Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renaldi Ednin Vernia
Abstrak :
ABSTRAK Tingginya permintaan jalak putih (Acridotheres melanopterus) di pasaran tidak diiringi dengan populasi yang melimpah di alam. Jalak putih pada saat ini sudah sulit ditemukan di alam liar dengan status Critically Endangered atau kritis (IUCN). Oleh karena itu manusia mulai melakukan penangkaran terhadap burung ini untuk memenuhi kebutuhan pasar ataupun sebagai usaha pelestarian. Banyaknya penangkaran yang bermunculan tidak dibarengi dengan cukupnya pengetahuan penangkar mengenai jalak putih. Kenyataan bahwa jalak putih terbagi kedalam tiga spesies tidak banyak diketahui oleh penangkar dalam mengawinkan jalak putih. Hal ini mengakibatkan banyaknya perkawinan silang baik sengaja ataupun tidak disengaja antar spesies jalak putih di penangkaran. Fenomena hibridisasi yang terjadi di penangkaran dapat menuntun jalak putih menuju kepunahan dikarenakan spesies murni perlahan hilang. Jalak Putih hibrida secara langsung dapat diketahui dari ciri-ciri morfologinya yang berbeda dengan spesies murni jalak putih. Secara morfologi, pengamatan langsung dapat dilakukan untuk mengidentifikasi ciri-ciri jalak putih hibrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri utama yang membedakan jalak putih hibrida dengan murni terdapat pada bagian bulu punggung. Jalak putih hibrida memiliki bulu abu-abu di bagian punggung sedangkan jalak putih murni berwarna putih bersih. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa manajemen penangkaran jalak putih di Indonesia masih banyak didasarkan pada pengalaman. Belum ada penelitian yang secara khusus meneliti fenomena hibridisasi pada jalak putih sehingga hasil penelitian ini juga sangat penting untuk menghasilkan dasar-dasar pengetahuan mengenai jalak putih hibrida yang akan sangat bermanfaat bagi usaha pelestarian burung ini di masa depan.
ABSTRACT The high demand for black-winged myna (Acridotheres melanopterus) on the market is not accompanied by an abundant population in the nature. Black-winged myna is now difficult to find in the wild with critical endangered or critical (IUCN) status, therefore humans began to capture these birds for the market needs or as a conservation programs. The number of captive breeding is not accompanied by sufficient knowledge of the breeders about the black-winged myna. The fact that black-winged mynas are divided into three species is not known by many breeders in mating the black-winged myna. This is making the risk of cross-breeding or hibridization higher whether intentionally or not between the species of black-winged myna in captivity. The hybridization phenomenon that occurs in captivity can lead the black-winged myna to extinction after the pure species are replaced by the hybrids. Hybrid black-winged myna can be identified directly from the different morphological characteristics compared to pure white starlings. Morphologically, direct observations can be made to identify the characteristics of hybrid black-winged myna. The results of the study show that the main features that belongs to the hybrids is can be found on the back feathers. Hybrid black-winged myna is having gray feather on the back while pure white starlings are pure white. The results also show that the management of black-winged myna captive breeding in Indonesia is still have a lot of tings to be fixed. There are no studies specifically for the hybridization phenomenon in the black-winged myna. The results of this study are also very important as a base to produce the basics management and information that will be very helpful for the conservation program of the birds in the future.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Helmanto
Abstrak :
Saurauia merupakan salah satu marga tumbuhan dari suku Actinidiaceae. Marga tumbuhan ini tersebar alami di beberapa dataran tinggi daerah tropis dan subtropis, termasuk kawasan Gunung Slamet di Indonesia. Beberapa spesies Saurauia berpotensi sebagai obat tradisional untuk mengobati diabetes, kanker dan kolesterol. Saat ini populasi Saurauia di Indonesia mulai berkurang. Beberapa spesies Saurauia masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi populasi, preferensi habitat dan menyusun strategi konservasi Saurauia spp. di kawasan Gunung Slamet. Penelitian dilakukan di 4 lokasi pada lereng yang berbeda di Gunung Slamet pada elevasi 900--2400 mdpl. Pengambilan data populasi dilakukan dengan purposive sampling mengikuti jalur pendakian yang sudah ada. Plot ukur seluas 20x20 m2 dibuat pada lokasi ditemukannya Saurauia spp. Data yang diambil meliputi spesies, jumlah, tinggi dan diameter. Beberapa parameter lingkungan dicatat seperti elevasi, kemiringan lereng, arah lereng, tutupan kanopi, pH, kelembapan relatif tanah, suhu dan kelembapan relatif udara. Analisis faktor habitat dilakukan dengan metode Principle Component Analysis (PCA). Pemodelan distribusi spasial dilakukan menggunakan maxent v3.3. Hasil penelitian ditemukan 636 individu Saurauia dalam 103 plot ukur. Jumlah tersebut terdiri dari 4 spesies Saurauia, yaitu S. nudiflora DC. (90 individu), S. pendula Blume (382), S. microphylla de Vriese (145) dan S. bracteosa DC. (19). Struktur populasi Saurauia yang ditemukan didominasi oleh fase anakan sekitar 63,99 % dan fase dewasa 36,01 %. Hasil PCA menunjukkan bahwa faktor elevasi sangat berpengaruh terhadap sebaran Saurauia di Gunung. Faktor-faktor pengganggu pertumbuhan populasi Saurauia spp antara lain faktor alam (patah, epifit dan liana) dan faktor antropogenik (penebangan dan perubahan fungsi lahan selain hutan). Beberapa strategi konservasi perlu dilakukan antara lain mempertahankan fungsi hutan lokasi sebaran Saurauia spp., konservasi ex-situ S. nudiflora dan S. bracteosa, dan reintroduksi S. nudiflora dan S. bracteosa di kawasan Gunung Slamet. ......Saurauia belongs to Actinidiaceae family. These genus is naturally distributed in tropical and subtropical highlands, including Mount Slamet in Indonesia. Some species of Saurauia have potential use as traditional medicines for diabetes, cancer and cholesterol. Currently, the population of Saurauia in Indonesia has begun to decrease. Some species of Saurauia are included in the IUCN Red List. This research aims to determine the population conditions and habitat preference as well as to develop conservation strategy of Saurauia spp. in Mount Slamet. This research was conducted at 4 locations on different slopes of Mount Slamet with the elevation range of 900--2400 m above sea level. Population data collection was carried out by following an existing climbing path using the purposive sampling method. Measuring plots of 20x20 m2 were made at the locations where Saurauia spp were located. The data taken included the species types, number of individual, height and diameter of Saurauia. Several environmental parameters were also recorded in each plot, including elevation, slope, aspects, canopy cover, soil pH, soil Rh, temperature and humidity. Analysis of habitat factor was done by Principle Component Analysis (PCA) using SPSS software. Spatial distribution model was performed using maxent v 3.3. The results of study showed that there were 636 Saurauia individuals in a total of 103 measuring plots. These individuals consisted of 4 species namely S. nudiflora DC. (90 individuals), S. pendula Blume (382), S. microphylla de Vriese (145) and S. bracteosa DC. (19). The Saurauia population structure was dominated by juvenile phase with approximately 63.99 %, whereas the mature phase was onlys 36.01 % from the total population. PCA results showed that the elevation factor affects the distribution of Saurauia in Mount Slamet. The threatening factors of Saurauia spp. population include natural factors (stem broken, epiphytes, liana) and anthropogenic factors (logging and land use conversion). Several conservation strategies need to be done i.e. preserve the forest function on Saurauia spp. natural distribution area on Mount Slamet, ex-situ conservation on S. nudiflora and S. bracteosa, and reintroduction program on  S. nudiflora and S. bracteosa  in Mount Slamet area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library