Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Birry Karim
Abstrak :
Latar Belakang: Human immuno deficiency virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome HIV/AIDS merupakan masalah global yang menunjukkan adanya keterkaitan antara kasus HIV/AIDS dengan adanya kejadian aterosklerosis sebagai pemicu terjadinya kasus Penyakit Jantung Koroner PJK . Pemberian Antiretroviral ARV tersebut juga berisiko untuk kejadian PJK melalui mekanisme dislipidemia, lipodistrofi, resistensi insulin dan gangguan hati, yang juga bisa menyebabkan penebalan tunika intima media.Tujuan: Mendapatkan korelasi perubahan kadar CD 4, kadar viral load dan Indeks Massa Tubuh terhadap perubahan ketebalan tunika intima media arteri karotis pada pasien HIV yang mendapat ARV lini pertama selama 12 bulanMetode: Penelitian ini merupakan studi uji korelasi terhadap 54 pasien HIV yang menggunakan data sekunder penelitian JACCANDO PROJECT. Data yang digunakan adalah data USG doppler arteri karotis, hasil CD 4, hasil viral load dan hasil Indeks Massa Tubuh IMT .Hasil: Median CD 4 sebelum pemberian ARV ialah 68 sel/ l, sedangkan median CD 4 sesudah pemberian ARV 286,5 sel/ l. Median kadar viral load sebelum ARV sebesar 1.79 log10 copy/ml, sedangkan median viral load sesudah ARV yaitu 0 log10 copy/ml. Median IMT sebelum ARV 19.6, sedangkan median sesudah 12 bulan ARV 19.72. Rerata tunika intima media arteri karotis kiri sebelum dan sesudah pemberian ARV selama 12 bulan ialah 0.58 dan 0.63 dengan p-value 0.031. Korelasi perubahan kadar CD 4 dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis kanan r= 0.08, p=0,58 , dan kiri r= 0.01, p=0,965 . Korelasi perubahan kadar viral load dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis kanan r= 0.09, p=0,54 dan arteri karotis kiri r= 0.06, p=0,66 . Korelasi perubahan kadar IMT dengan perubahan ketebalan tunika intima kanan r= - 0.11, p=0,37 dan kiri r= -0.18, p=0,19 .Simpulan: Ketebalan tunika intima mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah pengobatan antiretroviral, namun tidak didapatkan korelasi antara kadar CD4, Viral load dan indeks massa tubuh dengan ketebalan tunika intima arteri karotis. ...... Background Human immuno deficiency virus Acquired Immune Deficiency Syndrome HIV AIDS is currently a global issue related with coronary artery disease. The effects of antiretroviral ARV is accompanied with some negative features such as dyslipidemia, lipodystrophy, insulin resistance and liver dysfunction which all contribute to increasing tunima intima thickness.Objective To acquire correlation between level of CD4, viral load, and Body Mass Index BMI with changes in tunica intima of carotid artery thickness in HIV patients receiving first line ARV for 12 monthsMethods This study is a correlation study involving 54 HIV patients using secondary data from the JACCANDO PROJECT research data such as Doppler ultrasound of the carotid artery, CD4 values, viral load as well as BMI.Results Median CD before antiretroviral treatment was 68 cells l, median CD 4 after ARV 286.5 cell l. The median viral load rate before ARV was 1.79 log10 copy ml, while median viral load after ARV was 0 log10 copy ml. The median BMI before ARV was 19.6, while median after 12 months of ARV was 19.72. The mean of the left artery carotid artery intima media before and after ARV administration for 12 months was 0.58 and 0.63 with p value 0.031. Correlation of changes in CD4 levels with the thickness of tunica intima medium of right carotid artery r 0.08, p 0,58 , and left r 0.01, p 0,965 . Correlation of changes in viral load levels with the tunica thickness of the right carotid artery medium r 0.09, p 0,54 and left carotid artery r 0.06, p 0.66 . Correlation of changes in BMI levels with changes in thickness of the right tunica intima r 0.11, p 0.37 and left carotid artery r 0.18, p 0.19 .Conclusion The thickness of intima tunica increased after antiretroviral treatment, but no correlation found between CD4, viral load and BMI level with the thickness of the intima tunica carotid artery.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhiky Raymonanda Madangsai
Abstrak :
Latar belakang: Bedah pintas arteri koroner merupakan tindakan yang memiliki risiko kematian. Terdapat beberapa skor prediksi mortalitas jangka pendek yang saat ini digunakan untuk memprediksi risiko kematian 30 hari pasien pasca-bedah pintas arteri koroner salah satunya skor ACEF. Namun skor yang telah digunakan saat ini masih memerlukan penyempurnaan karena kemampuan prediksinya yang belum optimal. Peningkatan kadar glukosa darah berkaitan erat dengan peningkatan mortalitas. Namun peranan glukosa darah sebagai prediktor mortalitas belum terdapat dalam skoring ACEF. Tujuan: Mengetahui kemampuan kadar glukosa darah satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner sebagai prediktor mortalitas 30 hari dan kemampuan sebagai modifikator skor ACEF. Metode: Studi kohort retrospektif dengan menelusuri rekam medis pasien yang menjalani prosedur bedah pintas arteri koroner di RSUPN Cipto Mangunkusumo periode januari 2015 hingga desember 2022. Pada data umur, kreatinin, fraksi ejeksi, glukosa darah sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner dan kematian dari rekam medis pasien dibuat model prediksi dan dilakukan analisis performa diskriminasi dan kalibrasi. Hasil: Glukosa darah sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner dan variabel ACEF dari 322 pasien dikaji dan dianalisis. Terdapat 11,8% pasien meninggal dengan median Glukosa Darah Sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner 220.  Glukosa darah sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner memiliki AUC terbesar 0,537. Skor ACEF memiliki AUC 0,843. Modifikasi skor ACEF dengan glukosa darah sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner berupa skor prediksi baru memiliki AUC 0,843 Simpulan: Glukosa darah sewaktu satu jam pasca-bedah pintas arteri koroner tidak dapat memprediksi mortalitas 30 hari. ......Background: Coronary Artery Bypass Graft Surgery (CABG) is one of cardiac surgery with risk of mortality. There are already many scores to predict mortality in 30 days after CABG, one of them is ACEF score. Although it is relatively easy to use, ACEF score is still considered imperfect. Other studies have shown that hyperglycemia increases risk of mortality, including post CABG. Hyperglycemia or blood glucose is still rarely found in established scoring systems. Objective: To find added predictive value of adding blood glucose to ACEF score in predicting 30-days post CABG mortality. Methods: This study is a retrospective cohort study. Data was collected from medical records of patients who went CABG in RSUPN Cipto Mangunkusumo from January 2015 to December 2022. Age, creatinine, ejection fraction, and mortality were analyzed and synthesized to make new models. We calibrated and found the discrimination of new model. Results: We analyzed one hour-post CABG blood glucose level and ACEF score component from 322 patients. Thity-day mortality following surgery was observed in 38 subjects (11.8%). The median blood glucose was 220. The AUC of blood glucose to predict 30-days mortality is 0,537. The AUC of ACEF score in this study is 0,843. The model of adding blood glucose to ACEF score has AUC 0,843. Conclusion: One hour post CABG blood glucose level didn’t add predictive value to ACEF of 30 days post CABG mortality.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library