Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Onzi Aldi Ramaga
Abstrak :
Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat rayon-g- (PMAA-co-MBAAm) yang dibuat melalui pencangkokan (grafting) asam metakrilat (MAA) dan penambahan Methylene bis-Acrylamide (MBAAm) sebagai kopolimer cangkok serat rayon-g-PMAA. Serat rayon yang digunakan diperoleh dengan variasi dosis iradiasi 20 KGy dan 28 KGy, dan variasi waktu pencangkokan 30 menit dan 90 menit. Dosis iradiasi berhubungan dengan kerapatan pusat aktif yang terbentuk pada serat rayon dan waktu pencangkokan berhubungan dengan pertumbuhan panjang rantai tercangkok. Untuk menggambarkan panjang rantai tercangkok dilakukan pengukuran viskositas instrinsik larutan dari serat yang dihidrolisis dengan asam kuat pekat (H2SO4 72 %) dan pengukuran FTIR untuk gel (serat yang tidak terhidrolisis dengan asam kuat pekat). Uji aplikasi serat rayon-g- (PMAA-coMBAAm) dilakukan terhadap penentuan kapasitas adsorpsi penukaran, selektivitas, serta kinetika adsorpsi penukarannya terhadap beberapa ion logam. Semua percobaan dilakukan dengan metode Batch dengan menentukan kadar ion-ion logam sebelum dan sesudah penyerapan dengan menggunakan AAS. Pengukuran spektrum IR terhadap gel hasil hidrolisis serat rayon-g-PMAA oleh asam sulfat pekat menunjukkan naiknya intensitas serapan terhadap serat rayon-g-PMAA yang mengalami waktu pencangkokan lebih lama. Uji Kapasitas adsorpsi penukaran terhadap ion ion H" dan Na"", memberikan nilai kapasltas terbesar untuk serat rayon-g- (PMAA-co-MBAAm) dengan dosis iradiasi 28 KGy waktu pencangkokan 90 menit. Keselektifan keempat sampel serat rayon-g-(PMAA-co-MBAAm) menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap ion logam dari pada Co^'^dan Cd^* pada pH kisaran 4,0-7,0. Uji kinetika menunjukkan kesesuaian dengan persamaan kinetika reaksi pseudo orde 1 untuk reaksi reversibel. Serat dengan dosis 20 KGy-90 menit yang diperkirakan mempunyai kerapatan pusat aktif tinggi dengan panjang rantai tercangkok panjang, memberikan harga konstanta laju adsorpsi (K) yang lebih besar dibandingkan dengan serat dosis 20 kGy-30 menit. Isoterm adsorpsi Freundlich yang dipelajari pada serat dengan dosis 20 kGy-30 menit menunjukkan distribusi energi penyerapan yang heterogen terhadap penyerapanlon logam Cu^^ dan Co
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Joshua Y. B.
Abstrak :
Fenomena kristalisasi dari material polipropilena kopolimer impak IPC dimodelkan secara non-isotermal dengan model kinetika Nakamura yang merupakan perluasan dari model kinetika isotermal Avrami. Teori Hoffman-Lauritzen digunakan di dalam kinetika Nakamura untuk menggambarkan kecepatan kristalisasi rata-rata sebagai fungsi dari temperatur. Beberapa parameter pada persamaan Hoffman-Lauritzen seperti konstanta nukleasi dan pre-exponential factor harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengacu pada data differential scanning calorimetry DSC dari IPC murni. Hasil permodelan kemudian dibandingkan dengan data DSC dari hasil eksperimen IPC yang ditambahkan 5, 15, dan 25 serat kenaf dengan temperatur pencampuran 170oC dan waktu pencampuran 15 menit. Serat kenaf yang digunakan diberi perlakuan alkalinisasi dengan larutan NaOH 6 selama 8 jam. Penambahan konsentrasi serat kenaf memicu penurunan indeks Avrami n sampel dari n=3 menuju n=2. Indeks Avrami n=2 menunjukkan bahwa sampel mengalami kristalisasi dengan pertumbuhan secara 1-dimensi. Tetapi, terdapat beberapa perbedaan dari kurva kristalisasi antara hasil simulasi dan data eksperimen yang didapatkan. Perbedaan ini dapat disebabkan karena terjadinya fenomena secondary nucleation dan kurangnya masukan kalor yang diberikan pada saat proses pencampuran IPC dengan serat kenaf.
The non isothermal crystallization phenomenon of impact polypropylene copolymer IPC has been modeled using the Nakamura equation model which is an extension of the Avrami equation. The theory of Hoffman Lauritzen is used inside the Nakamura kinetic model to describe the average crystallization rate as a function of temperature. Some parameters of Hoffman Lauritzen need to be calibrated first by considering the differential scanning calorimetry DSC data of pure IPC. We compared the model predictions with the DSC non isothermal crystallinity results of IPC with additions of 5, 15, and 25 kenaf fiber. The mixing temperature and mixing time in this experiments were 170oC and 15 minutes, respectively. The kenaf fiber was pre treated with 6 NaOH for 8 hours. The addition of kenaf fiber showed a decrease in Avrami index of the sample from n 3 to n 2. Indicating that the crystallization process was experiencing a 1 dimensional growth. However, there were several discrepancies between the model predictions and experimental results. The phenomenon of secondary nucleation and the lack of heat input in IPC mixing process with the kenaf fiber could cause these differences.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Azzahra
Abstrak :
Polimerisasi emulsi banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, pada tahun 1998 penggunaan polimer emulsi mencapai 7,4 juta metrik ton, dan bertambah seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2007 penggunaan polimerisasi emulsi meningkat menjadi 10,1 juta metrik ton, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 3,6%. Penelitian ini berfokus pada sisntesis kopolimerisasi emulsi dua monomer Stirena dan Asam metakrilat (MAA) dengan penambahan APS sebagai larutan inisiator dan SDS sebagai larutan surfaktan, dengan tujuan mempelajari karakteristik pada proses kopolimerisasi Stirena dan Asam Metakrilat menggunakan ammonium persufat sebagai insiator dengan media polimerisasi di dalam fasa air. Sebagian dibedakan berdasarkan penggunaan monomer Asam Metakrilat (MAA) yaitu, 17,5 g, 25 g, dan 32,5 g. Selama reaksi polimerisasi berlangsung temperatur berada pada suhu 70-80℃, kecepatan agitator 300 rpm, dan menggunakan teknik semi-kontinu selama 4 jam. Beberapa karakterisasi Stirena/MAA antara lain pH bernilai 3 dan 4, densitas antara 0,9 - 1,1 g/mL, kandungan padatan yang memiliki nilai berkisar 15,7-28,9%, viskositas antara 7,96-16,9 mPa.s. Sintesis Stirena/MAA pada spektrum FTIR menunjukan hilangnya peak pada gelombang yang berkisar diantara 900 cm-1 sampai dengan 3082 cm-1 sehingga dapat ditetapkan kopolimer pada Stirena/MAA sudak terbentuk. Efek penambahan penggunaan surfaktan SDS mempengaruhi viskositas kekentalan dari proses selama polimerisasi. Pada aplikasi kekuatan daya rekat dapat dipengaruhi penggunaan SDS pada produk. ......Emulsion polymerization is widely used for daily needs, in 1998 the use of emulsion polymers reached 7.4 million metric tons, and increased over time, in 2007 the use of emulsion polymerization increased to 10.1 million metric tons, with an annual growth of 3.6%. This research focuses on the copolymerization synthesis of two monomer Styrene and Methacrylic Acid (MAA) emulsions with the addition of APS as an initiator solution and SDS as a surfactant solution, with the aim of studying the characteristics of the copolymerization process of Styrene and Methacrylic Acid using ammonium persulfate as an initiator with polymerization media in the phase water. Some are differentiated based on the use of methacrylic acid monomer (MAA), namely, 17.5 g, 25 g, and 32.5 g. During the polymerization reaction, the temperature was at 70-80 ℃, the agitator speed was 300 rpm, and used a semi-continuous technique for 4 hours. Several characterizations of Styrene/MAA include a pH value of 3 and 4, a density between 0.9-1.1 g/mL, a solids content that has a value ranging from 15.7-28.9%, viscosity between 7.96-16.9 mPa. s. The synthesis of Styrene/MAA in the FTIR spectrum shows the loss of peaks in waves ranging from 900 cm-1 to 3082 cm-1 so that it can be determined that the copolymer in Styrene/MAA has not been formed. The effect of adding the use of SDS surfactant affects the viscosity of the process during polymerization. In the application of adhesive strength can be affected by the use of SDS in the product.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover