Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elena Maliani
"Tujuan: Menentukan hubungan antara volume lemak perikardial dengan derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria pada pasien yang menjalani pemeriksaan dual-source CT jantung di RSCM, sehingga dapat dilakukan penentuan titik potong volume lemak perikardial yang dapat digunakan untuk mendeteksi derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria hanya dengan menghitung volume lemak perikardial saja.
Metode: Analisa retrospektif hasil CT jantung dari 53 pasien yang diambil secara consecutive, meliputi penilaian derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria dan penghitungan volume lemak perikardial. Derajat stenosis aterosklerosis arteri koronaria dikelompokkan menjadi tidak ada stenosis, ringan, sedang dan berat, berdasarkan metode indeks prognosis Duke. Volume lemak perikardial dihitung dalam satuan cm3 dengan menggunakan perangkat lunak analisa volume pada cardiac workstation (Siemens, Leonardo), lemak perikardial adalah gabungan antara lemak epikardial dengan lemak parakardial. Analisa statistik penelitian ini menggunakan uji Anova.
Hasil: Terdapat hubungan positif antara volume lemak perikardial dengan stenosis arteri koronaria derajat sedang pada pasien di RSCM yang menjalani pemeriksaan DSCT jantung. Titik potong volume lemak perikardial untuk mendeteksi stenosis arteri koronaria derajat sedang adalah 185 cm3 (≥ 185 cm3 dan < 185 cm3), dengan nilai sensitifitas 81,8 %, spesifisitas 63,15 %, akurasi 70 % dan OR 7,71 pada 95 % interval kepercayaan 1,03 - 72,06.
Kesimpulan: Volume lemak perikardial dapat digunakan untuk menentukan stenosis arteri koronaria derajat sedang, sehingga dapat dipakai sebagai suatu acuan deteksi dini stenosis arteri koronaria bagi pasien yang beresiko terhadap kejadian PJK.

Purpose: to determine the correlation between pericardial fat volume and stenosis grade of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital and cut off point of pericardial fat volume that can be used to determine stenosis grade of atherosclerotic coronary artery.
Methods : Retrospective analysis of 53 consecutive patients who underwent dualsource cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital, the assessment was include stenosis grade of atherosclerotic coronary artery and pericardial fat volume. Stenosis grade were classified as no stenosis, mild, moderate and severe based on prognostic index Duke. Pericardial fat volume was measured in cm3 using the Volume Analysis software tool of our cardiac workstation (Siemens, Leonardo), pericardial fat defined as epicardial fat plus paracardial fat. Statisticall analysis were performed with Anova test.
Results : There was positive correlation between pericardial fat volume and moderate stenosis of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital. A cut-off value of 185 cm3 (≥ 185 cm3 and <185 cm3) determined a sensitivity and specivicity to detect moderate stenosis of 81,8% and 63,15%, with accuracy of 70% and OR 7,71 in 95% confident interval 1,03 - 72,06.
Conclusions : Pericardial fat volume can be use to determine moderate stenosis of atherosclerotic coronary artery in patients who underwent dual-source cardiac CT in Cipto Mangunkusumo hospital due to early detection for coronary stenotic condition in patient who have higher risk for CAD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Gosal
"Latar Belakang: Carotid stiffness (CS) merupakan perubahan fungsional pada arteri karotis akibat aterosklerosis. Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) akan mempercepat dan memperburuk aterosklerosis sehingga meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular. Sampai saat kini belum ada data di Indonesia tentang CS pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) stabil dengan DMT2 yang menggunakan sistem otomatis echotracking ultrasound berbasis frekuensi radio. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan CS pada pasien PJK stabil dengan dan tanpa DMT2.
Metode: Comparative cross-sectional antara kelompok pasien PJK stabil dengan dan tanpa pasien DMT2. Pemeriksaan CS dilakukan dengan posisi pasien berbaring telentang secara non-invasif pada 1 cm sebelum bulbus arteri karotis kiri dan kanan menggunakan automatic echotracking radiofrequency-based ultrasound dengan probe linear 3-13 MHz. Pengukuran CS dilakukan sebanyak enam kali pada masing-masing sisi arteri karotis dengan nilai tertinggi rerata carotid Pulse Wave Velocity (car-PWV) sebagai nilai CS individu.
Hasil: Dari total 42 pasien (21 pasang) yang diperiksa didapatkan nilai rerata car-PWV pasien PJK stabil dengan DMT2 lebih tinggi dibandingkan pasien PJK stabil tanpa DMT2 (9,8±1,3m/s vs 6,7±1,3m/s, p< 0,001).
Kesimpulan: Nilai carotid stiffness pasien PJK stabil dengan DMT2 lebih tinggi dibandingkan pasien PJK stabil tanpa DMT2.

Background: Carotid stiffness (CS) represents the functional changes in carotid arteries due to atherosclerosis. Progression of atherosclerosis was more accelerated in type 2 diabetes mellitus (T2DM) compared to non-diabetic patient, thus increasing the risk of cardiovascular events. Until now there is no data of CS in stable coronary artery disease (CAD) with T2DM in Indonesia using automatic echotracking radiofrequency-based ultrasound. The aim of this study was to compare CS in stable CAD with and without T2DM patient.
Method: Comparative cross-sectional between group of stable CAD with and without T2DM patients. CS was measured in patient lying down non-invasively at 1 cm proximal to bulbus of the left and right carotid artery using automatICechotracking radiofrequency-based ultrasound system, 3-13 MHz linear probe. The highest mean carotid pulse wave velocity (car-PWV) value of six measurements of both side was used as an individual CS.
Result: Total 42 patients (21 pairs) was examined. Mean value of car-PWV stable CAD with T2DM patient is higher than stable CAD without T2DM patient (9.8 1.3 m/s vs. 6.7 1.3 m/s, p<0.001).
Conclusion: Carotid stiffness value of stable CAD with T2DM patient is higher than stable CAD without T2DM patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T55967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library