Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusdi Bahalwan
Abstrak :
Pencemaran lingkungan adalah kondisi lingkungan fisik (air, tanah, udara) yang terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Sumber pencemar dapat berasal dari limbah kegiatan manusia, dapat pula berasal dari kondisi alam. Saat ini pencemaran terhadap air ditemui pada banyak lokasi terutama di tempat di mana banyak kegiatan manusia, antara lain di sekitar industri, pemukiman, air sungai yang tercemar mengandung bahan organik yang tinggi dan mineral. akibat pencemaran udara, air hujan tercemar sehingga air menjadi asam. Air hujan ini kemungkinan besar merupakan air hujan yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat, dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut. Demikian pula air tanah yang terintrusi air laut mengandung chlorida tinggi yang berakibat pH menjadi rendah atau air bersifat asam. Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air baik dengan air hujan, air tanah, air sungai, air laut. Salah satu hal yang menyebabkan penurunan kekuatan beton bertulang ini adalah apabila terjadi korosi. Korosi adalah proses terjadinya oksidasi logam yang menyebabkan rusaknya struktur logam yang biasanya diikuti dengan berkurangnya logam masuk dalam cairan. Apabila air masuk ke dalam suatu struktur beton bertulang dimana air berfungsi sebagai elektrolit dan berkontak dengan besi tulangan maka proses korosi akan terjadi dan akibatnya kekuatan beton bertulang tersebut berkurang. Masuknya air ke dalam beton bertulang tergantung dari tingkat permeabilitas beton tersebut. Makin tinggi permeabilitas beton makin rendah mutu beton. Penelitian ini dimulai dengan mencari air hujan yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL dan dipilih air hujan daerah jalan tol Cikampek. Sampel air hujan tersebut diperiksa kualitas airnya dan tulangan baja yang diteliti adalah ST.41 dan ST.60 serta diukur laju korosinya dengan 2 cara yaitu elektrokimia dan immersion test dengan air rendaman air hujan tercemar dan air bersih sebagai pengontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur. Hasil laju korosi berdasarkan uji elektrokimia adalah, untuk air hujan nilai laju korosi tulangan S.T 41=0,926mpy(0,05mm/year) dan tulangan S.T = 60=0,558mpy(0,215mm/year), sedangkan air bersih laku korosi tulangan S.T 41=3.2934mpy(0,215mm/year), nilailaku korosi tulangan S.T 60=0,882mpy(0,0224mm/year). Untuk metode immersion test air bersih mempunyai nilai laju korosi 7,176mpy(0,182mm/year). Angka ini lebih dapat diterima karena proses percobaannya mendekati kondisi lapangan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah semakin rendah mutu beton, semakin besar kemungkinan terjadinya korosi. Makin tercemar air yang berada di sekitar beton bertulang, makin cepat korosi terjadi. Pembuktian terhadaphipotesis ini diwujudkan dengan melakukan percobaan di laboratorium dengan menentukan angka permeabilitas beton bertulang pada berbagai jenis air yang tercemar tersebut, kemudian mengukur laju korosi tulangan tanpa lapis beton dan tulangan berlapis beton secara teoritis, serta mengidentifikasi kualitas air sungai, air laut, air rawa, dan air hujan. Manfaat penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang korosi beton bertulang, dan dapat digunakan untuk mencari alternatif pemecah masalah korosi tersebut.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runtulalu, Sony C.
Abstrak :
Air sungai yang tercemar adalah air sungai yang kondisinya terkontaminasi oleh bahan pencemar melebihi batas-batas yang telah ditetapkan. Banyak bangunan beton bertulang yang kontak dengan air sungai tersebut. Air sungai yang tercemar ini diperkirakan mengandung unsur-unsur yang berpotensi menyebabkan korosi pada tulangan beton tersebut sehingga dimensi tulangan mengecil dan akibatnya kekuatan beton bertulang itu berkurang. Penelitian ini bermaksud untuk mencari karakteristik-karakteristik apa saja yang terdapat dan dominan dalam air sungai dengan laju korosi pada tulangan dan fenomena korosi pada beton bertulang dan mencari hubungan kekuatan tarik (mutu) tulangan dengan ketahanannya terhadap korosi. Korosi didefinisikan sebagai kerusakan atau kemerosotan material logam karena bereaksi dengan lingkungannya melalui reaksi kimia. Air sungai tercemar merupakan salah satu lingkungan penyebab korosi. Adapun sifat-sifat air sungai yang bisa menyebabkan korosi adalah pH, temperatur, suspended solids, daya hantar listrik, dissolved oxygen, sulfat klorida, angka permanganat dan sebagainya. Lingkungan ini baru bisa menyebabkan korosi pada tulangan beton apabila lapisan pasif pelindung tulangan itu dirusak. Pada beton, lapisan selimut beton membentuk lapisan pasif yang melindungi tulangan dari proses korosi. Pada waktu lapisan beton ini rusak akibat karbonasi maka proses korosi dimulai. Lama waktu proses terjadinya kerusakan pada lapisan pasif biasa disebut dengan istilah periode inisiasi. Korosi pada tulangan ini terutama disebabkan oleh ion klorida. Korosi merupakan suatu reaksi elektrokimia, ada dua reaksi yaitu reaksi anodik yang melepaskan elektron dan reaksi katodik yang menangkap elektron. Penelitian meliputi pemeriksaan kualitas air sungai tercemar dengan standar AWWA, terutama parameter yang mempengaruhi terjadinya korosi pada logam (baja); mengukur laju korosi pada tulangan baja denan cara elektrokimia dan tes celup (ASTM). Sedangkan pada tulangan berlapis beton dilakukan kajian secara teoritis. Dari hasil penelitian terkait diuraikan bahwa dalam medium air sungai tercemar beton akan lebih cepat rusak (tingkat kerusakan 12,04%) daripada dalam medium air bersih (tingkat kerusakan 0%) dan dapat diperkirakan pula bahwa angka permeabilitas beton dalam air sungai tercemar lebih besar dari angka permeabilitas beton dalam air bersih (3,331 _m/detik). Makin cepat beton rusak dan makin tinggi angka permeabilitas dalam air sungai tercemar, makin cepat pula periode inisiasi. Pendeknya waktu periode inisiasi beton dalam air sungai tercemar ini disebabkan karena agresifitas lingkungan yaitu kadar sulfat tinggi dan suspended solids rendah. Pemeriksaan kualitas air sungai tercemar menunjukkan bahwa dalam air sungai tercemar terdapat unsur-unsur yang bisa menyebabkan korosi pada baja tulangan. Unsur yang dominan adalah klorida (1028,99% lebih besar dari air bersih), sulfat (337,32% lebih besar dari air bersih), dan angka permanganat (338,64% lebih besar dari air bersih). Di samping itu diperoleh bahwa: laju korosi baja tulangan dalam medium air sungai tercemar (4,63 mpy untuk mutu ST41 dan 4,36 mpy untuk mutu ST60) lebih tinggi dibandingkan dengan laju korosi baja tulangan pada medium air bersih (3,605 mpy untuk mutu ST41 dan 0,63 mpy untuk mutu ST60) baik pada mutu baja ST41 (1,28 kali) maupun pada mutu ST60 (6,92 kali) dan laju korosi baja tulangan mutu ST41 (4,63 mpy dalam air sungai tercemar dan 3,605 mpy dalam air bersih) lebih tinggi dibanding dengan laju korosi baja tulangan mutu ST60 (4,36 mpy dalam air sungai tercemar dan 0,63 mpy dalam air bersih) baik dalam medium air sungai tercemat (1,06 kali) maupun dalam medium air bersih (5,72 kali).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Ricardo
Abstrak :
Permasalahan yang sering dihadapi oleh konstruksi bangunan sipil yang berada di wilayah perairan adalah bahaya korosi yang disebabkan oleh air laut. Dampak dari bahaya korosi terhadap konstruksi bangunan adalah dapat memperpendek umur layan dari struktur. Hal ini disebabkan karena material yang sudah terkena korosi tidak mampu berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu struktur yang sudah terkorosi perlu mengalami perbaikan pada materialnya yaitu pada material beton dan tulangan beton. Pada penelitian yang telah dilakukan Sdr. Ending A. Kodir, simulasi pembebanan dilakukan pada balok sederhana yang telah mengalami perbaikan pada material beton dan tulangan betonnya untuk mengetahui besar lendutan yang terjadi. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kapasitas kekuatan balok yang mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan balok yang tidak mengalami perbaikan (balok standar). Dalam laporan ini akan dianalisa perbandingan hasil hubungan beban dengan lendutan yang didapat dari hasil percobaan di atas dengan analisa perhitungan teoritis. Analisa perhitungan menggunakan metode diskretisasi elemen pada struktur dimana struktur dibagi menjadi elemen-elemen kecil, dimana tiap elemen dibagi dalam beberapa layer. Tiap layer menyumbangkan nilai modulus geser (nilai G) yang berbeda-beda tergantung dari besarnya regangan material beton yang didapat dari hubungan moment-curvature. Berdasarkan hubungan moment-curvature, maka setiap penambahan beban yang terjadi pada struktur dapat diketahui besarnya lendutan yang terjadi (baik lendutan akibat lentur maupun akibat geser) dengan menggunakan metode conjungated beam. Berdasarkan analisa perhitungan dengan menggunakan metode tersebut, maka didapat hasil hubungan beban-lendutan yang cukup signifikan (sesuai) dengan hasil percobaan. Selain itu dari hasil analisa perhitungan didapat bahwa kapasitas kekuatan balok yang mengalami perbaikan cukup baik dan aman untuk digunakan di dalam lapangan.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S35022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Donny Ari
Abstrak :
Pada bangunan teknik sipil sering terjadi kerusakan, terutama pada bagian strukturnya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada struktur yang rusak tersebut juga mengingat mahalnya biaya suatu bangunan. Bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan banyak ditemui pada daerah yang lingkungannya bersifat korosif seperti pada daerah pantai hal ini disebabkan karena air laut atau uap air pada daerah tersebut mengandung ion klorida yang sangat bersifat korosif. Banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaiki struktur tersebut dengan cara membongkar bagian bangunan yang rusak lalu memberikan perkuatan dengan sambungan pada tulangannya dan pengecoran kembali dengan mutu beton yang lebih tinggi. Sambungan yang biasa diterapkan pada tulangan adalah sambungan las atau Wga sambungan mekanik. Akibat perbaikan pada tulangan maka akan timbul perilaku yang berbeda terhadap struktur dibandingkan dengan struktur awal. Oleh karena itu diperlukan analisis pengaruh sambungan tersebut terhadap struktur. Berdasarkan hasil eksperimen dan data-data yang diperoleh dilakukan analisis dengan memperhatikan lendutan yang terjadi pada struktur terhadap penambahan beban yang berangsur-angsur. Dalam analisis ini digunakan asas Bemuoilli yaitu dengan cara memperhatikan pengaruh momen terhadap kelengkungan pada sebuah elemen kecil dari balok. Kemudian berdasarkan sifat dari elemen kecil tersebut dapat dicari lendutan di tengah bentang balok dengan cara mengintegralkan setiap elemen pada balok yang telah dibagi menjadi elemen-elemen kecil. Hasil analisis membuktikan bahwa balok perbaikan masih dapat menerima beban kerja mendekati beban kerja struktur awalnya, menurut peraturan SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.15. Perilaku lendutan yang terjadi apabila dilihat dari kurva beban-lendutan adalah untuk balok perbaikan kurvanya lebih landai dibandingkan balok standar. Ini berarti untuk besar beban yang sama balok perbaikan berdeformasi lebih besar daripada balok standar. Pengaruh kelandaian kurva beban-lendutan balok perbaikan dikarenakan pada sambungan tulangan terjadi slip yang mengakibatkan balok perbaikan lebih tidak kaku dibandingkan balok standar. Fenomena terjadinya pengecilan luasan tulangan di sambungan juga mempengaruhi kekakuan struktur.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S34958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ikhwan Buzar
Abstrak :
Untuk menunjang kesejahteraan hidup manusia maka diperlukan prasarana sipil untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hal tersebut. Parasarana sipil ini sebagian besar terbuat dari beton bertulang. Tetapi akibat terbatasnya lahan, maka banyak bangunan sipil yang dibangun di atas tanah-tanah kosong yang dulunya merupakan sebuah rawa atau dengan cara menguruk rawa yang sudah ada. Rawa ini mempunyai kemungkinan besar merupakan rawa yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut. Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung ini dapat berupa kadar pH yang rendah banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan beberapa faktor lingkungan dan faktor diri beton itu sendiri apakah itu mutu tulangan yang digunakan ataupun mutu dan tebal selimut betonnya. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL untuk mencari lokasi rawa tercemar dan dipilih rawa Pedongkelan, Jakarta Timur. Kemudian mengambil sampel air untuk dperiksa kualitas airnya. Baja tulangan yang diteliti adalah ST41 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan 2 cara yaitu Elektrokimia dan cara Emmersion dengan air rendaman air rawa tercemar dan air bersih sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur. Hasil yang didapat adalah berdasarkan uji EK, untuk air rawa nilai laju korosi tulangan ST 41 = 9.65 mpy, 0.245 mm/year dan tulangan ST 60 = 4.04 mpy, 0.102 mm/year, sedangkan untuk air bersih nilai laju korosi tulangan ST 41= 3.521 mpy, 0.079 mm/year nilai laju korosi tulangan ST 60= 1.2251 mpy, 0.0311 mm/year. Untuk metode EMMERSION baja tulangan ST41 pada air rawa CR = 5.624 mpy, pada air bersih CR = 7.278 mpy. Baja tulangan ST 60 pada air rawa CR = 4.218, pada air bersih CR = 7.03 mpy. Hal ini disebabkan pada uji Emmersion kurang mensimulasikan keadaan sebenarnya, oleh sebab itu disarankan untuk melakukan percobaan ini kembali secara in situ. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan mempengaruhi laju korosi, semakin tinggi mutunya semakin sulit ia terkorosi. Dan semakin baik mutu dan tebal selimut beton maka semakin terlindung baja tulangan dari proses korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan. Sedangkan ketebalan yang cukup akan memberikan hambatan berupa jarak yang harus dilalui oleh air rawa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Beton memberikan perlindungan terhadap baja tulamgan dengan membentuk lapisan pasif pada permukaan baja. Lapisan pasif dapat terbentuk dalam selimut beton pada pH lingkungan yang basa sekitar 12,5-13,8. Korosi baja tukmgm1 dalam beton disebabkan oleh dua hal utama yaitu: korosi lokal yang disebabkan oleh penetrasi ion klorida hingga mencapai permukaan baja tulangan, dan korosi merata yang diakibatkan oleh reaksi beton dengan karbon dioksida di udara. Penggunaan inhibitor natrium nitrit sebagai salah satu proses pengon alan proses korosi beton bertulang berclujuan untuk menghasi/kan lapisan protektif yang stabil pada permukaan baja tulangan dan mampu menahan serangan dan penetrasi ion klorida. Untuk mempelajari penganruh yang diberikan inhibitor natrium nitrit terhadap prose krosi pada baja tulangan dalam beton digunakan metoda tahanan polarisasi linier. Selain itu pengaruhnya terhadap sifat fisik beton dilakukan melalui biji kekuatan beton. Pengukuran dengan metoda tahanan polarisasi linier dilakukan setiap minggu selama tujuh minggu setelah beton direndam kedalam air laut 35 gpl, yaitu minggu ke-3 dan 4 (setelah pengecoran beton atau selama proses curing), dan minggu ke-5 hingga ke-9 (1 hingga 5 minggu setelah proses curing). Pengukuran diiakukan ferhadap betron dengan variabel konsenlrasi inhibitor nalrium nitrir sebesar 25 L/m3, 35 L/m3, 45 L/m3, yaitu dengan mem berikan overpotensial DC ±60 mV dengan scan raie 6 mV/menit. Pengolahan terhadap data hasil pengukuran mendapatkan nilai tahanan polarisasi dan rapat arus korosi, menghasilkan grafik perubahan nilai potensial dan rapat urus korosi per variabel pada setiap minggunya. Melalui penelitian ini ditermukan suatu kecenderungan bahwa penambahan inhibitor sejumlah 45 L/m3 mampu menghasilkan nilai potensial korosi relotif Iebih positif (-327 mV sampai -383 mV) dan rapat arus korosi yang relalif paling rendah (0, 069 - 0,117 /μA/cm2). Selain itu melalui uii kegiatan beton, tercatat bahwa dengan meningkatkan penambahon jumlah inhibitor natrium nitrif akan semakin menurunkan kekuatan beton hingga mencapai 256 Kg/cm2 untuk penarnbahan inhibitor natrium nitrit 45 L/m3 , dari kekuatan awal 400 Kg/cm2 pada belon tanpa penambahan inhibitor nairium nitrit.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Degradasi beton bertulang akibat reaksi beton dengan lingkungan merupakan masalah yang paling banyak ditemui. Rusaknya lapisan pasif antara muka baja-beton akibat hadirnya ion-ion agresif seperti klorida yang berasal dari air Iaut atau zat aditif menyebabkan mudahnya terjadi korosi baja tulangan. Salah satu usaha untuk mengatasi terjadinya korosi adalah menambah zat yang dapat mengurangi Iaju korosi baja tulangan yang dikenal dengan istilah inhibitor.

Migrating Corrosion Inhibitors (A/fCI.s) merupakan inhibitor alternatif selain kalsium nitrit dan natrium nitrit. MCIS dapat digunakan sebagai campuran atau dapat juga digunakan melalui proses penyerapan permukaan struktur beton. Dengan penyerapan permukaan, perpindahan difusi MCIs dapat mencapai lapisan paling dalam beton, sehingga lebih efektif jika digunakan pada saat perbaikan struktur beton.

Pengukuran laju korosi dengan menggunakan metode tahanan polarisasi linier dilakukan pada beton dengan penambahan inhibitor MCIS sebesar GJ; 0,01 dan 0,001 % saat pengadukan serta pada beton tanpa penambahan MCIs. Pengukuran dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4 selama curing seria minggu ke-5 sampai ke-9 (setelah curing), setelah beton direndam dalam larutan NaCl 35 gp! dengan memberikan overporemial sebesar 1- 60 ml/ dan scanrate 6 mV’menif. Pengujian terhadap kekuatan beton juga dilakukan setelah waktu curing.

Selama rentang waktu pengukuran tersebut, penambahan inhibitor MCIS menghasilkan nilai rapat arus korosi yang rata-rom mendekati nilai rapat arus korosi tanpa penambahan inhibitor dan potensial korosi antara -385 sampai -486 mV (vs SCE). Sedangkan kekuatan beton sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap penambahan inhibitor MCIS.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Korosi bcja tulungan daiarn selimut beton teiah merjadi masaiah utama dalam apiilcasi struktur-struktur bangunan terutama pada jernbatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi lingirungan air lout, ion klorida yang lerdapa! dalam Iinglcungan air [aut dapat berdgiui masuk kedaiam seiimut beton menyebabkan Iaju icorosi bcya tulangan daiam selimut beton meningkat, sehingga umur pakai dan kualitas beton rnenjadi berlairang.

Usaha dan penelitian banyak dilaicukan untuk mengatasi masalah ini, antara Iain dengan penambahan inhibitor Migrating Corrosion Inhibitors (MCIs) ke dalam campuran beton. Inhibitor ini digunakan karena selain e_k/aff dalam menghambat ietjadinya proses korosi pada bcya tulangan juga tidal: menurunkan kekuamn tekan beton.

Parameter kondisi beton daiam peneiitian ini dibuat dengon perbandingan air-semen 0,6 dengan variabel lconsentrasi 0, 01 %VoI., 0,001 %Voi., dan tanpa inhibitor yang dicelup ke dalam air iaut buatan (35 gp! NaCl teknis). Untuk rnenguimr Iaju korosi digunakan metode poiarisasi linier dengan mernberiican overpotensial sebesar i 20 mV dan scanrate QI mV/detik. Sedangicon untuk mengetahui mekanisme inhibisi inhibitor MCls digunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dengan memberikan potensiai bolalc-baiik 10 mV dan selang jrekuensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Hasil pengukuran EIS dioresentasikan dalam bentuk kurva N yq nist dan Bode.

Hasil pengujian dengan menggunakan metode polarisasi liner menunjuk/fan iaju korosi baja tuiangan daiam seiimut beton akan meningkat seiring dengon penambahan /fonsentrasi inhibitor MCIs sebesar 0%VoI. MCIS; 0, 001 %Vo!. MCIS; 0, 01 %Vol. MCIs dengan nilai iaju korosi rata-rata pada minggu ke-28 sebesar 4.25 xI0`7 A/cmz; 1.44 x10'6 A/crnz; I,8xl0’° A/cmz. Sedangican hasil fitting kurva Nyquist dan Bode hasil pengujion EIS dengan menggunakan program Zview dari Scribner Associates, diperolch nilai CPEdJ dari sampel dengan penambahan inhibitor MCI.: dan tanpa inhibitor MCIS berada pada rentang 1,8 #F/cmz - 27 ,uF/cm! yang menunjukan icondisi biga tulangan dolam keadaan terkorosi.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Leicester : E & FN Spon, 1996
624.183 4 DUR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>