 3% deformed and undeformed samples, respectively. The corrosion current increases as the degree of deformation increases. From the experimental data, a clear relationship has been obtained between the corrosion rate and the surface residual stress as measured by the cos-⍺ method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taumy Alif Firman
Abstrak :
Permasalahan korosi dalam bidang minyak dan gas, menjadi salah satu perhatian serius. Proses penanganan korosi ini dilakukan dengan dua klasifikasi metode yaitu secara fisika dan kimia. Pada penelitian ini dilakukan penanganan korosi secara kimia menggunakan 2-mercaptobenzothiazole (MBT) sebagai inhibitor korosi pada tembaga. Pengamatan dilakukan menggunakan metode berat hilang dan polarisasi ekstrapolasi Tafel dalam larutan yang mengandung ion klorida (HCl dan brine). Karakteristik film yang terbentuk diamati menggunakan spektrofotometer ATR-IR dan spektrofotometer UV Vis. Studi morfologi hasil menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuknya film Cu(II)-2-mercaptobenzothiazole pada permukaan tembaga melalui mekanisme adsorpsi isotermal Langmuir. Peningkatan konsentrasi MBT akan meningkatkan % inhibisi pada tembaga dari proses korosi, sedangkan peningkatan temperatur akan menurunkan % inhibisi korosi pada tembaga dikonsentrasi yang sama. Aplikasi penggunaan MBT dengan konsentrasi minimal 25 ppm pada temperatur 70 oC dengan waktu kontak 72 jam memberikan % inhibisi diatas 90,00 % pada brine sintetis. ...... Corrosion problems in oil and gas fields are very serious concern. Corrosion treatment process is used by two methods, physical and chemical. In this research, the corrosion treatment by chemical method with 2-mercaptobenzothiazole (MBT) as a corrosion inhibitor in copper. This research used weight loss method and polarization with extrapolation Tafel in solution which chloride ion contains (HCl and brine). Characteristic of film layer using ATR-IR spectrophotometer and UV Vis spectrophotometer. Surface morphological study was observed on SEM. The results showed that formed Cu(II)-2-mercaptobenzothiazole on copper surface through the Langmuir isothermal adsorption mechanism. Increasing of concentration MBT will improve the % inhibition of copper from the corrosion process, whereas an increase in temperature will decrease the % corrosion inhibition of copper in the same concentration. The application of MBT in the minimal concentration 25 ppm at 70 °C in 72 hours contact times gave % inhibition value more than 90.00 % in synthetic brine.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matra Rizki Pratama
Abstrak :
Pengamatan terhadap perubahan perilaku korosi sumuran material Duplex SAF 2205 yang telah diberikan perlakuan panas dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ketangguhan material tersebut telah dilakukan. Pengujian korosi sumuran dilakukan melalui metode Electrochemical Impedance Spectroscopy dan Polarisasi Potentiodynamic pada material yang telah mengalami perlakuan panas pada rentang temperatur 350-550°C dan waktu tahan 10-40 menit dimana sebagian sampel mengalami perlakuan serangan hidrogen. Berdasarkan pengamatan mikrostruktur, tidak ditemukan terbentuknya fasa sekunder pada sampel sehingga mikrostruktur sampel tidak berubah. Hasil pengujian mekanik menunjukkan proses perlakuan panas pada sampel awal akan meningkatkan kekuatan tarik hingga 10% dan kemampuan elongasi hingga 70%. Hasil pengujian korosi sumuran terlihat dengan meningkatkan temperatur perlakuan panas dan waktu tahan akan meningkatkan laju korosi, namun tidak terlalu signifikan, dimana juga terjadi perbedaan perilaku korosi sumuran pada sampel yang mengalami serangan hidrogen. ......Observation of pitting corosion behaviors in heat-treated Duplex SAF 2205, in order to improve material?s toughness has been investigated. Pitting Corrosion Investigation has been done by using Electrochemical Impedance Spectroscopy and Potentiodynamic Polarization to heat-treated samples with temperature range between 350-550°C and holding time 10-40 minutes, which half of samples underwent hydrogen charging. Based on microstructure observation, there is no microstructural change because secondary phases were not formed. Mechanical behavior examination shows that tensile strength will increase up to 10% and elongation will increase up to 70% by heat-treating samples. Corrosion pitting examination showed that increasing temperature and holding time of heat treatment will increase corrosion rate insignificantly, where the differences of corrosion rate behaviors were found in hydrogen-charged samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
Abstrak :
Boom merupakan komponen utama excavator yang dominan mengalami pembebanan, fungsi boom pada excavator merupakan arm atau tangan yang berfungsi untuk mengangkat atau menekan beban, karena fungsi tersebut sering terjadi kegagalan berupa crack pada boom. Kualitas material yang digunakan merupakan faktor penting dari kegagalan boom. Laju korosi yang disebabkan oleh buruknya kualitas permukaan merupakan faktor yang dapat menurunkan ketangguhan material boom. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa laju korosi yang disebabkan oleh kualitas permukaan material. Laju korosi dari sampel dengan permukaan yang bagus dan sampel yang memiliki cacat permukaan berupa goresan/scratch dan berlubang/pitted dianalisa dengan metode elektrokimia. Produk korosi yang terdapat pada masing ? masing sampel dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan XRD, struktur mikro dianalisa dan dibandingkan dengan menggunakan SEM untuk mengkonfirmasi secara visual laju dan produk korosi pada sampel. Uji sifat mekanis sampel dengan kualitas yang baik dibandingkan dengan uji sifat mekanis material yang telah terkorosi, uji kekerasan pada masing ? masing sampel dianalisa dengan menggunakan metode kekerasan Vickers. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan laju korosi pada masing ? masing sampel, terdapat produk korosi pada masing ? masing sampel dengan peresentasi fraksi massa yang berbeda. Tampilan butir pada mikro struktur yang berbeda juga terlihat pada masing ? masing sampel disebabkan oleh adanya produk korosi dan tingkat dominasi dari produk korosi. Dari hasil penelitian juga ditemukan penurunan nilai yield strength dari sampel yang mengalami korosi.
Boom is a major component of the dominant experience of loading excavator, boom on the excavator function is an arm or hand that serves to elevate or depress the load, since these functions often occur in the form of crack failure on the boom. The quality of materials used is an important factor of the failure of the boom. The rate of corrosion caused by poor surface quality is a factor that can lower the boom material toughness. This research was conducted by analyzing the corrosion rate caused by the quality of the material surface. Corrosion rate of the sample with a good surface and samples have surface defects such as scratches / scratch and perforated / pitted analyzed by electrochemical methods. Corrosion products contained on each sample is analyzed qualitatively and quantitatively by using XRD, microstructure was analyzed and compared using SEM to visually confirm the rate and corrosion products on the sample. Test mechanical properties of samples with good quality compared to test the mechanical properties of the material that has been corroded, hardness test on each sample was analyzed by using the method of Vickers hardness. The results showed differences in the rate of corrosion on each - each sample, there is a corrosion product on each presented a sample with different mass fractions. Display items on different micro-structures are also visible on each sample is caused by the presence of corrosion products and the degree of dominance of the corrosion products. From the results of the study also found a decrease in the value of the yield strength of the samples were subject to corrosion.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskar Nursandy
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada analisa korosi pipa trunk line yang menyebabkan pipa diganti dalam waktu 8 tahun dari 15 tahun rencana desain. Material baja API 5L Grade B dalam kondisi belum terpakai dan yang terkorosi dianalisis secara fisik dan mekanik menggunakan uji metalografi, uji tarik, uji komposisi kimia, Scanning electron microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), Difraksi Sinar-X (XRD), kemudian uji korosi dengan metode polarisasi. Pada sampel belum terpakai diperoleh nilai laju korosi 0,0531 mmpy dan sampel terkorosi diperoleh nilai 0,1377 mmpy. Juga terbentuk fasa Fe3O4 (magnetite), FeS (besi sulfida) dan SiO2 (silika). Hasil data di lapangan berupa kondisi sekitar jalur pipa trunk line dan laju korosi yang dihasilkan akibat penurunan ketebalan menghasilkan data sisa umur pakai aktual yang dibandingkan dengan sisa umur pakai sampel hasil pengujian.
ABSTRACT
This research focused on the trunk line corrosion analysis that has caused pipe replacement within 8 years instead of 15 years design lifetime. Samples of API 5L Grade B material were analyzed with physical and mechanical tests using metallographic, tensile testing, chemical composition test, scanning electron microscopy-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS), X-Ray difraction (XRD), then polarization corrosion test. On the new unused sample obtained corrosion Ade of 0.0531 mmpy and corroded sample obtained 0.1377 mmpy. Also formed phase Fe3O4 ( magnetite ) , FeS ( iron sulfide ) and SiO2 ( silica ). The results of field data in the form of conditions around the trunk line area and the pipeline corrosion rate generated due to decreased thickness obtained the actual remaining life data compared with the remaining lifetime of the sample test
2016
T46733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandit Panggih Triharto
Abstrak :
Penggunaan material austenitik stainless steel 316L untuk asam asetat yang mengandung ion bromida pada pabrik terephthalic acid mengalami kebocoran yang disebabkan terjadinya korosi sumuran pada pipa. Untuk mengatasinya dilakukan penggantian dengan material yang lebih tahan korosi. Material yang dipilih adalah SUS 317L karena material ini memiliki kandungan molibdenum yang lebih tinggi. Studi ketahanan korosi sumuran SUS 317L harus dilakukan untuk dapat mengevaluasi efektivitas penggantian material dari SUS 316L menjadi SUS 317L. Studi alternatif material lain selain SUS 317L juga dilakukan dan material yang diujicobakan adalah material yang memiliki nilai pitting resistance number yang lebih besar dari SUS 317L yaitu SUS 329J dan hastelloy C-276. Hasil studi menunjukan SUS 317L masih akan mengalami korosi sumuran seperti halnya SUS 316L dalam lingkungan asam asetat yang mengandung ion bromida. SUS 329J tidak mengalami korosi sumuran sedangkan hastelloy C-276 memiliki ketahanan korosi sumuran yang paling baik. Lapisan pasif yang terbentuk pada Hastelloy C-276 stabil dan didapatkan logam ini tidak mengalami korosi pada lingkungan asam asetat yang mengandung ion bromida.
Utilization of austenitic stainless steel SUS 316L for acetic acid solution with bromide solution that have been applied for terephthalic acid plant was leakage due to pitting corrosion. To handle this problem replacement of SUS 316L with SUS 317L was conducted. Higher molybdenum content compare with SUS 316L, SUS 317L supposed to more resistant for pitting corrosion. To evaluate the effectiveness of replacement SUS 316L with SUS 317L, study of pitting corrosion for SUS 316L and SUS 317L have been conducted. Alternative material for SUS 316L replacement also have been conducted by higher pitting resistant number material compare with SUS 317L, SUS 329J, and hastelloy C-276 was selected. Result of this study shown that SUS 317L still object of pitting corrosion same as SUS 317L under acetic acid with bromide ion environment. SUS 329J had better pitting corosion resistance due to higher molibdenum content, pitting corrosion not happen for this material. Hastelloy C- 276 is the best for pitting corrosion resistant with higest molibdenum content, this material very superior compare with SUS 316L, SUS 317L ans SUS 329J.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27510
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarmin
Abstrak :
Tesis ini mempelajari mengenai pengaruh injeksi ekstrak daun kenikir sebagai green corrosion inhibitor pada baja karbon dalam larutan 0.5M H2SO4. Dengan pengujian weight loss diperlihatkan bahwa inhibitor ekstrak daun kenikir mampu menurunkan laju korosi dengan efisiensi 71.66 % pada konsentrasi inhibitor sebesar 4000 ppm. Dari pengujian polarisasi ditunjukkan bahwa inhibitor ekstrak daun kenikir menggeser kurva polarisasi kearah atodik dan katodik (mixed type inhibitor), yang menunjukkan ciri utama sebagai inhibitor dari bahan organik. Pengujian dengan FTIR dan EDX memperkuat dugaan bahwa inhibitor ekstrak daun kenikir sebagai inhibitor adsorpsi / film forming.
This thesis is intended to study the influences of cosmos leaf extract injection as corrosion inhibitor for carbon steel in 0.5M H2SO4. By weight loss analysis, it show that inhibitor from cosmos leaf extract can reduce corrosion rate with efficiency up to 71.66 % under inhibitor injection about 4000 ppm. With polarization, it is shown that inhibitor shift polarisation curves for both of anodic and cathodic polarisation (mixed type inhibitor), shows that inhibitor have characteristic as inhibitor from organic material. FTIR and EDX analysis can be concluded that inhibitor from cosmos leaf extract act inhibition by adsorption/film forming corrosion inhibitor.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30210
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>